BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. ( http//perawat.bloog.spot.com//keperawata-perioperatif)
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalahhal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang ?berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien. ( http//nuseview//keperawata-perioperatifhtml)
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk lebih memahami tentang teoritis Perawatan Pre dan post Operasi
2. Tujuan Khusus
a. Memahami teoritis terhadap Perawatan perioperatif yang mencakup : Etiologi, Persiapan-persiapan dan tindakan keperawatan
b. Melatih membuat Askep yang bisa diiterapkan nantinya
c. Untuk memenuhi tugas keperawatan Medikal Bedah yang diberikan oleh dosen
BAB II
TINJAUAN TEORI
ASKEP PRE DAN POST OPERATIF
I. PENGERTIAN
Keperatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungna dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : Praoepratif, intraoperatif dan paostoperatif. (Buku ajar Keperawatn medikal bedah Brunner dan Suddarth ; 426
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan Perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila
pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya
II. ETIOLOGI
Pembedahan mungkin dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatn medikal bedah Brunner dan Suddarth ).
seperti :
A. Diagnostik, Seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
B. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang inflamasi
C. Reparatif, Seperti memperbaiki luka yang multipek
D. Rekonstruktif atau Kosmetik, Seperti melakukam mammoplasti atau perbaikan wajah
Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan
PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
PERSIAPAN PSIKOLOGI
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini
dapat disebabkan karena :
Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada
pasien pra bedah.
PENJELASAN TENTANG PERISTIWA
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperluka
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
• Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
• Perlu kebebasan saluran nafas.
• Antisipasi pengobatan.
• Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan tangan diatas perut Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (?15 kali) Lakukan latihan dua kaliseharipraopeartif.
2. Latiihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3. Latihan gerak sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses penyembuhan.
Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usis/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
PERSIAPAN FISIOLOGI
Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan
antara lain :
Aspirasi pada saat pembedahan
Mengotori meja operasi.
Mengganggu jalannya operasi.
Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaanatau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi. Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktumalam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoranharus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukursekurang-kurangnya 10-20 cm2.
Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluargadekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan
operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai
usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih
mungkin.
Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima denganperawat OK)
Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebutdi bawah ini :
- Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
- Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
- Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
- Lepas perhiasan
- Bersihkan cat kuku.
- Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
- Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
- Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
- Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.
- Kandung kencing harus sudah kosong.
- Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
• Catatan tentang persiapan kulit.
• Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
• Pemberian premedikasi.
• Pengobatan rutin.
• Data antropometri (BB, TB)
• Informed Consent
• Pemeriksan laboratorium.
2 Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksidan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelangoperasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PRA BEDAH
Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar
Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia
- mengukur tinggi dan berat badan
- mengukur lipat kulit trisep
- mengukur lingkar lengan atas
- mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
- kadar elektrolit darah
- asupan makanan pre-operatif
- Keadaan khusus :
• Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan mekani (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
• Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.
Status Pernafasan
- berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan
- latihan nafas dan penggunaan spirometer intensi
- pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
- riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.
Status Kardiovaskuler
- penyakit kardiovaskuler
- kebiasaan merubah posisi secara mendadak
- riwayat immobilisasi berkepanjangan
- hipotensi atau hipoksia
- kelebihan cairan/dara
- tanda-tanda vital
- riwayat perdarahan.
Fungsi Hepatik dan Ginjal
- kelainan hepar
- riwayat penyakit hepar
- status asam basa dan metabolisme
- riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.
Fungsi Endokrin
- riwayat penyakit diabetes
- kadar gula darah
- riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)
Fungsi Imunologi
- kaji adanya alergi
- riwayat transfusi darah
- riwayat asthma bronchial
- terapi kortikosteroid
- riwayat transplantasi ginjal
- terapi radiasi
- kemoterapi
- penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
- suhu tubuh.
Sistem Integumen
- keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia
- warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
- alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
- Perawatan mulut oleh pasien.
Terapi Medikasi Sebelumnya
- obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya
- kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
- diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
- fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
- antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif anesthesia
- tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
- insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
- antibiotik : paralysis system pernafasan.
Pertimbangan Gerontologi
- penyakit kronis
- ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
- fungsi jantung
- fungsi ginjal
- aktivitas gastrointestinal
- dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
- keterbatasan sensori penglihatan
- penurunan sensitivitas sentuhan
- riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
- arthritis
- keadaan mulut (gigi palsu)
- kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
- penyakit pribadi
Data Subyektif
Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
- Tempat
- Bentuk operasi yang harus dilakukan.
- Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah dbedah
- Kegiatan rutin sebelum operasi.
- Kegiatan rutin sesudah operasi.
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
- Pengalaman bedah terdahulu
- Bentuk, sifat, roentgen
- Jangka waktu
Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
- Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yangdianjurkan.
- Metode-metode penyesuaian yang lazim.
- Agama dan artinya bagi pasien.
- Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
- Keluarga dan sahabat dekat
Status Fisiologi
- Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
- Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
- Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
- Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
- Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yangterdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
- Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
- Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebasdari nyeri setelah operasi.
Data Obyektif
- Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),kemampuan berbahasa Inggris.
- Tingkat interaksi dengan orang lain
- Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
- Tinggi dan berat badan.
- Gejala vital.
- Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
- Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
- Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
- Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengandiafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
- Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedahvaskuler atau tubuh.
- Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempatduduk, koordinasi waktu berjalan.
MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
1.Cemas / Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan.
2) Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.
4) Resiko Infeksi
5) Resiko Injury
Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional
Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan. Rasa Cemas atau takut dapat diturunkan atau dihilangkan dengan memberikan penjelasan tujuan pembedahan dengan kriteria
- tampil santai , dapat beristirahat atau cukup tidur dalam waktu ... x 24 jam - Menginformasikan pasien atau orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperatif
- Identifikasi rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan
- Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual
- Perkenalakan Beritahu pasien kemungkinan dilakukan anestesi lokal atau spinal dimana rasa pusing dan menmgantuk mungkin saja terjadi
- Berikan petunjuk / penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenan. Tinjau lingkunagn sesuai kebutuhan
- Kembangkan ras percaya / hubungan, turunkan ras takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing
- Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan megakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur atau zat-zat anestesi
- Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara realistis
- Mengurangi Ansietas atau rasa takut bahwa pasien mungkin melihat prosedur
- Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan mebuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit.
2) Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.
- Klien paham proses penyakit / proses praoperasi - Kaji tingkat pemahaman klien
- Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan
- Melaksanakan program pengajaran praoperasi individual : pembatasan dan prosedur praoperasi - Berikan fasilitas perencanaanpasca operasi
- Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk mengikuti prosedur pembedahan
- Meningkat pemahaman / kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi
• POST OPERATIF
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room)
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairanlainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi.
Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. pasien di transportasikan dari kamar operasi ke ruang pemulihan Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawatanastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk (1) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi) (2) ahli anastesi dan ahli bedah (3) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
Orientasi pasien
terhadap tempat, waktu dan orang Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
Mual dan muntah dalam kontrol
Nyeri minimal
Berikut di bawah adalah form pengkajian post anasteshia
RUANG PEMULIHAN PASCA ANESTESI
Penilaian
Nama : Nilai Akhir :
Ruangan : Ahli bedah/Anasteshia :
Tanggal : Perawat R.R :
Area pengkajian Score Saat penerimaan Setelah
1 jam
2 jam
3 jam
Respirasi :
- Kemampuan nafas dalam dan batuk
- Upaya bernafasterbatas (dsipneu)
- Tidak adan upaya nafas spontan
2
1
0
Sirkulasi (tekanan sisteolik)
- 80 % dari pre anastesi
- 50 % dari pre anastesi
- < 50 % dari pre anastesi
2
1
0
Tingkat Kesadaran :
- Orientasi baik dan respon verbal positif
- Terbangun ketika dipanggil namanya
- Tidak ada respon
2
1
0
Warna kulit :
- Warna dan penampilan kulit normal
- Pucat, agak kehitaman, keputihan. Ikterik
- Sianosis
2
1
0
Aktivitas : 2
- Mampu menggerakkan semua ekstrimitas
- Mampu menggerakkan hanya 2 ekstrimitas
- Tak mampu mengontrol ektrimitas
2
1
0
Total
Keterangan :
Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai pengkajian post anastesi > 7-8.
Waktu keluar Tanda Tangan Perawat
TUJUAN PERAWATAN PASIEN DI PACU
- Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
- Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul
- Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirukais darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander
- Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
- Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
- Mempertahanakn kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat anastesi di ruang PACU adalah :
- Jenis pembedahan
Jenis pembedahan yang berbeda tentunya akan berakibat pada jenis perawatan post anastesi yang berbeda pula. Hal ini sangat terkait dengan jenis posisi yang akan diberikan pada pasien.?
- Jenis anastesi
Perlu diperhatikan tentang jenis anastesi yang diberikan, karena hal ini penting untuk pemberian posisi kepada pasien post operasi. Pada pasien dengan anastesi spinal maka posisi kepala harus agak ditinggikan untuk mencegah depresi otot-otot pernafasan oleh obat-obatan anastesi, sedangkan untuk pasien dengan anastesi umum, maka pasien diposisika supine dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh.
- Kondisi patologis klien
Kondisi patologis klien sebelum operasi harus diperhatikan dengan baik untuk memberikan informasi awal terkait dengan perawatan post anastesi. Misalnya : pasien mempunyai riwayat hipertensi, maka jika pasca operasi tekanan darahnya tinggi, tidak masalah jika pasien dipindahkan ke ruang perawatan asalkan kondisinya stabil. Tidak perlu menunggu terlalu lama.
- Jumlah perdarahan intra operatif
Penting bagi perawata RR untuk mengetahui apa yang terjadi selama operasi (dengan melihat laporan operasi) terutama jumlah perdarahan yang terjadi. Karena dengan mengetahui jumlah perdarahan akan menentukan transfusi yang diberikan.
- Pemberian tranfusi selama operasi
Apakah selama operasi pasien telah diberikan transfusi atau belum, jumlahnya berapa dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pasien masih layak untuk diberikan transfusi ulangan atau tidak.
- Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi
Jumlah dan jenis cairan operasi harus diperhatikan dan dihitung dibandingkan dengan keluarannya. Keluaran urine yang terbatas < 30 ml/jam kemungkinan menunjukkan gangguan pada fungsi ginjalnya.?
- . Komplikasi selama pembedahan
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi malignan. Apakah ada faktor penyulit dan sebagainya.
Transportasi pasien ke ruang rawat
Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :
- Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya.
- Sumber daya manusia (ketenagaan)
bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sselama transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien dan perawat. Harus seimbang.
- Eguipment (peralatan)
Peralatan yang dipersipkan untuk keadaan darurat, misal : tabung oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai.
- Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisioning pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien.
- Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.
Perawatan di ruang rawat
Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan, yaitu :
- Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah post operasi.
- Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
- Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
- Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
- Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
Contoh nota discharge planning pada pasien post tracheostomy :
1. Untuk perawat : pecegahan infeksi pada area stoma
2. Untuk klien : tutup lubang operasi di leher dengan kassa steril (sudah disiapkan)
Dalam merencanakan kepulangan pasien, kita harus mempertimbangkan 4 hal berikut:
- Home care preparation
Memodifikasi lingkungan rumah sehingga tidak mengganggu kondisi klien. Contoh : klien harus diatas kursi roda/pakai alat bantu jalan, buat agar lantai rumah tidak licin. Kita harus juga memastikan ada yang merawat klien di rumah.
- Client/family education
Berikan edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-hal yang harus dilakukan atau dihindari kepada keluarga klien, terutama orang yang merawat klien.
- Psychososial preparation
Tujuan dari persiapan ini adalah untuk memastikan hubungan interpersonal sosial dan aspek psikososial klien tetap terjaga.
- Health care resources
Pastikan bahwa klien atau keluarga mengetahui adanya pusat layanan kesehatan yang terdekat dari rumah klien, seperti rumah sakit, puskesmas dan lain-lain. Jadi jika dalam keadaan darurat bisa segera ada pertolongan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul? pada saat pasca operasi
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
- Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
- Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
- Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedurpembedahan.
- Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,lemah, nyeri, mual.
- Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
Masalah kolaboratif :
a. Perubahan perfusi jaringan sekunder terhadap hipovolemia dan vasikontriksi
b. Hipovolemia
c. PK : Resiko infeksi b/d yang berhubungan dengan kerentanan terhadap invasi bakteria
d. Dan lain-lain
INTERVENSI KEPERWATAN
Secara umum intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien psot operasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Memastikan fungsi pernafasan yang optimal
2. Meningkatkan ekspansi paru
3. Menghilangkan ketidaknyamanan pasca operatif : nyeri
4. Menghilangkan kegelisahan
5.menghilangkan mual dan muntah
6. Menghilangakn distensi abdomen
7. Menghilangkan cegukan
8. Mempertahankan suhu tubuh normal
9. Menghindari cedera
10. Mempertahankan status nutrisi yang normal
11. Meningkantkan fungsi urinarious yang normal
12. Meningkatkan eliminasi usus
13.Pengaturan posisi
14. Ambulasi
15.Latihan di tempat tidur
KOMPLIKASI POST OPERASI
1. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik, syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah sebagai berikut :
Pucat
Kulit dingin, basah
Pernafasan cepat
Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
Nadi cepat, lemah dan bergetar
Penurunan tekanan darah
Urine pekat
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, penggantian cairan per IV dan juga terapi pernafasan. Terapi obat yang diberikan meliputi obat-obatan kardiotonik (natrium sitroprusid), diuretik, vasodilator dan steroid. Cairan yang digunakan adalah cairan kristaloid sperti ringer laktat dan koloid seperti terapi komponen darah, albumin, plasma. Terapi pernafasan dilakukan dengan memantau gas darah arteri, fungsi pulmonal dan juga pemberian oksigen melalui intubasi atau nasal kanul.
Intervensi mandiri keperawatan meliputi :
Dukungan psikologis,
Pembatasan penggunaan energi,
Pemantauan reaksi pasien terhadap pengobatan
Peningkatan periode istirahat.
Pencegahan hipotermi dengan menjaga tubuh pasien agar tetap hangat karena hipotermi mngurangi oksigenasi jaringan
Melakukan perubahan posisi pasien tiap 2 jam dan mendorong pasien untuk melakukan nafas dalam untuk meningkatkan fungsi optimal paru
Pencegahan komplikasi dengan memonitor pasien secara ketat selama 24 jam. Seperti edema perifer dan edema pulmonal.
2. Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijag tetap lurus.
Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan yang kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
4. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum, anus dan vagina. Atau juga setelah herniofari dan pembedahan pada daerah abdomen bawah. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
5. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka psot operasi seperti dehiseinsi dan sebaginya dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
6. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
7. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
8. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan / kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi Pola Nafas normal dengan tidak adanya tanda sianosis dan hipoksia - Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral
- Letakan klien pada posisiyang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
- Pantau TTV secara terus menerus
- Lakukan latihan gerak segera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pasca operasi - Mencegah obstruksi jalan nafas
- Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah aspirasi dan keluarnya muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma
- Meningkatnya pernafasan, taki kardi / bradikardi menunjukan kemungkinan terjadi hipoksia
- Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengankutan oksigen, membuang oksigen membuang gas anestesi: batuk membantuk pengeluaran sekrt dari sistem pernafasan
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
Keeektifan Penyembuhan Luka dan mencegah komplikasi - Beri penggunaan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat
- Periksa luka secara teratur catat karakteristik dan integritas kulit
- Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh area luka
-
- Bersihkan permukaan kulit dengan hidrogen peroksida atau dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup - Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan eksoriasi
- Pengenalan akn adanya kegagalan proses penyembuhan luka / \berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih bagus
- Mencegah kontaminasi luka
- Menurunkan kontaminasi kulit: membantu dalam membersihkan eksudat
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan. Rasa Nyeri dapat berkurang dengan klien tampak santai dan bis beristirahat - kaji penyebab ketidak nyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
- Evaluasi rasa sakit secara reguler catat karakteristik , lokasi dan intensitas (skala 0-10)
- lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler : miring
- Dorong Penggunaan teknik relaksasi
- Observasi efek analgesik - Ketidaknyamanan mungkin disebabkan / diperburuk dengan penekanan pada kateter wilding yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral
- Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan : sakit kepala frontal atau oksipital mungkin berkembang dalam 24-72 jam yang mengikuti anestesi spinal, mengharuskan posisi telentang, peningkatan pemasukan cairan , dan pemberitahuan ahli anastesi
- Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semifowler dapat mengurangi tegangan otot abdomen dan otot punggung artiritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal
- Lepaskan tegangan emosional dan otot tingkatkan perasaaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping
- Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik dan mungkin menimbulkan efek sinergesik dengan zat-zat anastesi
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dalam tindakan pembedahan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan (pre operasi) umunya pada tahap ini klien mengalami kecemasan dan ketakutan yang diakibatkan kurang pengetahuan dan anggapan-anggapan klien terhadap penilain kenapa dia harus dioperasai, pada tahap ini perawat harus mempersiapkan psikologis dari klien dengan menjelaskan dengan cara yang baik, selain itu perawat harus juga mencegah terjadi resiko seperti resiko infeksi dan resiko cedera denagan cara menanggalkan instrumen yang aseptik, setelah fase persiapan ini maka klien akan masuk ke fase anastesi dan pembedahan disini peran perawat ada namun tidak signifikan, perawat yang berperan adalah perawat anastesi, dan proses pembedahan bukalah pekerjaan dari perawat ada ahli profesi tertentu.
Setelah dilakukan tindakan operasi maka klien akan dibawa keruangan pemulihan disini perawat sangat berperan karena pengaruh anstesi umum ,memberikan pengaruh pada sistem tubuh . Peran perawat juga dalam perawwtan luka bekas operasi karena banayk komplikasi jika perawat tidak ahli dalam perawatan pasca atau post operasi
DAFTAR PUSTAKA
http//nuseview//keperawata-perioperatifhtml
http//perawat.bloog.spot.com//keperawata-perioperatif
http//www.google.co.id//search//keperawatan-perioperatif?html
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar