ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.I
DENGAN MASALAH OSTEOGENESIS IMPERFECTA DI RUANGAN KRONIK IRNA ANAK RSUP DR
M.DJAMIL PADANG
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK E
Indra Riko Ade Putra, SKep
Septia Rahmad M, Skep
Tri Setya Ningsih, Skep
Deasy Nilam Sari, SKep
DaraPijar Restuti, SKep
Coyza Udhe Yuanda, SKep
Velga Yazia, SKep
Diana Astarina, SKep
Windy Aquarisa,SKep
Dia Oktarina,Skep
Weny Amelia, SKep
Riska Sari, Skep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi
kronis yang membatasi tingkat fungsional dan lama hidup penderita. Prognosis
penderita OI bervariasi tergantung klinis dan keparahan yang dideritanya.
Penyebab kematian tersering adalah gagal nafas. Bayi dengan OI tipe
II biasanya meninggal dalam usia bulanan - 1 tahun kehidupan. Sangat jarang
seorang anak dengan gambaran radiografi tipe II dan defisiensi pertumbuhan
berat dapat hidup sampai usia remaja. Penderita OI tipe III biasanya meninggal
karena penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini, remaja atau usia 40 tahun-an
sedangkan penderita tipe I dan IV dapat hidup dengan usia yang lebih panjang/
lama hidup penuh. Penderita OI tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi
roda. Dengan rehabilitasi medis yang agresif mereka dapat memiliki ketrampilan
transfer dan melakukan ambulasi sehari-hari di rumah. Penderita OI tipe IV
biasanya dapat memiliki ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung
dengan sekitarnya. (Nusbaum,2004 dikutip dari blog dokter anak unsri)
OI diturunkan secara autosomal dominan. Pada
kasus minoritas dapat ditemukan penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicism
pada orangtua. Kejadian OI diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada
perbedaan menurut ras dan jenis kelamin. Usia penderita saat gejala muncul,
terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi. Pada bentuk yang
ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa.
Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/
prenatal (Marini,JC, 1998 dikutip dari blog dokter anak unsri)
2
|
Angkakejadian penyakit ini diperkirakan
terjadi pada satu dari 20 ribu kelahiran. Sedangkan di Indonesia, prevalensi
kasus belum diketahui persis sedangkan Di RSUP Dr. M Djamil Padang
kejadian osteogenesis tinggi dimana dalam tiga bulan terakhir ini terdapat
kasus yang mengalami osteogenesi sebanyak 3 anak. Jadi kelompok tertarik untuk
menagambil topik osteogenesis untuk diseminarkan
2. TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Osteogenesis
b.
Tujuan Khusus
1)
Mengetahui dan Memahami Konsep teoritis dari
Osteogenesis
a.
Mengetahui dan memahami pengertian dari
Osteogenesis
b.
Mengetahui dan memahami penyebab dari
Osteogenesis
c.
Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari
Osteogenesis
d.
Mengetahui dan memahami komplikaogensi dari
Osteogenesis
2)
Agar mahasiswa mampu melakukan menyesuaikan
Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami osteogenesis dari segi teori maupun
kasus dilapanganyang mencakup:
a.
Pengkajian pada anak osteogenesis
b.
Menganalisa data dan merumuskan diagnosa
keperawatan osteogenesis
c.
Membuat perencanaan pada anak yang mengalami
osteogenesis
d.
Memperhatiakn catatan perkembangan
anakosteogenesis
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
4
|
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease
adalah kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan tulang
mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi, ataupun tuli (Marini,JC,
1998 dikutip dari blog dokter anak unsri)
Osteogenesis Imperfecta (OI) juga dikenal sebagai
penyakit tulang rapuh. OI merupakan kelainan genetik (warisan) yang ditandai
dengan tulang-tulang yang mudah patah tanpa sebab tertentu. (Wong,2002)
Osteogenesis
imperfect (OI), atau “penyakit tulang rapuh”, adalah sekelompok penyakit
herediter yang tipe I. kolagen tipe I terdapat diberbagai jaringan, termasuk
kulit, sendi, dan mata dan merupakan komponen utama pada osteoid normal ,
(Nelson, 2000)
2. ETIOLOGI
Hampir 90% bentuk klinis (tipe) OI disebabkan oleh
kelainan struktural atau produksi dari prokolagen tipe I (COL1A1 dan
COL1A2) , komponen protein utama matriks ekstraselular tulang
dan kulit.1 Sekitar 10% kasus klinis yang tak jelas, tidak didapat
kelainan biokimia dan molekul prokolagen. Tidak diketahui dengan jelas apakah
kasus ini dikarenakan deteksi yang terbatas atau karena kelainan genetik yang
heterogen. (Plotkin H,2003 dikutip dari blog dokter anak unsri)
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka
kolagen yang mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem
skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein
yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-bahan
tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast.
Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek,
datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Secara umum tulang mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a.
Tulang
berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara keseluruhan.
b.
Tulang
berfungsi untuk melindungi organ vital.
c.
Menahan
jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
d.
Melindungi
organ ±organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e.
Untuk
pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak)
f.
Untuk
pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak).
g.
Merupakan
tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
h.
Hematopoiesis
(tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang)
1. Struktur
Tulang
Gambar 1 : struktur tulang
a.
Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar
tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan
tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan
nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b.
Tulang
kompak (korteks)
Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang
memiliki tekstur halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga
dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat)
sehingga tulang menjadi padat.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki
dan tulang tangan. Delapan puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang
kompak. Sel tulang kompak berada di lakuna dan menerima nutrisi dari
kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak dan disalurkan melalui
kanal havers yang mengandung pembuluh darah
Di sekeliling tiap
kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan konsentris dan membentuk silinder
yang disebut osteon (sistemHavers) atau disebut juga tulang keras.
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu
suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang. Disekeliling sistem havers
terdapat lamella-lamella yang konsentris dan berlapis-lapis. Pada lamella
terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit
Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang menuju ke
segala arah disebut kanalikuli yang berhubungan dengan lakuna lain. Di antara
sistem havers terdapat lamella interestial yang lamella-lamellanya tidak
berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang
kompak melalui saluran volkman yang berhubungan dengan pembuluh darah saluran
havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus.
c.
Tulang
Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa,
berada di dalam korteks dan membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh
sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri
dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Trabekula terdiri dari
spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan lempeng. Nutrien
berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke dalam trabekula. Lebih dari 90 %
protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.
d.
Sumsum
Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum
tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental, dilindungi oleh
tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa.
Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi
sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
2.
Proses
osifikasi
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau
osifikasi. Osifikasi pertama kali terjadi di diafisis, yaitu pusat osifikasi
primer, pada akhir masa embrionik. Pada waktu lahir, sebagian besar diafisis
telah mengalami osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago. Osifikasi
sekunder baru berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi
dari dua arah, dari epifisis dan diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua
daerah itulah (lempeng epifisis) yang masih berupa kartilago. Kartilago ini
akan terus berproliferasi yang dibarengi dengan osifikasi. Saat seluruh lempeng
epifisis telang mengalami osifikasi, berarti masa pertumbuhan tulang telah
berhenti. Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung
seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan yang
berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan membawa
mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan tersebut. Osifikasi atau
yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio
6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel
mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung
pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah
akan membentuk kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah
terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di
bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah
menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta,
perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada
bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi
primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan
pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian
terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada
sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk
dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur)
bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah
rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki
daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang
spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise
yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara
epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram
epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan
tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan
tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang
didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum
membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan
tulang baru di daerah permukaan.
Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang
pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-sel mesenkim dan berlangsung dalam suatu
membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim itu sendiri. Sel-sel mesenkim yang
telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresikan
matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks
menjadi osteocyte. ( Osifikasi intra membran )
Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal,
yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks serta kematian sel-selnya. Selain itu,
perichondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga
sel-sel kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondrium pun sekarang
disebut periosteum. ( Osifikasi
endokondral )
3.
Faktor
faktor pembentukan tulang
Faktor faktor yang
berpengaru pada pembentukan tulang adalah:
·
Vitamin B6: menurunkan hemosisten.
Vitamin B6 berfungsi untuk mencegah osteoporosis.
·
Vitamin C: mengukat kolagen. Vitamin C
berfungsi untuk mengaktifkan enzim.
·
Vitamin K: untuk pembentukan tulang.
·
Kalsitonin: berfungsi untuk reasorbsi
tulang dan pembentukan osteoklas.
4. PATOFISIOLOGI
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang
menyusun matriks tulang dan jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia,
kornea, sklera, tendon, selaput otak dan dermis. Sekitar 30% berat badan
manusia terdiri dari prokolagen tipe I. Secara struktural, molekul
prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari
rantai proα1(I) (disebut COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai
proα(I) (disebut COL1A, dikode pada kromosom 7). Masing-masing
rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y
yang berulang. Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau
hidroksilisin sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam amino
terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting sebagai poros
dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat mengganggu struktur
dan produksi helix. Prokolagen yang abnormal akan membentuk cetakan yang
tak normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun
tak beraturan. Beberapa protein bukan kolagen dari matriks tulang juga
berkurang (Nelson,2000).
Hal ini menyebabkan adanya penurunan pembentukan tulang, osteopenia,
dan terjadi kerapuhan sehingga meningkatkan angka kepatahan (fraktur).4Lebih
dari 00 mutasi yang berbeda mempengaruhi sintesis atau struktur prokolagen tipe
I ditemukan pada penderita OI. Jika mutasi tersebut menurunkan produksi/
sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi OI fenotip ringan (osteogenesis
imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan struktur prokolagen
tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV).
Kelainan struktur itu pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85%
karena point mutation akibat glisin digantikan oleh asam amino lain
dan sisanya karena kelainan single exon splicing. Struktur
normal prokolagen tipe I. Masing-masing rantai kolagen sebagai triple helix
prokolagen, disekresikan ke ruang ekstraseluler. Domain amino- dan carboxyl-terminal
dipecah di ruang ekstraseluler, mengalami maturitas, kemudian dirangkai, di
tulang akan mengalami mineralisasi (Nelson 2000).
5. MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Plotkin, (2003) yang dikutip dari blog kedokteran
anak Unsri gejala klinis, genetik, dan kriteria radiografi. Gejala klinisnya
sangat bervariasi antarpenderita walaupun dalam tipe yang sama. Tipe-tipe
tersebut antara lain :
gambar
bentuk tulang osteogenesis yang didapat dari http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm062996
- Tipe I (Ringan)
Bentuk OI paling ringan dan paling sering
ditemukan, bahkan sering ditemukan dalam suatu pedigree keluarga yang
besar.Diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh menurunnya
produksi/ sintesis prokolagen tipe I (functional null alleles). Kebanyakan
penderita tipe I mempunyai sklera berwarna biru, fraktur berulang pada masa
anak-anak tapi tidak sering, dan ketulian (30-60% pada usia 0-30 tahun).
Fraktur terjadi karena trauma ringan – sedang dan menurun setelah
pubertas.Terdapat dua subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai
dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis
imperfecta. Kelainan lainnya yang bisa ditemukan antara lain mudah memar,
kelemahan sendi dan otot, kifoskoliosis, dan perawakan pendek ringan dibanding
anggota keluarga lainnya.
b.
Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal)
Penderita
sering lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan dengan berat
lahir dan panjang badan kecil untuk masa kehamilan. Kematian terutama
disebabkan karena distres pernafasan, juga karena malformasi atau perdarahan
sistem saraf pusat.Terjadi karena mutasi baru yang diturunkan secara autosomal
dominan (jarang resesif) akibat penggantian posisi glisin pada triple helix
prokolagen tipe I dengan asam amino lain.Tulang rangka dan jaringan ikat
lainnya sangat rapuh.Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang
terlihat sebagai crumpled appearance pada radiografi. Selain itu juga
dapat terjadi pada tulang tengkorak dan atau vertebra. Tulang tengkorak tampak
lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran fontanela anterior dan
posterior., Fraktur multipel tulang iga membentuk gambaran
manik-manik (beaded appearance), thoraks yang sempit ikut berperan dalam
terjadinya distres pernafasan. Penderita mungkin mempunyai hidung yang kecil
dan/ mikrognatia.Sklera berwarna biru gelap-keabuan.
c.
Tipe III (Berat/Progresif)
Merupakan
tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan yang
menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang sangat lentur,
kelemahan otot, nyeri tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. Terjadi
karena point mutation atau frame shift mutation pada prokolagen
tipe I yang diturunkan secara autosomal dominan atau resesif Berat badan dan
panjang lahir sering rendah.Fraktur sering terjadi dalam uterusSetelah lahir,
fraktur sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan deformitasKebanyakan
penderita mengalami perawakan pendekBentuk wajah relatif triangular dan
makrosefaliSklera bervariasi dari putih hingga biru.Sering dijumpai
dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun) Disorganisasi
matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari
gambaran radiologi.
d.
Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately
severe)
Terjadi
karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada
rantai COL1A, kadang pada COL1A1. Merupakan tipe OI yang paling heterogen
karena memasukkan temuan-temuan pada penderita yang tidak tergolong dalam 3
tipe sebelumnya.Fraktur dapat terjadi dalam uterus dengan tulang panjang bawah
bengkok yang tampak sejak lahir.Sering terjadi fraktur berulang, kebanyakan
penderita mempunyai tulang yang bengkok walau tidak sering mengalami
fraktur.Frekuensi fraktur berkurang setelah masa pubertasPenderita tipe ini
memerlukan intervensi ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya mereka dapat
melakukan ambulasi sehari-hari.Penderita mengalami perawakan pendek moderateWarna
sklera biasanya putihDapat dijumpai dentinogenesis imperfecta, sehingga
beberapa penulis membedakan tipe ini menjadi
subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta
dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta.
Gambaran
radiologi dapat menunjukkan osteoporotik dan kompresi vertebra Adanya
penelitian mikroskopik terhadap tulang penderita OI membawa penemuan tipe-tipe
baru OI. Para peneliti menemukan beberapa penderita yang secara klinis termasuk
tipe IV mempunyai pola yang berbeda pada tulangnya. Mereka menamakan sebagai OI
tipe V dan tipe VI. Penyebab mutasi pada kedua tipe ini belum dapat
diidentifikasi, namun diketahui penderita kedua tipe ini tidak mengalami mutasi
pada gen prokolagen tipe I.7 Pada tahun 006 ditemukan tipe baru OI yang diturunkan secara resesif.
Kedua tipe ini disebabkan oleh kelainan gen yang mempengaruhi pembentukan
kolagen tapi bukan mutasi kolagen secara primer.
6. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Menurut Root,(2000) yang dikutip dari kedokteran anak
unsri Diagnosis OI ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang sama pada
keluarga dan atau manifestasi klinis yang berbeda-beda tiap penderita, dari
tipe ringan sampai berat, ditambah dengan beberapa pemeriksaan penunjang. Manifestasi
klinis yang bisa ditemukan antara lain sering fraktur berulang, perawakan
pendek, sklera berwarna biru, masalah gigi (dentinogenesis imperfecta), dan
gangguan pendengaran yang makin progresif setelah masa
pubertas. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
a.
Laboratorium biokimia dan molecular
Analisa
sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit. terutama
untuk mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV. Analisa mutasi DNA
prenatal dilakukan pada kehamilan dengan resiko OI, melalui kultur villus
korion. Pemeriksaan kombinasi antara analisa DNA dan biopsi kolagen akan
mendeteksi hampir 90% dari semua tipe mutasi gen pengkode prokolagen tipe I.
b.
Pencitraan
Radiografi
tulang skeletal setelah lahir (bone survey)• Bentuk ringan (tipe I)
tampak korteks tulang panjang yang menipis, tidak tampak deformitas tulang
panjang. Bisa menunjukkan gambaran Wormian (Wormian bones) pada cranium.
• Bentuk sangat berat (tipe II) tampak gambaran manik-manik (beaded
appearance) pada tulang iga, tulang melebar, fraktur multipel dengan
deformitas tulang panjang.• Bentuk sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak
metafisis kistik atau gambaran popcorn pada kartilago, tulang dapat
normal atau melebar pada awalnya kemudian menipis, dapat ditemukan fraktur yang
menyebabkan deformitas tulang panjang, sering disertai fraktur
vertebra. Densitas mineral tulang (bone densitometry)
diukur dengan Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan nilai
rendah pada penderita. Ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan
untuk mendeteksi kelainan panjang tulang anggota badan., Yang tampak
dapat berupa gambaran normal (tipe ringan) sampai dengan gambaran isi
intrakranial yang sangat jelas karena berkurangnya mineralisasi tulang kalvaria
atau kompresi kalvaria. Selain itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang
bengkok, panjang tulang berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga
multipel. USG prenatal ini terutama untuk mendeteksi OI tipe II.
7. DIAGNOSIS
BANDING
Menurut Marini,JC,
(1998) dikutip dari blog kedokteran anak unsri diagnosis banding dari OI ini
adalah:
a. Perlakuan
salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Pada
OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran anak. Usia
fraktur tulang yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus dicurigai karena
kasus penelantaran anak. Selain itu pada penelantaran anak juga terdapat
manifestasi klinis non skeletal, misalnya perdarahan retina, hematoma organ
visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan trauma limpa. Tipe fraktur
pada penelantaran anak biasanya adalah fraktur sudut metafiseal yang jarang
ditemukan pada OI. Densitas mineral tulang pada penelantaran anak juga normal,
sedangkan pada OI rendah.
b. Osteoporosis
juvenil idiopati (OJI)
Keadaan
ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 – 11 tahun, yang
mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit lainnya.
Gejala biasanya nyeri tulang belakang, paha, kaki, dan kesulitan berjalan.
Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski dapat juga terjadi pada tulang
panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang menyebabkan deformitas dan
perawakan pendek ringan. Tulang tengkorak dan wajah normal. OJI akan membaik
spontan dalam 3-5 tahun, namun deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat
menetap. Jika didapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus
dipikirkan suatu OI tipe ringan
c. Achondroplasia
Merupakan
penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada gen FGFR3.
Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang berperan dalam
pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan
otak. Klinis didapat sejak lahir berupa perawakan pendek, termasuk tulang
belakang, lengan dan tungkai terutama lengan dan tungkai atas, pergerakan siku
terbatas, makrosefali dengan dahi yang menonjol. Kejadian fraktur berulang tak
pernah terjadi.
d. Riketsia
Merupakan
gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit vitamin D. Walau
jarang terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam
diet. Klinis yang ditemukan antara lain hipotoni otot, penebalan tulang
tengkorak yang menyebabkan dahi menonjol, knobby deformity pada
metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi fraktur terutama tipe
greenstick fracture. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar
5-hidroksi-vitamin D serum, kalsium dan fosfor yang rendah, serta alkalin
fosfatase meningkat. Beberapa penyakit malabsorpsi intestinal berat,
penyakit hati atau ginjal menimbulkan gambaran klinis dan biokimia sekunder
riketsia nutrisional.Pada OI kalsium serum dan alkalin fosfatase normal. Kadar
5-hidroksi-vitamin D serum penderita OI sering rendah menunjukkan defisiensi
vitamin D sekunder akibat kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang sering
dialami penderita OI.
8. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penderita dengan OI memerlukan penanganan tim medis
multidisiplin ilmu. Pada beberapa kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir.
Namun karena penyakit ini didasari oleh kelainan genetik maka tidak
didapatkan pengobatan yang efektif .
1. Permidonatre
therapy (Marini,JC, (1998)
Tujuan
utama pengobatan OI adalah mengurangi angka kejadian fraktur, mencegah
deformitas tulang panjang dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bisfosfonat intravena (pamidronat)
memberikan perbaikan bagi anak dengan OI. Bisfosfonat adalah analog sintetis
dari pirofosfat, penghambat alami resorpsi tulang osteoklastik sehingga meningkatkan
mineralisasi tulang dan memperkuat tulang. Mekanisme kerjanya adalah dengan
menekan aktivitas dan juga memperpendek usia hidup osteoklas.
Salah
satu penelitian oleh Glorieux dkk pada 30 anak OI tipe III dan IV, berusia 3-16
tahun yang diterapi dengan pamidronat dosis 1,5-3 mg/kg berat badan/hari selama
3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan selama 1,5 tahun. Penelitian ini
melaporkan pemakaian pamidronat menyebabkan densitas mineral tulang dan
penebalan korteks metakarpal meningkat, penurunan insiden fraktur yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa nyeri dan
meningkatkan kualitas hidup. Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak
OI masih terus diteliti. Laporan kasus di Turki setelah pemakaian alendronat 5
mg tiap hari selama 36 bulan pada anak laki-laki berusia 8 tahun
menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang dan menurunkan insiden
fraktur secara signifikan.
Penelitian
yang membandingkan pemakaian bisfosfonat intravena dan oral oleh Dimeglio dkk
menunjukkan bahwa keduanya sama-sama meningkatkan densitas mineral tulang,
menurunkan petanda biokimia dari pertumbuhan (turnover) tulang, dan
mempercepat pertumbuhan linear. Mereka juga menyimpulkan bahwa pemakaian
bisfosfonat intravena dan oral pada anak OI sama efektifnya terutama pada tipe
OI ringan. Selain itu pemakaian secara oral lebih diterima oleh anak-anak dan
praktis dibandingkan dengan pemakaian intravena. Penderita OI yang rentan
terhadap trauma dan memerlukan imobilisasi jangka lama akibat frakturnya sering
menyebabkan defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena itu diperlukan
suplementasi vitamin D 400-800 IU dan kalsium 500-1000 mg sebagai profilaktik
walau tidak memperbaiki penyakit OI sendiri.
2. Terapi
sel dan gen.
Ada dua alternatif pendekatan yang sedang
diteliti, pertama mengganti gen mutan dengan sel normal melalui transplantasi
sumsum tulang, dan kedua memasukkan ribozym ke dalam sel untuk memecah gen
mutan. .Bedah ortopediTatalaksana ortopedi ditujukan untuk perawatan fraktur dan
koreksi deformitas. Fraktur harus dipasang splint atau cast. Pada
OI fraktur akan sembuh dengan baik, sedangkan cast diperlukan untuk
meminimalkan osteoporosis akibat imobilisasi jangka lama. Koreksi pada
deformitas tulang panjang memerlukan prosedur osteotomi dan pemasangan intramedullary
rod.
3. Rehabilitasi medic
Rehabilitasi
fisik dimulai pada usia awal penderita sehingga penderita dapat mencapai
tingkat fungsional yang lebih tinggi, antara lain berupa penguatan otot
isotonik, stabilisasi sendi, dan latihan aerobik. Penderita tipe I dan beberapa
kasus tipe IV dapat mobilisasi spontan. Penderita tipe III kebanyakan
memerlukan kursi roda namun tetap tak mencegah terjadinya fraktur berulang.
Kebanyakan penderita tipe IV dan beberapa tipe III dapat mobilisasi/ berjalan
dengan kombinasi terapi fisik penguatan otot sendi panggul, peningkatan
stamina, pemakaian bracing, dan koreksi ortopedi.
4. Konseling
genetic
Penderita
dan keluarga sebaiknya dijelaskan mengenai kemungkinan diturunkannya penyakit
ini pada keturunannya. Osteogenesis imperfecta adalah penyakit autosomal
dominan, sehingga penderita mempunyai resiko 50% untuk menurunkan pada
turunannya. Selain itu juga perlu didiskusikan mengenai kemungkinan adanya
mutasi baru seperti somatik asimtomatik dan germline mosaicsm.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
I.
PENGKAJIAN
A.
Identitas
klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur,
jenis kelamin, juimlah saudara, TB, BB,
alamat, identitas ayah dan ibu
B.
Riwayat
kesehatan
a. Riwayat
kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami
trauma dan fraktur sebelumnya
b. Riwayat
kesehatan sekarang
biasanya pasien tidak bisa
berjalan, duduk atau penurunan aktifitas
karena tulang rapuh, merasa nyeri jika ada anggota badan yang bergerak
c. Riwayat
kesehatan keluarga
apakah ada anggota keluarga /
keturunan yang mengalami penyakit yang sama,
C.
Riwayat
Kehamilan
1. Pre
Natal
Adanya riwayat terpapar sinar
radioaktif, nutrisi ibu yang kurang terhadap protein sebagai pembentuk
kolagen. Pengkonsumsian adanya riwayat
mengkonsumsi obat-obatan / zat kimia yang berbahaya bagi janin
2. IntraNatal
Saat
proses melahirkan mungkin anak dilahirkan secara operasi ceaseria karena resiko
cedera pada janin yang mengalami osteogensis
3. Post
Natal
19
|
D.
Riwayat
Perkembangan
Anak yang menaglami osteogenesis
apabila tidak cepat ditangani akan mengalmi keterlambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan akibat kelainan tulang
E.
Riwayat
Imunisasi
Tidak ada permasalahan Imunisasi
dengan osteogenesis
F.
Pemeriksaan
fisik
1.
keadaan umum
-
Biaasanaya anak yang menagalami
osteogenesis tingkat kesadaranya normal atau compos mentis,
-
Perubahan dan peningkatan Tanda-tanda
vital bisa terjadi akibat, kelaian pada iga yang mengakibatkan distress
pernafasan, akibat nyeri, perubahan bentuk tubuh sesuai dengan kondisi anak
2.
Kepala
Wajah
mengalami kelainan bentuk akibat kelainan pembentukan tulang. Tulang tengkorak
tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran fontanela anterior
dan posterior
3.
Mata
Konjung
tiva anemis/tidak,simetris atau tidak, reaksi terhadap cahaya, mulut dan
bibir, gangguan pertumbuhan gigi. Pada
penderita OI sclera berwarna kebiru-biruan.Penderita mungkin mempunyai hidung
yang kecil dan/ mikrognatia
4.
Telinga
Biasanya
ditemukan gangguan pendengaran, seperti ketulian akibat kekurang prokolagen
5.
Leher
Kelaiana
yang mungkin pada leher adalah pemendekan tulang servikal, nyeri pada sendi di
tulang leher jika ada pergerakan
6.
Paru
Fraktur
multipel tulang iga membentuk gambaran manik-manik (beaded appearance),
thoraks yang sempit Biasanya nafas pendek, gangguan pernafasan, dan distress
pernafasan
7.
Jantung
Pada
pasien OI ini tidak ditemukan kelainan jantung
8.
Abdomen
Nyeri
perut apabila di palpasi
9.
Integumen
Pada
bed ress total bisa berakibat gangguan integument kulit
10.
Ekstremita
Kekuatan dan
tonus otot berkurang ,mengalami gangguan perkembangan, dan gangguan bentuk
tubuh, adanya fraktur, deformitas,
kyposcolisis, berupa sendi yang sangat lentur, , nyeri tulang kronis berulang
G.
Pemeriksaan
penunjang
Sinar-X bisa memperlihatkan stuktur
tulang yang tidak normal yang diduga osteogenesis imperfecta. Biopsi tulang
digunakan untuk mengobati diagnosa tersebut. Pemeriksaan yang disebut
audionetry dilakukan seringkali sepanjang masa kanak-kanak untuk memantau
pendengaran
II.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri berhubungan
dengan fraktur multiple
2.
Resiko cedera (injury) berhubungan dengan kerapuhan tulang
3.
Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan Nyeri apabila ada gerakan pada anggota gerak
4.
Resiko Kekurang kebutuhan Nutrisi
berhubungan dengan gangguan pada gigi
5.
Ansietas berhubungan dengan ketidak
tahuan keluarga terhadap penyakit
III. INTERVENSI KEPEARAWATAN
No
|
Dx keperawatan
|
Tujuan/KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri
b/d kerapuhan tulang
|
Tujuan : nyeri hilang/tidak dirasakan
lagi
KH:
-
menunjukan kemampuan
berpartisipasi dalam aktifitas
-
tidur dan istirahan yang cukup
|
-
Pertahankan imobilisasi bagioan
yang sakit dengan tirah baring
-
Hindari penggunaan ganjal dari
bahan yang keras dibawah ekstremitas
-
Dorong penggunaan teknik
manajemen relaksasi latihan nafas dalam
-
Identifikasi aktifitas terapeutik
yang tepat untuk usia pasien/ kemampuan fisik
-
Kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cidera
-
Kalaborasi dalam pemberian
analgetik bifosfonat, vit D dan kalsium
|
-
Menghilangkan nyeri dan mencegah
kesalahan posisi tulang/ tegangan jari yang cidera
-
Untuk menngurangi resiku cidera
dan memberikan kenyamanan
-
Memfokuskan perhatian/
meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam
manajemen nyeri
-
Mencegah kebosanan, menurunkan
ketegangan dan dapat meningkatkan kekuatan otot
-
Klien mungkin dibatasi, oleh
pandangaan diri keterbatasan fisik memerlikan intervensi untuk meningkatkan
kemajuan kesehatan
-
Analgetik untuk mengurangi nyeri
dan dapat menguatkan tulang
|
Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
otot dan kerusakan tulang yang pembentukan tidak sempurna
|
Tujuan : meningkatkan/ mempertahankan
mobilitas pada tingkat yang tinggi
KH :
-
Mempertahanklan posisi fungsional
-
Meningkatkan kemampuan melakukan
aktifitas
|
-
Bantu perawatan diri/ kebersihan/
contoh mandi
-
Berikan bantuan dalam mobilisassi
dengan kursi roda, instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
-
Motivasi klien berpartisipasi
pada aktifitas terapeutik, pertahankan rangsangan lingkungan, contoh TV,
radio , kunjungan keluarga
|
-
Meningkatkan kekuatan otot dan
sirkulasi daan meningkatkan kesehatan diri klien
-
Mobilisasi dini menurunkan
komplikasi tirah baring
-
Memberikan kesempatan
mengeluarkan energy, memfokuskan perhatian dan membantu menurunkan isolasi
sosial
|
|
3
|
Resiko
tinggi trauma tambahan berhubungan dengan hilangnya integritas skeletal
(fraktur)
|
Tujuan
:
Tidak
terjadi trauma tambahan
Kriteria
Hasil :
-
Kelurusan dan stabilisasi fraktur dapat dipertahankan.
-
Menunjukkan pergerakan tubuh yang mendukung stabilitas sisi fraktur.
-
Terbentuknya kallus/ penyatuan awal pada sisi fraktur sesuai kondisi
|
a.
Pertahankan ekstremitas tetap istirahat. Berikan sokongan pada sendi
diatas dan dibawah sisi fraktur bila melakukan pergerakan.
b.
Letakkan papan tempat tidur di bawah kasur atau letakkan klien di tempat
tidur ortopedik.
c.
Sokong sisi fraktur dengan bantal/ gulungan selimut. Pertahankan posisi
netral pada sisi yang rusak dengan kantong pasir, trokhanter roll atau papan
kaki.
|
-
Memberikan stabilitas, mengurangi kemungkinan gangguan kelurusan atau
penyembuhan.
-
Kasur yang lunak dapat menyebabkan gips basah atau mempengaruhi tarikan
traksi.
-
Mencegah gerakan yang tidak diperlukan dan gangguan kelurusan. Penempatan
bantal yang benar juga dapat mencegah perubahan bentuk pada gips yang sedang
mengeras.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& suddarth, 2004. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Doenges M.E.2006. Rencana Asuhan Keperawatan :
pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasikan dan pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta : EGC
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih
bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 : (1): 561-3.
Wong,dona.2002.
buku ajar keperawatan medical pediatric. Jakarta : EGC.
Marini JC. Osteogenesis
imperfecta. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,eds. Nelson textbook of
pediatrics, edisi ke-17. Philadelphia: Saunders, 004, 336-8
Plotkin H, Pattekar MA.
Osteogenesis imperfecta. Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
Marini JC. Osteogenesis
imperfecta-managing brittle bones. N Engl J Med 1998; 339: 986-7 Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
Root AW, Diamond Jr FB.
Disorders of calcium metabolism in the child and adolescent. Dalam: Sperling
MA, eds. Pediatric endocrinology, edisi ke-. Philadelphia: Saunders, 00,
657-85. Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
Nussbaum RL, McInnes RR,
Willard HF. The molecular and biochemical basis of genetic disease. Dalam:
Thompson and thompson genetic in medicine, edisi ke-6. Philadelphia: Saunders,
004, 9-346. Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
BAB IV
LAPORAN
KASUS
PENGKAJIAN
I.
IDENTITAS
KLIEN
A.
Identitas
klien
1. Nama
/nama panggilan : An. I
2. Tempat
tgl lahir/usia : Lubuk along, 05-03-000
3. Jenis
kelamin :
Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Tidak Sekolah
6. Alamat : Ganting sitabu, lubuk alung
7. Tgl
masuk :
08-1-011
8. No
MR :
7656
9. Diagnose
medik : Osteogenesis
B.
Identitas
orang tua
1).
Ayah
a. nama : Tn. S
b. usia : 40 thn
c. pendidikan : SMA
d. pekerjaan : Tani
e. agama : Islam
f. alamat : Ganting
sitabu, lubuk alung
2).
Ibu
a. nama : Ny. N
b. usia : 40 thn
c. pendidikan : SMA
d. pekerjaan : IRT
e. agama : Islam
28
|
C.
Identitas
saudara kandung
No
|
Nama
|
Usia
|
Hubungan
|
Status kesehatan
|
1
|
An.T
|
4
|
Saudara Kandung
|
Tidak ada mengalami masalah kesehatan
yang serius
|
II.
KELUHAN
UTAMA / ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Ibu dari An. I mengatakan
ada gangguan tulang semenjak kecil dimana tulang rapuh dan mudah patah yang
mengakibatkan An.I menghabiskan waktunya diatas tempat tidur . An.I sudah
dibawa berobat kedokter tulang dan akupuntur , namun tidak diketahui
penyebabnya, namun saat ada kasus serupa yang dialami An.A di RSUP Dr.M. Djamil
maka orang tua atas saran dari dokter membawa An.I ke RSUP Dr.M.Djamil. Masuk
melalui IGD lalu menggunakan brangkar menuju ke ruangan anak (kronik) yaitu
pada tanggal 08-1-011
III.
RIWAYAT
KESEHATAN
A.
RIWATAY
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1.
Pre
natal
Pemeriksaan kehamilan
: bulan sekali Keluhan selama hamil :
perdarahan tidak ada, PHS tidak ada, infeksi tidak ada, ngidam muntah-muntah , demam , perawatan selama
hamil, ibu tidak pernah terkena sinar radiasidan terapi obat tidak ada
2.
Intra
Natal
An.I dilahirkan di
rumah Sakit, Dengan cara Operasi Sesar, Penolong persalinan :dokter, diberi
analgesi dan tidak ada komplikasi nifas
3.
Post
natal
a. Kondisi
bayi : BB = 3300 gram PB = 49 cm
b. Anak tidak ada mengalami kelainan setelah
lahir seperti : penyakit kuning tidak ada, kebiruan tidak ada, kemerahan tidak
ada, problem memyusui tidak ada, BB stabil , infeksi tali pusat tidak ada
B.
RIWAYAT
KESEHATAN DAHULU
Klien pernah operasi
usus dempet saat usia 5.5 bulan, dirawat di Dr. M. Djamil Padang dan saat berumur 1,5 tahun tangan An.I fraktur
kemudian menyusul bagian-bagian tubuh dan anggota gerak lainya, hingga bagian
tubuh lainya
C.
RIWAYAT
KESEHATAN SEKARANG
Saat dilakukuan
pengkajian pada tanggal 12 Desember 2011 An.I tampak berbaring diatas tempat tidur
khusus, dengan keadaan tangan dan kaki bengkok dada membusung, dan merasakan
nyeri bahkan menangis jika tulangnya bergerak, selain itu Anak batuk berdahak sejak
1 bulan yang lalu sampai sekarang namun tidak mengeluh sesak nafas.
D.
RIWAYAT
KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien ( ostegenesis ). Namun Anak pertama dari
orang tua An.I meninggal saat dalam kandungan
IV.
RIWAYAT
IMUNISASI
NO
|
Jenis
imunisasi
|
Waktu
pemberian
|
Reaksi
setelah pemberian
|
1.
|
BCG
|
1 bulan
|
-
|
2
|
DPT
(I.II.II)
|
, 4, 6 bulan
|
-
|
3.
|
Polio
(I.II.III.IV)
|
, 4, 6 bulan
|
-
|
4.
|
Campak
|
9 bulan
|
-
|
5.
|
Hepatitis
|
, 4, 6 bulan
|
-
|
Kesimpulan : Tidak ada
maslah dalam riwayat Imunisasi
V.
RIWAYAT
TUMBUH KEMBANG
A.
Pertumbuhan
fisik
1. Berat
badan : ± 15 kg
2. Tinggi
badan : 96 cm
3. Waktu
tumbuh gigi : 6 bln
4. Lingkar
Kepala : 52 cm
B.
Perkembangan
tiap tahap
1. Berguling : 4 bln
2. Duduk
: 9 bln
3. Merangkak
: 7 bln
4. Berdidri
: 4 bln
5. Berjalan
: -
6. Senyum
pada orang lain pertama kali : 8 bulan
7. Bicara
pertama kali : 1 thn 6 bln
8. Perpakaian
tanpa bantuan : -
Kesimpulan
: terjadi keterlambatan perkembangan diamana anak tidak bisa berjalan akibat
kelainan tulang
VI.
RIWAYAT
NURTISI
A.
Pemberian
ASI
1. Pertama
kali disusui : dari lahir
2. Cara
pemberian : langsung dari ibu
3.
Lama pemberian : 2thn
B.
Pemberian
susu formula
1. Alasan
pemberian : Untuk menambah nutrisi anak
2. Waktu
pemberian : 1 thn - sekarang
3. Cara
pemberian : dengan dot ( √ ), sendok ( √ )
C.
Pola
perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
no
|
usia
|
Jenis
nutrisi
|
Lama
pemberian
|
1.
2
|
1
thn
3
thn
|
Energen
Nasi
tim
|
Sekarang
sekarang
|
VII.
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL
anak tinggal di rumah sendiri, Lingkungan berada di area
setengah kota, rumah berdekatan dengan sekolah, Hubungan antar keluarga :
harmonis orang tua selalu mengajarkan kepada anakanya tentang
pembelajaran-pembelajaran hingga An.I bisa membaca, anak dibesarkan olleh orang
tua sendiri
VIII.
RIWAYAT
SPIRITUAL
§ Support
system dalam keluarga : saling mendukung antar yang lain
§ Kegiatan
keagamaan : sholat berjamaah dan mengaji
IX.
REAKSI
HOSPITALISASI
a.
Pengalaman
keluarga tentang sakit dan di rawat inap
§ Alasan
ibu membawa anaknya ke RS karena sebelumnya juga ada kasus yang serupa di RSUP
M.Djamil dan bisa diatasi,
§ Perasaan
orang tua saat in khawatir
§ Orang
tua selalu berkunjung
§ yang
akan tinggal dengan anak : ayah, ibu dan saudara dari An.I
b.
Pemahaman
anak tentang sakit dan rawat inap
Orang tua An.B
mengatakan kalau An.I tidak begitu takurt masuk rumah sakit, karena beliau
telah menjelaskan alasan dibawah ke rumah sakit. Saat di Tanya perasaan An.I
menjawab ia merasa senang dan sehat
X.
AKTIVITAS
SEHARI-HARI
A.
Nutrisi
kondisi
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
1.
Selera makan
2.
Menu makan
3.
Frekuensi makan
4.
Makanan pantangan
5.
Cara makan
6.
Ritual saat makan
|
Baik
Nasi tim
3 X sehari
Yang keras
Di suap
Berdoa
|
Menurun
Susu
X sehari
Yang keras
Di suap
Berdoa
|
B.
Cairan
Kondisi
|
Sebelum
sakit
|
Setelah
sakit
|
1.
Jenis minuman
2.
Frekuensi minum
3.
Cara pemenuhan
|
Air
putih & susu
±
8 gelas
Di
bantu keluarga
|
Air
putih & susu
±
7 gelas
Di
bantu keluarga
|
C.
Eliminasi
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Setelah sakit
|
1.
Tempat pembuangan
2.
Frekuensi
3.
Konsistensi
4.
Kesulitan
5.
Obat pencahar
|
WC
± 3 x sehari
Biasa
Tidak ada
Tidak ada
|
Pispot
± x sehari
Biasa
Tidak ada
Tidak ada
|
D.
Istirahat
tidur
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Setelah sakit
|
1.
Jam tidur
-
Siang
-
malam
2.
Pola tidur
3.
Kebiasaan sblm tidur
4.
Kesulitan tidur
|
± - 3 jam
± 9 – 10 jam
-
-
ada
|
± 1 – jam
± 7 – 8 jam
-
-
ada
|
E.
Olah
raga
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Setelah sakit
|
1.
Program olah raga
2.
Jenis frekuensi
3.
Kondisi setelah olah raga
|
-
-
-
|
-
-
-
|
F.
Personal
hygiene
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Setelah sakit
|
1.
Mandi
-
Cara
-
Frekuensi
-
Alat mandi
2.
Cuci rambut
-
Frekuensi
-
cara
3.
Gunting kuku
-
Frekuensi
-
cara
4.
Gosok gigi
-
Frekuensi
-
Cara
|
Diguyur &
di lap
3 hari sekali
Air, sabun,
shampoo,dll
3 hari sekali
Di guyur
seminggu sekali
1x sehari
Di bantu
|
Diguyur &
di lap
3 hari sekali
Air, sabun,
shampoo dll
3 hari sekali
Di guyur
seminggu
sekali
1 x sehari
Di bantu
|
G.
Aktifitas
/ mobilitas fisik
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Setelah sakit
|
1.
Kegiatan sehari-hari
2.
Pengaturan jadwal ujian
3.
Penggunaan alat bantu aktifitas
4.
Kesulitan pergerakan tubuh
|
-
-
-
Badan tdk bsa
di gerakkan
|
-
-
-
Badan tidak
bisa di gerakn
|
H.
Rekreasi
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Setelah sakit
|
1.
Perasaan saat sekolah
2.
Waktu luang
3.
Perasaan setelah rekreasi
4.
Waktu senggang keluarga
5.
Kegiatan hari libur
|
-
Nonton TV
Senang
Berkumpul
Nonton TV
|
-
Nonton TV
Senang
Berkumpul
Nonton TV
|
XI.
PEMERIKSAAN
FISIK
A.
Keadaan
umum klien : lemah
B.
Tanda
– tanda vital
v Suhu
: 36, 5 ºC
v Nadi
:90 x/i
v Pernafasan
: 34 x/i
C.
Antropometri
v Tinggi
badan : 96 cm
v Berat
badan : ± 15 kg
v Lingkar
kepala : 52 cm
v Lingkar
perut : -
D.
Kepala
v Bentuk
kepeala normal dan tidak ada kelainan
v Mata
: Kelopak mata, bulu mata dan alis tidak ada kelainan, Konjungtiva tidak
anemis, sclera agak membiru, pupil isokor mm = mm, reflek cahaya norma +/+
v Hidung
: simetris, pernafasan cuping hidung, secret tidak ada, polip tidak ada
v Mulut
: bibir pecah – pecah normal, bersih, gigi berantakan bahkan tidak ada,
kemampuan menelan baik
v Telinga
: pendengaran kurang, keadaan daun telinga normal, serumen ada
E.
Leher
leher, tidak ada pembebesaran kelenjar
F.
Dada
:
I : dada pendek, barrel chest, tampak
pergerakan dinding dada
P : fremitus ki = ka,
fraktur pada caste
P : sukar di nilai
A : vesikuler rhonki
tidak ada, wheezing tidak ada
G.
Jantung :
I : ictus tidak
terlihat
P : ictus teraba
P : batas jantung
A : irama teratur,
bising usus tidak ada
H.
Abdomen
I : distensi tidak ada, tampak membuncit
P : lien tidak teraba,
hepar tidak teraba
P : tympani
A : bising usus (+)
v Anus
: lecet tidak ada, hemaroid tidak ada,
I.
Ekstremitas
I:
Anggota
gerak tidak bisa digerakan, kaki tampak membengkok, kuku tampak bersih
P
:
Akral teraba hangat,CRP < 3 detik
J.
Ekstremitas
Tidak ada kelainan
seperti ikterik, pucat, sianosis, Turgor kulit bagus, kebersihan kulit tampak
bersih
K.
Genitalia
v Skrotum
kecil , tidak berkembang.
XII.
PEMERIKSAAN
LABOR
1. Pemeriksaan
Radiologi : Menunjukan fraktur komlek dibagian anggota gerak, dan keretakan di
tulang iga
2. Pemeriksaan
Sputum: Tuberkulin 1 = Negatif
Tuberkulin 2 = Negatif
Tuberkulin 3 = Negatif
3. Pemeriksaan
Hematologi : Tidak ada kelainan:
XIII.
PENGOBATAN
Pengobatan yang direncanakan adalah
premidonat yang masih dalam pesanan
ANALISA DATA
NO
|
DATA PENUNJANG
|
PATOFISIOLOGI
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
2
3
4.
|
DS :
·
Keluarga / klien menagatakan merasakan sakit apabila
badan klien digerakkan
·
Klien / keluarga mengatakan tidak dapat menggerakkan
badannya kekri atau kekanan karena sakit pada tulang-tulang sehingga klien
hanya tidur telentang saja
DO :
·
Klien tampak hanaya berbaring ditempat tidur saja
·
Klien tampak meringis kesakitan apabila badannya
digerakkan kekiri atau kekanan
·
An.I tampak
meringis jikaia batuk
DS :
·
Keluarga mengatakan klien hanya berbaring ditempat
tidur saja
·
Keluarga mengatakan klien tidak dapat menggerakkan
badannya kekiri dan kekanan sehingga klien hanya dengan posisi telentang saja
DO :
·
Klien tampak hanya berbaring ditempat tidur saja
·
Klien tampak tidak bisa menggerakkan badannya kekiri
dan kekanan sehingga klien hanya dengan posisi telentang saja dan datar
dengan tempat tidur yang khusus dibuat oleh keluarga sendiri
·
Aktivitas sehari tampak hanya dilakukan dan dibantu
oleh keluarga / perawat seperti mandi , makan , berpakaian.
DS :
-
Ibu An.I
mengatakan kalau An.I mengalami kelaianan tulang semenjak kecil yaitu rapuh
dan mudah patah
-
An.I mengatakan
kalau ia mersa nyeri jika ada anggota tubuh bergerak
DO:
-
Hasil rontgen
menunjukan ada kelainan tulaanggot atubuhng dan fraktur di berbagai
-
Klien tampajk
meringis bahkan menangis jika ada
anggota badanya bergerak
DS
·
Ibu mengatakan
kalau anaknya tidak pernah sekolah
·
Ibunya mengatakan
kalau anaknya suka menonton TV
·
Ibunya mengatakan
kalau anaknya suka membaca dan wawasanya luas
·
An.I menagatkan
kalau ia ingin punya laptop dan ingin menguasai internet
DO
·
An.I Kooperatif
dalam setiap menjawab pertanyaan
·
An.I tampak
memiliki keterbatasn fisik tapi wawasan anaknya tinggi / bijak
|
Kelaianan struktur prokolagen
Kelainan pembentukanTulang
Kerapuhan Tulang
Fraktur
Nyeri
Kelaianan struktur prokolagen
Kelainan pembentukanTulang
Kerapuhan Tulang
Fraktur
Nyeri
kerusakan mobilisasi
Kelaianan struktur prokolagen
Kelainan pembentukanTulang
Kerapuhan Tulang
Tulang Mudah fraktur
Resiko Cedrea
Keterbatasan Fisik
Respon Positif dari Sikap Orang Tua /
Perilaku adaptif
Orang tua memenuhi kebutuhan untuk
perkembangan Anak
Potensial Perkemabnagn dari wawasan An.I
|
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d putusnya inkontuinitas
jaringan tulang
Gangguan Imobilisasi b/d nyeri
Resiko Cedrea b/d kelainan (keropos) tulang
Potensial
peningkatan Koping keluarga b/d
tingginya kesadaran keluarga terhadap peningkatan derajat kesehatan anak
|
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA : An.I
RUANGAN : KELAS II A RUANGAN KRONIK IRNA ANAK RSUP DR
M.DJAMIL PADANG
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TGL DITEGAKAN
|
PARAF
|
TGL TERATASI
|
PARAF
|
1
|
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d Kelaianan
Tulang ditandai dengan :
-
Meringis hingga
menangis jika anggota geraknya tergerakan
-
Nyeri jika
mengalami batuk
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
|||
2
|
Gangguan Imobilisasi b/d putusnya
inkontuinitas jarinagn ditandai dengan
-
Nyeri jika
bergerak
-
Tidak mandiri
penuh dalam pemenuhan kebutuhan
-
Tidak mampu
bergerak maupun beraktifitas
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
|||
3
|
Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan
kelainan (kerapuhan) Tulang ditandai dengan :
-
Tulang Rapuh
-
Fraktur kompleks
pada bagaian tubuh
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
|||
4
|
Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap
peningkatan derajat kesehatan anak
-
Respon keluarga adptif
-
Anak mampu menerima keadaan dan bijak
|
Rabu /
Des 011
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d kerapuhan tulang
– tulang
a. Tujuan : Skala nyeri berkurang
b. Hasil yang diharapkan :
·
Menunjukkan kemampuan dalam bergerak/
beraktivitas
·
Istrirahat / tidur klien sesuai dengan waktu
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Pertahankan imobolisasi bagian yang sakit
·
Hindari penggunaan bantal pada kepala klien dan
bahan yang kasar dan keras pada tempat tidur uashan tempat tidur datar.
·
Memberikan posisi yang nyaman pada klien
|
·
Menghilangkan nyeri dan mencegah keparahan
terhadap kerapuhan tu;lang yang dialami klien
·
Menghindari / menurunkan insiden komplikasi
pada klien
· Menurunkan ketegangan
dan memberikan kenyaman pada klien
|
2.
Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik
b/d kelemahan otot- otot
a.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
b.
Hasil yang diharapkan :
·
Dapat meningkatkan mobilitas yang memungkinkan
dilakukan klien
·
Meningkatkan kekuatan otot
·
Menunjukkan adanya aktivitas dapat dilakukan
klien
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Kaji imobilitas yang dihasilkan cidera dan
perhatikan persepsi klien terhadap imobilitas
·
Tempatkan klien pada tempat tidur yang datar
dengan posisi telentang
·
Menbantu /mendorong klien dalam melakukan perawatan diri dan
pemenuhan kebutuhan klien seperti mandi dan makan
·
Memonitor TTV seperti Nadi, sushu, dan
pernafasan klien
|
·
Untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan dan persepsi diri klien terhadap keterbatasan
fisik yang dialami
· Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul
· Menguatkan kekuatan otot dan sirkulasi
serta pemenuhan nutrisi pada klien
· Menghindari klien dari terjadinya hipotensi
postural yang menyertai dari tirah baring klien.
|
3.
Diagnosa 3 : Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan kelainan (kerapuhan) Tulang
a.
Tujuan :
Cedera dapat dicegah
b.
Kriteria
Hasil :
·
Fraktur tidak bertambah
·
Rasa Nyaman terpenuhi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
· Pertahankan
tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi.berikansokongan sendi diatas dan
dibawah fraktur bila bergerak/membalik
· Batasii
tindakan yang berakibata gerakan pada anggota tubuh.
· Letakan
papan dibawah tempat tidur/tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
· Sokong
fraktur dengan bantal,pertahankan posisi netral pada bagian yang sakitdengan
bantal pasir,pembebat.
· Kaji
ulang foto rontgen
|
· Meningkatkan
stabilitas,menurunkan kemungkinangangguan posisi/penyembuhan
· Mengurangi
cidera dan nyeri
· Tempat
tidur lembut dapat mengakibatkan deformasi gips yang masih basah,mematahkan
gips yang sudah kering,atau mepengaruhi penarikan traksi.
· Mencegah
gerakan yang tak perlu dan perubahan,posisi. Posisi yang tepat dari bantal
juga dapat mencegah tekanan deformitas yang kering.
· Memberikan
bukti visual mulainya pembentukan kalus/proses penyembuhan untuk menentukan
tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan/tambahan terapi.
|
4. Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap
peningkatan derajat kesehatan anak
a.
Tujuan : Pertutmbuhan dan perkembangan (kecerdasan) An.I bisa ditingkatkan
b.
Kriteria
Hasil yang diharapkan :
·
Wawasan
Anak bertambah luas
·
Kecerdasan
meningkat
·
Kreativitas
anak meningkat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Penuhi
Kebutuhan sehari-hari dari Anak
·
Kaji
hal yang disuskai dari Anak
·
Motivasi
keluarga untuk selalu mempertahan perilaku adaptif
·
Motivasi
anak dalam hal pembelajarah
·
Berikan
reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
|
· Pertumbuhan dan perkembangan memnrlukan
kebuthan nutrisi yang adekuat
· Untuk mengetahui keahlian yang dimiliki oleh
anak
Menghilangkan kejenuhan dari keluarga dan
meningkatkan rasa percaya diri
Meningkatkan Rasa percaya diri anak
Meningkatkan
rasa percaya diri anak
|
CATATAN PERKEMBANGAN (IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI)
NAMA : An.I
NO
MR :
RUANGAN : KELAS II A RUANGAN KRONIK IRNA ANAK RSUP DR M.DJAMIL PADANG
NO DX
|
HARI/ TANGGAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
PARAF
|
1
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
a.
Memamntau
Tanda-tanda Vital
b.
Mempertahankan imobilitas bagian yang sakit dengan
tirah baring
c.
Menghindari penggunaan bantal dan bahan yang keras
dibawah ekstremitas
d.
Mengajrkan teknik relaksasi latihan nafas dalam
e.
Mengkaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh
cidera
f.
Memberi Terapi sesuai order
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau badan anaknya masih nyeri
bila disenggol
O :
-
Klien tampak meringis bila ada pergerakan /
tersenggol
-
S : 36,50C, N : 9 x /menit, P : 34 x /
menit
A:
-
Masalah belum teratasi
P:
-
Intervensi Dilanjutkan
|
|
2
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
a.
Memamntau
Tanda-tanda Vital
b.
Bantu perawatan diri / kebersihan seperti mandi
c.
Beri posisi senyaman mungkin
d.
Memotivasi klien untuk berartisipasi pada
aktivitas terapeutik pertahankan rangsangan lingkungan contoh : TV, Radio,
Kunjungan Keluarga
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau badan anak tidak bisa
diangkat (digerakan)
-
Ibu mengatakan kalau badan anak lemah
O :
-
Anak tapak diam saja
-
S : 36,50C, N : 9 x /menit, P : 34 x /
menit
A:
-
Masalah belum teratasi
P:
-
Intervensi Dilanjutkan
|
|
3
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
a.
Mempertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai
indikasi.berikansokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila
bergerak/membalik
b.
Membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada
anggota tubuh. Seperti memndikan klien
c.
Meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan
pasien pada tempat tidur ortopedik.
d.
Menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan posisi
netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.
|
S:
-
Ibu klien mengatakan kalau klien masih merasa nyeri jika anggota badan bergerak
-
An.I menngatakan kalau nyeri jika ada anggota
badan yang bergerak
O
-
An.I selalu memperingati jika ada perawat ingin
melakukan tindakan untuk selalu hati-hati
-
An.I tampak merinngis dan tidak bisa melakukan
apaun
-
Belum ada obat yang diberikan untuk masalah An.I
A
-
Masalah belum teratasi
P
-
Intervensi dilanjutkan dengan memperhatikan hasil
rontgen
|
|
4
|
Senin
/ 1 Des 2011
|
a)
Memenuhi Kebutuhan
sehari-hari dari Anak
b)
Mengkaji hal yang disuskai dari Anak
c)
Memotivasi
keluarga untuk selalu mempertahan perilaku adaptif
d)
Memotivasi anak
dalam hal pembelajarah
e)
Memberikan
reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau An.I anak yang cerdas
-
Ibu mengatakan kalau An.I memilik wawasan yang
tinggi
-
An.I menagtakan kalau ia ingin menjadi pilot
-
An.I mengatakan suka menontok acara berbau wawasan
dan pendidikan
O :
-
Ibu tampak memberikan semua kebutuhan dengan kasih
saying
-
Tidak tampak wajah terpaksa dalam raut wajh ibu
A:
-
Masalah teratsi sebahagian
P:
Intervensi
Dilanjutkan
Dengan
mebawakan buku-buku bacaan bertema pendidikan dan maupaun buku cerita lainya
|
|
1
|
Selasa/13
Des 2011
|
a.
Memamntau
Tanda-tanda Vital
S : 36,7, N : 99 P : 34 x/menit
b.
Mempertahankan imobilitas bagian yang sakit dengan
tirah baring
c.
Menghindari penggunaan bantal dan bahan yang keras
dibawah ekstremitas menggunakan kasur khusus
d.
Memberi posisi yang nyaman dengan alas yang lembut
dan datar
e.
Mengkaji tingkat nyeri : Wajah klien meringis
bahkan menagis jika bergerak
f.
Memberi Terapi sesuai order : Diet khusus
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau badan anaknya masih nyeri
bila digerakan
O :
-
Klien tampak meringis bila ada pergerakan /
tersenggol
-
S : 36,60C, N : 97 x /menit, P : 3 x /
menit
A:
-
Masalah belum teratasi
P:
-
Intervensi Dilanjutkan
|
|
2
|
Selasa/13
Des 2011
|
a.
Memamntau
Tanda-tanda Vital
S : 36,7, N : 99 P : 34 x/menit
b.
Bantu perawatan diri / kebersihan seperti mandi
c.
Beri posisi senyaman mungkin
d.
Memberi Terapi sesuai order
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau badan anak lemah
O :
-
Anak tapak diam saja
-
S : 36,60C, N : 97 x /menit, P : 3 3x /
menit
A:
-
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi Dilanjutkan
|
|
3
|
Selasa/13
Des 2011
|
a.
Mempertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai
indikasi.berikansokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila
bergerak/membalik
b.
Membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada
anggota tubuh. Seperti memndikan klien
c.
Meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan
pasien pada tempat tidur ortopedik.
d.
Menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan posisi
netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.
|
S:
-
Ibu klien mengatakan kalau klien masih merasa nyeri jika anggota badan bergerak
-
An.I menngatakan kalau nyeri jika ada anggota
badan yang bergerak
O
-
An.I selalu memperingati jika ada perawat ingin
melakukan tindakan untuk selalu hati-hati
-
An.I tampak merinngis dan tidak bisa melakukan
apaun
-
Belum ada obat yang diberikan untuk masalah An.I
A
-
Masalah belum teratasi
P
-
Intervensi dilanjutkan dengan memperhatikan hasil
rontgen
|
|
4
|
Selasa/13
Des 2011
|
a)
Memenuhi Kebutuhan
sehari-hari dari Anak
b)
Menanykan perasaan
anak
c)
Memotivasi
keluarga untuk selalu mempertahan perilaku adaptif
d)
Memotivasi anak
dalam hal pembelajarah
e)
Memberikan
reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
|
S:
-
An.I mengatakan perasaanyai baik-baik saja
-
An.I mengatakan kalau ia sayangsama ibunya
O :
-
Ibu tampak memberikan semua kebutuhan dengan kasih
saying
-
Ibu tampak senan atas sikap An.I
A:
-
Masalh dapat diatasi dengan baik
P:
Intervensi
Dihentikan
|
|
1
|
Rabu
/ 14 Des 2011
|
a.
Memamntau
Tanda-tanda Vital
b.
Mempertahankan imobilitas bagian yang sakit dengan
tirah baring
c.
Menghindari penggunaan bantal dan bahan yang keras
dibawah ekstremitas
d.
Memberi posisi yang nyaman
e.
Mengkaji tingkat nyeri
f.
Memberi Terapi sesuai order
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau badan anaknya masih nyeri
bila digerakan
-
Ibu mengatakan anak tersa nyeri jika batuk
O :
-
Klien tampak meringis bila ada pergerakan /
tersenggol
-
S : 36,0C, N : 95 x /menit, P : 33 x /
menit
A:
-
Masalah belum teratasi
P:
-
Intervensi Dilanjutkan
|
|
2
|
Rabu
/ 14 Des 2011
|
a.
Memamntau
Tanda-tanda Vital
b.
Bantu perawatan diri / kebersihan seperti mandi
c.
Beri posisi senyaman mungkin
d.
Memberi Terapi sesuai order
|
S:
-
Ibu mengatakan kalau badan anak lemah
O :
-
Anak tapak diam saja
-
S : 36,0C, N : 95 x /menit, P : 33 x /
menit
A:
-
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi Dilanjutkan
|
|
3
|
Rabu
/ 14 Des 2011
|
a.
Mempertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai
indikasi.berikansokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila
bergerak/membalik
b.
Membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada
anggota tubuh. Seperti memndikan klien
c.
Meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan
pasien pada tempat tidur ortopedik.
d.
Menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan posisi
netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.
|
S:
-
Ibu klien mengatakan kalau klien masih merasa nyeri jika anggota badan bergerak
-
An.I menngatakan kalau nyeri jika ada anggota
badan yang bergerak
O
-
An.I selalu memperingati jika ada perawat ingin
melakukan tindakan untuk selalu hati-hati
-
An.I tampak merinngis dan tidak bisa melakukan
apaun
-
Belum ada obat yang diberikan untuk masalah An.I
A
-
Masalah belum teratasi
P
-
Intervensi dilanjutkan dengan memperhatikan hasil
rontgen
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas tentang kesenjangan
kasus antara teori dan kasus yang dikelola oelh kelompok yaitu Kasus
Osteogenesis Imperfectayang diderita oleh An.I
A.
Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan.Dalam pengkajian ,harus
memperhatikan data dasar pasien,informasi yang di dapat dari klien adalah data
primer dan data yang didapat dari orang lain adalah dat sekunder ,catatan
kesehatan klien,informasi atau laporan laboratorium,te diagnostic,keluarga dan
orang yang terdekat atau anggotatim kesehatan merupakan pengkajian data
dasar,(Hidayat,2001).
Pada
saat dilakukan pengkajian pada An.I, dapat kelompok ambil kesimpulan kala An.I
mengalami Osteogenesi Imperfacta tipe III karena data yang didapatkan adalah
1. Data
Subjektif
Ibu
dari An.I mengatakan kalau An.I diketahui mulai fraktur pada umur 1,5 tahun,
tetapi saat berumur kurang dari 1 tahun An.I tamapk sering rewel dan
terkejut-kejut seperti oaring menahan sakit. An.I bisa merangkak, duduk bahkan
berdiri, walaupun berjalana jika dibimbing. Saatfrakturorang tua An,I membawa
anaknya ke Akupuntur. Sampai berumur 3 thun, setelah berhenti kondi An.I turun
drastis, An.I mulai mengalami fraktur pada bagian yang lain. Dan terjadi
deformitas pada bagian fraktur. Sampai keadaan An.I seperti saat sekarang ini
menghabiskan waktu ditempat tidur .
2. Data
Objektif
Dari
pegkajian yang dilakuakn An.Ibentuk tubuh An.I tidak normal sebagai aank
berumur 11 tahu seperti perwaatakan pendek, kaki dan tangan mengalami
deformitas ( membengkok) gigi tidak tumbuh , dada
53
|
Pemeriksaan
penunjuang menunjukan kalau Tulang dari An.I menagalami frakatur (komplit maupun inkomplit) diberbagai tubuh
seperti di humerus , femor, iga, tibia, ulnar dan sebagainya). Keadaan An.I
stabil dengan suhu 36,50C , RR 34x /menit, Nadi 98x/menit. Pemeriksaan
Fisik yang lain metoda palpasi dan perkusi tidak bisa dilakukan secara langsung Karena kelompok menghindari resiko cedera
sperti pemeriksaan dada, jantung, tes neurologi dan lain sebagainya
Ini
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Plotkin, (2003) yang
dikutip dari blog kedokteran anak Unsri bahwa Osteogenesis
terdiri dari 4 level / dan kasusu diatas menurut kelompok OI tipe III (Berat/Progresif)
Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan
yang menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang sangat lentur,
kelemahan otot, nyeri tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. Berat badan dan panjang lahir sering
rendah.Fraktur sering terjadi dalam uterusSetelah lahir, fraktur sering terjadi
tanpa sebab dan sembuh dengan deformitas Kebanyakan penderita mengalami
perawakan pendekBentuk wajah relatif triangular dan makrosefali Sklera
bervariasi dari putih hingga biru.Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta
(80% pada anak usia < 10 tahun) Disorganisasi matriks tulang menyebabkan
gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari gambaran radiologi.
Data
yang tidak sesuai antara teori dengan kasus adalah : An.I mengalami Batuk
berdahak setelah di uji tes tuberculin hasilnya negative. Ini menunjukan
kalau anak mengalami batuk berdahak
biasa. Ini diakibatkan oleh pengaruh dari penurunan daya than tubuh ditambah
dengan masuknya MO peyebab batuk ke dalam makanan maupun penyebaran lewat udara
dari lingkungan sekitar
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan diambil ng dialami oberdasarkan dari tandad an gejala dari
osteogenesi sehingga bisa dirumuskan
1.
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri berhubungan
dengan fraktur multiple
2.
Resiko cedera (injury) berhubungan dengan kerapuhan tulang
3.
Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan Nyeri apabila ada gerakan pada anggota gerak
4.
Resiko Kekurang kebutuhan Nutrisi
berhubungan dengan gangguan pada gigi
5.
Ansietas berhubungan dengan ketidak
tahuan keluarga terhadap penyakit
Namun
dari hasil pengkajian yang dilakukan diagnosa yang tegak adalah
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d Kelaianan
Tulang ditandai dengan
-
Meringis
hingga menangis jika anggota geraknya tergerakan
-
Nyeri
jika mengalami batuk
2. Gangguan Imobilisasi b/d putusnya
inkontuinitas jarinagn ditandai dengan
-
Nyeri
jika bergerak
-
Tidak
mandiri penuh dalam pemenuhan kebutuhanifny
-
Tidak
mampu bergerak maupun beraktifitas
3. Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan
kelainan (kerapuhan) Tulang ditandai dengan :
-
Tulang
Rapuh
-
Fraktur
kompleks pada bagaian tubuh
4. Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap
peningkatan derajat kesehatan anak
-
Respon keluarga adptif
-
Anak mampu menerima keadaan dan bijak
Perbedaan
diagnosa keperawatan yang muncul antara kasus dengan teori adalah Potensial
peningkatan koping keluarga, diagnosa ini muncul karena akeluarga sudah merawat
An.I dengan keadaan seperti ini semenjak berumur 4 tahun ini menunjukan kalau
keluarga sudah menerima keadaan anak, dan keluarga sadar kalau anak perlu
dikembangkan kognitifnya, ini bisa dibuktikan dari An.I tidak sekolah tapi An.I
anak yang bijak, kooperatif , wawasan tinggi, dan pandai membaca walaupun tidak
sekolah
C.
Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
1.
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan
dengan kelainan pada tulang
Diagnosa
ini tegak karena : Keluarga / klien menagatakan merasakan sakit apabila
badan klien digerakkan, Klien / keluarga
mengatakan tidak dapat menggerakkan badannya kekri atau kekanan karena sakit
pada tulang-tulang sehingga klien hanya tidur telentang saja, Klien tampak hanaya berbaring ditempat tidur saja, Klien tampak meringis kesakitan apabila badannya
digerakkan kekiri atau kekanan,
An.I tampak meringis jikaia batuk.
Intervensi
yang dilakukan oleh kelompok adalah,Memamntau Tanda-tanda Vital, Mempertahankan imobilitas
bagian yang sakit dengan tirah baring, Menghindari penggunaan bantal dan bahan
yang keras dibawah ekstremitas,Mengajrkan teknik relaksasi latihan nafas dalam,
Mengkaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera,Memberi Terapi sesuai
order
Masalah ini tidak bisa diatasi karena
kondisi klien yang tidak memungkinkan dan waktu dinas perawat yang terbatas
ditambah dengan obat untuk tualng tersebut yang langka yang harus dipesan yaitu
promina
2.
Gangguan Imobilsasi (ketidak mandirian)
berhubungan dengan inkontuinitas jarinagn tulang di berbagai bagian tubuh
Diagnosa
ini tegak karena Keluarga mengatakan klien hanya berbaring ditempat tidur
saja, Keluarga mengatakan klien tidak dapat
menggerakkan badannya kekiri dan kekanan sehingga klien hanya dengan posisi
telentang saja,Klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur saja ,Klien tampak tidak bisa
menggerakkan badannya kekiri dan kekanan sehingga klien hanya dengan posisi
telentang saja dan datar dengan tempat tidur yang khusus dibuat oleh keluarga
sendiri, Aktivitas sehari tampak hanya dilakukan dan
dibantu oleh keluarga / perawat seperti mandi , makan , berpakaian.
Intervensi
yang dilakukan kelompok adalahMemamntau Tanda-tanda Vital, Bantu perawatan diri /
kebersihan seperti mandi, Beri posisi
senyaman mungkin , Memotivasi klien untuk berartisipasi pada aktivitas
terapeutik pertahankan rangsangan lingkungan contoh : TV, Radio, Kunjungan
Keluarga
Masalah ini tidak bisa diatasi karena
kondisi klien yang tidak memungkinkan dan waktu dinas perawat yang terbatas
ditambah dengan obat untuk tualng tersebut yang langka yang harus dipesan yaitu
promina
3.
Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan
kelainan (kerapuhan) Tulang
Diagnosa
keperawatan ini tegak karena Ibu An.I mengatakan kalau An.I mengalami kelaianan
tulang semenjak kecil yaitu rapuh dan mudah pata An.I mengatakan kalau ia mersa
nyeri jika ada anggota tubuh bergerak hasil rontgen menunjukan ada kelainan
tulaanggot atubuhng dan fraktur di berbagai, klien tampajk meringis bahkan menangis jika ada anggota badanya
bergerak.
Intervensi
yang dilakukan kelompok adalah Pertahankan tirah
baring/ekstremitas sesuai indikasi. memberikan sokongan sendi diatas dan
dibawah fraktur bila bergerak/membalik, membatasi tindakan yang berakibata
gerakan pada anggota tubuh. meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan
pasien pada tempat tidur ortopedik, menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan
posisi netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat., mengkaji
ulang foto rontgen
Masalah ini tidak bisa diatasi karena
kondisi klien yang tidak memungkinkan dan waktu dinas perawat yang terbatas
ditambah dengan obat untuk tualng tersebut yang langka yang harus dipesan yaitu
promina
4.
Perilaku adaptif dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkemabnagan b/d respon positif keluarga dalam menghadapi masalah
Ini tegak karena Ibu mengatakan kalau anaknya
tidak pernah sekolah, Ibunya mengatakan kalau anaknya suka menonton TV, Ibunya
mengatakan kalau anaknya suka membaca dan wawasanya luas, An.I menagatkan kalau
ia ingin punya laptop dan ingin menguasai internet, An.I Kooperatif dalam
setiap menjawab pertanyaan, An.I tampak memiliki keterbatasn fisik tapi wawasan
anaknya tinggi / bijak, Penuhi Kebutuhan sehari-hari dari Anak
Intervensi
yang dilakukan kelompok mengkaji hal yang disuskai dari Anak,memotivasi
keluarga untuk selalu mempertahan perilaku adaptif, memotivasi anak dalam hal
pembelajarah, memberikan reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
Masalah ini bisa dipertahankan oleh
keluarga karena tampak keluraga selalu mengjarkan anaknya hal-hal positif,
ditambah dengan orang tua memenuhi kebutuhan untuk perkembangan sianak seperti
membelikan buku-buku pelajaran dan TVPhone
BAB V
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Osteogenesis imperfecta adalah kelompok
gangguan pada pembentukan tulang yang membuat tulang mudah patah secara tidak
normal. Kasus osteogenesis merpakan kasus langka dan mengakibatkan masalh yang
komplek bagi penderita nya terutama anak-anak. Karena anak-anak merupaka masa
emas untuk masa depan, tapi karena masalah yang ditemukan adalah nyeri dan
ganggauan imobilisasi maka anak tidak bisa beraktifitas dengan baik, hari-hari
akan dihabiskan di tempat tidur akibat fraktur disekujur tubuh, tapi dengan
pengobatan yang rutin masalh osteogenesis bisa diatasi walaupun tidak bisa
mengembalikan dalam keadaan normal.
Yang harus diperhatikan pada anak yang
mengalami osteogenesis ini adalah kebtuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Kebutuhan untuk pertumbuhanya seperti nutrisi, asupan nutrisi yang diberikan
harus adekuat dan komposisinya juag tinggi kalori dan protein begitujuga
mineral untuk tulang (kalsium) makanan yang diberikan berkonsistensi lunak
seperti bubur karena pertumbuhan gigi sianak juga akan mengalami permasalahan
Untuk memenuhi perkembangan anak juga harus diperhatikan seperti mengasah
kemampuan sianak, meningkatkan kreatifitas,karena Kisah
seorang yang menagalami osteogenesis yang sukses ada diluar negri, karena selau dilatih dan
diberi pembelajaran maka bisa berhasil, Untuk itu orangtua dan petugas
kesehatan harus menagasah kemampuan anak untuk meningkatkan kreatifitas si
anak, bangkitkan semngat orang tua nya dan sianak
2.
SARAN
a. Petugas Kesehatan harus memberikan motivasi
kepada orang tua supaya keprcayaan iri orang tua meningkat dalam mengasuh
anaknya
b.
58
|
c. Petugas Kesehatan harus memperhatikan keadaan
perkembangan klien osteogenesis sebagai anak-anak yaitu dunia bermain
d. Petugas kesehatan memberikan motivasi pada
anak untuk meningkatkan kreatifitas anak dan wawasan anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar