Sabtu, 29 Januari 2011
Intervensi Keperawatan Komunitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut pandang, WHO (1974) mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sedangkan Spradley (1985) mendefenisikan komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya. Saunders (1991) juga mendefenisikan komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sistem sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, yang memiliki nilai-nilai keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Selain itu komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan kesehatan, yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat/komunitas tersebut dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pelaksanaannya Asuhan Keperawatan komunitas diupayakan dekat dengan komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan upaya essensial atau sangat dibutuhkan komunitas secara universal upaya tersebut mudah dijangkau.
Dengan demikiaan di dalam keperawatan komunitas penggunaan teknologi tepat guna, tumbuh kembang pada balita di wilayah binaannya, seyogyanya ia bisa memilih alat permainan edukatif sederhana yang tersedia di wilayah tersebut.Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk mendirikan masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (Locality Development) merupakan bentukpengorganisasian yang tepat digunakan. Dalam praktek keperawatan komunitas pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu: Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Intervensi keperawatan dilakukan haruslah yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas sektoral. Pada kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas memberikan pelayanan sesuai konsep, hal ini antara lain karena pemahaman yang belum sama tentang konsep dasar keperawatan komunitas dan perannya dalam keperawatan komunitas, dengan materi ini diharapkan para sejawat perawat dapat mendesiminasikan ilmunya baik kepada peserta didik maupun kepada sejawat perawat lain yang bekerja di komunitas, selanjutnya akan diuraikan asumsi keyakinan dan falsafah komunitas.
B. MASALAH YANG DIBAHAS
1. Strategi intervensi dan pengorganisasian masyarakat
2. Tingkat pencegahan intervensi keperawatan
3. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
4. Contoh perencanaan keperawatan
BAB II INTERVENSI/ RENCANAKEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan
A. STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie, 1998). Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:
1. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.
2. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat .
b. Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
c. Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.
3. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011). Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, & Kok, 1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder, dan (3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan . Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi terulang dan memelihara stabilitas kesehatan .
4. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause, 192011). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992). Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu:
a. Model pengembangan masyarakat (locality development),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model pengembangan masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991). Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif .
b. Model perencanaan sosial (social planning)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning. Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait.
c. model aksi sosial (social action)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan komunitas
B. TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN MELIPUTI:
1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).
C. BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PERAWAT KOMUNITAS TERDIRI DARI:
1. Observasi. Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada .
2. Terapi modalitas. Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM). Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
1. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
2. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi Benson, relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual
3. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva
4. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi, akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam
5. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
6. Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer memerlukan kajian dan pengembangan yang disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .
D. CONTOH PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup:
1. Perumusan Tujuan
Dalam perumusan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. berfokus pada masyarakat
b. jelas dan singkat
c. dapat diukur dan diobservasi
d. realistic
e. ada target waktu
f. melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup:
T= S + P + K.1 + K.2
Keterangan:
S : subjek
P : predikat
K.1 : kondisi
K.2 : kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan:
• Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapakan
• Perilaku yang diharapkan berubah
• S : spesifik
• M : measurable atau dapat diukur
• A : attainable atau dapat dicapai
• R : relevant / realistic atau sesuai
• T : time-bound atau waktu tertentu
• S : sustainable atau berkelanjutan
Contoh:
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :
No Tanggal diterapkan Tujuan Tanggal dicapai
(Anderson dan Mc.Farlane, 1988: 264)
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa kandangan Cerme kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan
Jadi kaitan dengan rumus di atas dapat diketahui bahwa:
Subjek : mahasiswa akper gersik
Predikat : membuat jamban umum
Kondisi : swdaya dan gotong royong
Criteria : waktu 1,5 bulan
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat:
a. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumberdaya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistic
h. Disusun secara berurutan
3. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perancanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan kata yang tepat
b. Dapat dimodifikasikan
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melakukan praktek keperawatan komunitas di Desa Kandangan Crème Kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh di atas, maka rencana tindakan yang dibuat adalah:
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topic “Pentingnya Jamban Bagi Kesehatan Masyarakat” sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di balai desa).
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupu informal untuk mengalang dukungan.
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk pembuatan jamban umum melalui Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa.
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang lain.
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak masyarakat secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum yang emnuhi syarat kesehatan (tenaga sanitarian)
DX Keperawatan Sasaran Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Kriteria Standar Evaluasi Evaluator
Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW 011 kelurahan Cipinang sehubungan dengan :
• Kurang pengetahun remaj tentang tumbuh kembang dan masalah-msalah kenakalan remaja dan akibatnya.
• Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan
• Dimanifestasikan dengaan
-Jumlah remaja : 194 orang
-Kebiasaan remaja; tidur larut malam / begadang (32,5%), merokok (30,2%), lain-lain (37,12%)
-Tanda-tanda yang sering dijumpai pada remaja : tidak ada nafsu makan (33,5%), mengantuk (12,8%), mata merah, malas dan sering mengururng diri (54,13%)
-Kegiatan remaja di masyarakat : pengajian (36,7%0, karang taruna (28,35%), olah raga (20,62%), PMR (3,61%) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan tidak terjadi kenakalan remaja di wilayah RW 011 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 minggu diharapkan :
1. Pengetahuan remaja dan masyarakat tentang tumbuh kembang remaja dan masalah kenakalan remaja serta penanggulangan masalah tersebut akan meningkat.
• Penyebaran informasi
• Penggerakan massa
• KIM
1.1.Memasang poster dan pengumuman melalui mesjid dan kader untuk kegiatan penyuluhan remaja.
1.2. Memberikan materi penyuluhan tentang :
Tumbuh kembang remaja
Masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja seperti miras, AIDS
Cara menanggulangi kenakalan remaja. -
Disetiap lokasi masing-masing RT dan Posyandu
• 80% remaja mendapat undangan
• Poster terpasang di depan posyandu dan di masing-masing RT
70% remaja dan 50% kader di pokjakes an tokoh masyarakat hadir pada acara penyuluhan
• 80% remaja yang diberi pertanyaan dapat menjawab dengan benar
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
-Dari hasil wawancara dan observasi banyak remaj putus sekolan dan pengangguran.
2.Keikutsertaan remaja dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat
3.Remaja membentuk kegiatan-kegiatan baru yang menarik dan bermanfaat • KIM
Penggerakan massa
Penggerakan masa
KIM
Penyebaran informasi 1.3.Melakukan sosiodrama / simulasikan tentang kenakalan remaja dan peran orang tua
2.1.Mengikutsertakan remaja dalam kegiatan di RW 011seperti kerja bakti massal.
2.2.Mengikutsertakan remaja dalam pelatihan dan penyegaran kader
3.1. Memasang pengumuman berupa poster dan penyebaran undangan untuk acara pembentukan pengurus karang tarunaRW 011 yang baru.
3.2.Bersama pengurus karang taruna yang lama dan pokjakes membentuk pengurus karang taruna yang baru -
Setiap RT
Balai RW
Diwilayah RT
Balai RW
12-01-2011
12-01-2011
26-01-2011
2-02-2011
Sosiodram/simulasi
Remaja melakukan kerja bakti bersama masyarakat
Remaja menjadi kader
Poster dipasang
Undangan disebar.
• 70% remaja aktif dalam menganalisa kasus setelah sosiodrama
50% remaja masing-masing RT terlibat dan aktif dalam acara kerja bakti.
01% dari jumlah kader terdapat remaja sebagai kader
Remaja yang menjadi kader aktif dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan kader
80% remaja yang diundang hadir
010% undangan tersebar
Poster dan pengumuman terpasang di wilayah RT masing-masing.
Terbentuknya pengurus Karang taruna yang baru di RW 011
Seluruh remaja memberikan suara nya dalam pemilihan. Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
3.3.Bersama pengurus karang taruna merencanakan kegiatan yang baru, menarik dan bermanfaat seperti : olah raga, musik, pengajian, pembayaran listrik secara kolektif dan penyuluhan remaja oleh tenaga kesehatan
Balai RW
07-02-2011
Kerja sama masyarakat dan remaja
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
DAFTAR PUSTAKA
Mubaraq, Wahid Iqbal . 2006 . Ilmu Keperawatan Komunitas . CV Sagung Seto : Jakarta
Firmansyah, Andan . 2010 . Perawat Komunitas Sebagai Edukator. http://andaners.wordpress.com/2010/11/16/perawat-komunitas-sebagai-perawat-edukator-diabetes/. Diakses 20 Januari 2011
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut pandang, WHO (1974) mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sedangkan Spradley (1985) mendefenisikan komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya. Saunders (1991) juga mendefenisikan komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sistem sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, yang memiliki nilai-nilai keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Selain itu komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan kesehatan, yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat/komunitas tersebut dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pelaksanaannya Asuhan Keperawatan komunitas diupayakan dekat dengan komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan upaya essensial atau sangat dibutuhkan komunitas secara universal upaya tersebut mudah dijangkau.
Dengan demikiaan di dalam keperawatan komunitas penggunaan teknologi tepat guna, tumbuh kembang pada balita di wilayah binaannya, seyogyanya ia bisa memilih alat permainan edukatif sederhana yang tersedia di wilayah tersebut.Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk mendirikan masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (Locality Development) merupakan bentukpengorganisasian yang tepat digunakan. Dalam praktek keperawatan komunitas pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu: Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Intervensi keperawatan dilakukan haruslah yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas sektoral. Pada kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas memberikan pelayanan sesuai konsep, hal ini antara lain karena pemahaman yang belum sama tentang konsep dasar keperawatan komunitas dan perannya dalam keperawatan komunitas, dengan materi ini diharapkan para sejawat perawat dapat mendesiminasikan ilmunya baik kepada peserta didik maupun kepada sejawat perawat lain yang bekerja di komunitas, selanjutnya akan diuraikan asumsi keyakinan dan falsafah komunitas.
B. MASALAH YANG DIBAHAS
1. Strategi intervensi dan pengorganisasian masyarakat
2. Tingkat pencegahan intervensi keperawatan
3. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
4. Contoh perencanaan keperawatan
BAB II INTERVENSI/ RENCANAKEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan
A. STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie, 1998). Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:
1. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.
2. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat .
b. Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
c. Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.
3. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011). Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, & Kok, 1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder, dan (3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan . Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi terulang dan memelihara stabilitas kesehatan .
4. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause, 192011). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992). Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu:
a. Model pengembangan masyarakat (locality development),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model pengembangan masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991). Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif .
b. Model perencanaan sosial (social planning)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning. Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait.
c. model aksi sosial (social action)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan komunitas
B. TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN MELIPUTI:
1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).
C. BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PERAWAT KOMUNITAS TERDIRI DARI:
1. Observasi. Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada .
2. Terapi modalitas. Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM). Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
1. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
2. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi Benson, relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual
3. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva
4. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi, akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam
5. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
6. Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer memerlukan kajian dan pengembangan yang disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .
D. CONTOH PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup:
1. Perumusan Tujuan
Dalam perumusan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. berfokus pada masyarakat
b. jelas dan singkat
c. dapat diukur dan diobservasi
d. realistic
e. ada target waktu
f. melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup:
T= S + P + K.1 + K.2
Keterangan:
S : subjek
P : predikat
K.1 : kondisi
K.2 : kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan:
• Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapakan
• Perilaku yang diharapkan berubah
• S : spesifik
• M : measurable atau dapat diukur
• A : attainable atau dapat dicapai
• R : relevant / realistic atau sesuai
• T : time-bound atau waktu tertentu
• S : sustainable atau berkelanjutan
Contoh:
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :
No Tanggal diterapkan Tujuan Tanggal dicapai
(Anderson dan Mc.Farlane, 1988: 264)
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa kandangan Cerme kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan
Jadi kaitan dengan rumus di atas dapat diketahui bahwa:
Subjek : mahasiswa akper gersik
Predikat : membuat jamban umum
Kondisi : swdaya dan gotong royong
Criteria : waktu 1,5 bulan
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat:
a. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumberdaya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistic
h. Disusun secara berurutan
3. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perancanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan kata yang tepat
b. Dapat dimodifikasikan
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melakukan praktek keperawatan komunitas di Desa Kandangan Crème Kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh di atas, maka rencana tindakan yang dibuat adalah:
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topic “Pentingnya Jamban Bagi Kesehatan Masyarakat” sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di balai desa).
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupu informal untuk mengalang dukungan.
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk pembuatan jamban umum melalui Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa.
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang lain.
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak masyarakat secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum yang emnuhi syarat kesehatan (tenaga sanitarian)
DX Keperawatan Sasaran Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Kriteria Standar Evaluasi Evaluator
Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW 011 kelurahan Cipinang sehubungan dengan :
• Kurang pengetahun remaj tentang tumbuh kembang dan masalah-msalah kenakalan remaja dan akibatnya.
• Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan
• Dimanifestasikan dengaan
-Jumlah remaja : 194 orang
-Kebiasaan remaja; tidur larut malam / begadang (32,5%), merokok (30,2%), lain-lain (37,12%)
-Tanda-tanda yang sering dijumpai pada remaja : tidak ada nafsu makan (33,5%), mengantuk (12,8%), mata merah, malas dan sering mengururng diri (54,13%)
-Kegiatan remaja di masyarakat : pengajian (36,7%0, karang taruna (28,35%), olah raga (20,62%), PMR (3,61%) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan tidak terjadi kenakalan remaja di wilayah RW 011 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 minggu diharapkan :
1. Pengetahuan remaja dan masyarakat tentang tumbuh kembang remaja dan masalah kenakalan remaja serta penanggulangan masalah tersebut akan meningkat.
• Penyebaran informasi
• Penggerakan massa
• KIM
1.1.Memasang poster dan pengumuman melalui mesjid dan kader untuk kegiatan penyuluhan remaja.
1.2. Memberikan materi penyuluhan tentang :
Tumbuh kembang remaja
Masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja seperti miras, AIDS
Cara menanggulangi kenakalan remaja. -
Disetiap lokasi masing-masing RT dan Posyandu
• 80% remaja mendapat undangan
• Poster terpasang di depan posyandu dan di masing-masing RT
70% remaja dan 50% kader di pokjakes an tokoh masyarakat hadir pada acara penyuluhan
• 80% remaja yang diberi pertanyaan dapat menjawab dengan benar
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
-Dari hasil wawancara dan observasi banyak remaj putus sekolan dan pengangguran.
2.Keikutsertaan remaja dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat
3.Remaja membentuk kegiatan-kegiatan baru yang menarik dan bermanfaat • KIM
Penggerakan massa
Penggerakan masa
KIM
Penyebaran informasi 1.3.Melakukan sosiodrama / simulasikan tentang kenakalan remaja dan peran orang tua
2.1.Mengikutsertakan remaja dalam kegiatan di RW 011seperti kerja bakti massal.
2.2.Mengikutsertakan remaja dalam pelatihan dan penyegaran kader
3.1. Memasang pengumuman berupa poster dan penyebaran undangan untuk acara pembentukan pengurus karang tarunaRW 011 yang baru.
3.2.Bersama pengurus karang taruna yang lama dan pokjakes membentuk pengurus karang taruna yang baru -
Setiap RT
Balai RW
Diwilayah RT
Balai RW
12-01-2011
12-01-2011
26-01-2011
2-02-2011
Sosiodram/simulasi
Remaja melakukan kerja bakti bersama masyarakat
Remaja menjadi kader
Poster dipasang
Undangan disebar.
• 70% remaja aktif dalam menganalisa kasus setelah sosiodrama
50% remaja masing-masing RT terlibat dan aktif dalam acara kerja bakti.
01% dari jumlah kader terdapat remaja sebagai kader
Remaja yang menjadi kader aktif dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan kader
80% remaja yang diundang hadir
010% undangan tersebar
Poster dan pengumuman terpasang di wilayah RT masing-masing.
Terbentuknya pengurus Karang taruna yang baru di RW 011
Seluruh remaja memberikan suara nya dalam pemilihan. Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
3.3.Bersama pengurus karang taruna merencanakan kegiatan yang baru, menarik dan bermanfaat seperti : olah raga, musik, pengajian, pembayaran listrik secara kolektif dan penyuluhan remaja oleh tenaga kesehatan
Balai RW
07-02-2011
Kerja sama masyarakat dan remaja
Mahasiswa PSIK Mercubaktijaya Padang
Kader
Pokjakes
DAFTAR PUSTAKA
Mubaraq, Wahid Iqbal . 2006 . Ilmu Keperawatan Komunitas . CV Sagung Seto : Jakarta
Firmansyah, Andan . 2010 . Perawat Komunitas Sebagai Edukator. http://andaners.wordpress.com/2010/11/16/perawat-komunitas-sebagai-perawat-edukator-diabetes/. Diakses 20 Januari 2011
Konsep Infeksi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien
Dalam semua lingkungan, kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat. Penyakit seperti hepatitis B, AIDS, dan tuberkolosis telah menyeababkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolaan infeks
Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah tentang Apa-apa saja Konsep Penyakit Infeksi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP INFEKSI
A. DEFENISI INFEKSI
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
B. TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
C. TIPE INFEKSI
Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)
D. RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
a. AGEN INFEKSI
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
b. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
c. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
d. CARA PENULARAN
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
e. PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
f. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
E. PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
F. PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
a. Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko mendapat penyakit infeksi.
b. Pertahanan sistem tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahankan normal terhadap infeksi:
No Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan
1. Kulit
- Permukaan, lapisan yang utuh
- lapisan kulit paling luar
- Sebum
Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi
Mandi tidak teratur
Mandi berlebihan
2. Mulut
a. Lapisan mukosa yang utuh
b. Saliva
Laserasi, trauma, cabut gigi
Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi
3. Saluran pernafasan
a. Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus
b. Makrofag
Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin
Merokok
4. Saluran urinarius
a. Tindakan pembilasan dari aliran urine
b. Lapisan epitel yang utuh
Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena pertumbuhan tumor.
Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.
5. Saluran gastrointestinal
a. Keasaman sekresi gaster
b. Peristaltik yang cepat dalam usus kecil
Pemberian antasida
Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa
6. Vagina
a. Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai pH yang rendah
Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal
c. Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a. respon seluler dan vaskuler
Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal.
Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang.
b. pembentukan eksudat inflamasi
akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.
c. perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya
d. Respon imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
1. Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen
2. Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.
3. Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.
4. Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.
5. Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam bermultiplikasi.
II. ASEPSIS
Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut:
Segala alat yang digunakan harus steril
Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
Alat yang steril harus ada pada area steril
Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
Kulit tidak dapat disterilkan
Tehnik isolasi
Merupakan cara yang dibuat untuk mencegah penyebaran infeksi atau mikroorganisme yang bersifat infeksius bagi kesehatan individu, klien dan pengunjung. Dua sistem isolasi yang utama adalah:
Centers for disease control and prevention (CDC) precaution
Body Subtance Isolation (BSI) System
CDC meliputi prosedur untuk:
- Category-Specific Isolation precaution
- Disease-Specific Isolation
- Universal precaution
1. Category-Specific Isolation precaution meliputi:
- a. Strict isolation
- Untuk wabah dipteri pneumonia, varicella
- Untuk mencegah penyebaran lewat udara
- Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan tertutup
- Setiap orang yang memasuli ruangan harus menggunakan gaun, cap dan sepatu yang direkomendasikan
- Harus menggunakan masker
- Harus menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
b. Contact isolation
- Untuk infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simplex, rubela scabies
- Mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak
- Perlu ruangan khusus
- Harus menggunakan gaun jika ada cairan
- Harus menggunakan masker jika kontak dengan klienMemakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
c. Respiratory isolation
- Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll
- Untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan karena batuk, bersin, inhalasi
- Perlu ruangan khusus
- Tidak perlu gaun
- Harus memakai masker
- Tidak perlu menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
d. Tuberculosis isolation
- Untuk TBC
- Untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli
- Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif
- Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi
- Harus memakai masker
- Tidak perlu menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Bersihkan disposal dan disinfektan meskipun jarang menyebabkan perpindahan penyakit
e. Enteric precaution
- Untuk hepatitis A, gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius, encepalitis, meningitis
- Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan feces
- Perlu runagn khusus jika kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
f. Drainage/ secretion precaution
- Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus, konjungtivis
- Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan material tubuh
- Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
g. Blood/ body fluid precaution
- Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria
- Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh
- Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan tubuh
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
2. Disease-Specific Isolation
- Untuk pencegahan penyakit specifik
- Contoh tuberkulosis paru
• Kamar khusus
• Gunakan masker
• Tidak perlu sarung tangan
3. Body Subtance Isolation (BSI) System
Tujuan
- Mencegah transmisi silang mikroorganisme
- Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme dari klien
Elemen BSI
- Cuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Menggunakan gaun, masker, cap, sepatu, kacamata
- Membuang semua alat invasif yg telah digunakan
- Tempat linen sebelum dicuci
- Tempatkan diposibel pada sebuah plastik
- Cuci dan sterilkan alat yang telah digunakan
- Tempatkan semua specimen pada plastik sebelum ditranport ke laboratorium
Pencegahan infeksi di rumah:
- Cuci tangan
- Jaga kebersihan kuku
- Gunakan alat-alat personal
- Cuci sayuran dan buah sebelum dimakan
- Cuci alat yang akan digunakan
- Letakkan alat-alat yang terinfeksi pada plastik
- Bersihkan seprei
- Cegah betuk, bersin, bernapas langsung dengan orang lain
- Perhatian pada tanda dan gejala infeksi
- Pertahankan intake
III. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Perawat mengkaji hal-hal dibawah ini:
a. Status mekanisme pertahanan
Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi aliran limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas)
Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon inflamasi, leukopenia)
b. Kerentanan klien
Usia
Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya anak, sistem imun semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme penyebab demam, infeksi usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak). Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga mengalami perubahan.
Status nutrisi
Pengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat menyebabkan penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan kemampuan klien untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses menelan maupun sistem pencernaannya).
Stress
Tubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Hereditas
Kelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi.
Proses penyakit
Klien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi.
Terapi medis
Beberapa obat dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu mengkaji obat yang dikonsumsi klien.
c. Penampilan klinis
Tanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu mengkaji tanda yang muncul pada klien.
d. Data laboratorium
Perawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.
Diagnosa
• Risiko infeksi b.d gangguan imunitas
• Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
• Risiko cidera b.d gangguan imunitas
• Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI
Perencanaan
Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:
• Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius
• Memantau & menurunkan penyebaran infeksi
• Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
• Klien & keluarga belajar tentang kontrol infeksi
Implementasi
• Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk tumbuh)
• Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik yg tepat dan tindakan perawatan lainnya)
Kontrol agen infeksius:
• Pembersihan
Membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic dari suatu obyek.
• Desinfeksi
Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora
• Sterilisasi
Penghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora.
Kontrol reservoar
• Mandi secara teratur
• Mengganti balutan yang basah atau kotor
• Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
• Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
• Luka bedah dirawat dengan benar
• Perawatan botol & kantong drainase
• Pertahankan larutan dalam botol
Pengendalian penularan:
Cuci tangan
Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien
Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat
Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien
Biasakan klien untuk cuci tangan
Kontrol terhadap portal masuk
Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa
Kulit dijaga tetap lembab
Pengaturan posisi
Lakukan hygiene oral
Hati-hati dlm merawat luka
Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai
Perlindungan terhadap penjamu yang rentan:
Tindakan isolasi
Pertahankan status nutrisi
Pertahankan personal hygiene
Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi
Lingkungan protektif
Perlindungan terhadap pekerja:
• Gown
• Masker
• Sarung tangan
• Kacamata pelindung
• Pengumpulan spesimen
• Membungkus barang atau linen
Evaluasi
Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah teratasi, tindakan dihentikan.
MANIFESTASI INFEKSI
1. Tanda-tanda / Gejala Umum Infeksi
Masih sulit memisahkan kata radang dari bayang-bayang penyakit infeksi. Padahal sesungguhnya radang berbeda dengan infeksi meskipun infeksi sendiri selalu disertai dengan peradangan. Sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya ketika dokter mendiagnosa mereka mengalami radang tetapi mengapa tidak meresepkan obat antibiotik.
Radang dalam bahasa medik dikenal dengan Inflammasi yaitu suatu respon jaringan tubuh yang kompleks saat menerima rangsang yang kuat akibat pengrusakan sel, infeksi mikroorganisme patogen dan iritasi. Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan tadi agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM – 45 M) memberi istilah latin yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Sementara Galen menambahkan dengan Functio laesa.
a. Rubor berarti merah
daerah tubuh yang mengalami radang akan nampak lebih merah. Hal inilah yang paling mudah terlihat dan akhirnya masyarakat menjadikan sebagai trade mark radang. Misalnya lapisan permukaan tenggorokan menjadi lebih merah pekat, orang-orang spontan menyebut radang. Sampai akhirnya ketika orang menyebut radang maka langsung diasosiasikan sebagai penyakit/ gangguan tenggorokan. Padahal radang tidak hanya di tenggorokan, seluruh bagian tubuh manusia punya “hak” sama untuk “menikmati” radang.
b. Calor berarti panas.
Radang umumnya disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh diklasifikasi atas hipotermia (< 36oC), normotermi (36-37oC), subfebris (37,8oC) dan febris (>38oC). Dua yang terakhir disebut juga sebagai demam. Kenaikan suhu tubuh yang menyertai radang dapat berupa demam subfebris atau demam febris. Kenaikan panas tubuh disebabkan oleh meningkatnya aktifitas sel-sel imun (pertahanan) tubuh. Namun oleh sebagian orang tidak merasakan kenaikan suhu tubuh ini secara signifikan padahal ketika dilakukan pengukuran dengan termometer ternyata demam subfebris, oleh sebab itu pengukuran suhu tubuh selalu dianjurkan menggunakan termometer dan bukan dengan meletakkan telapak tangan di dahi atau di leher.
c. Dolor berarti nyeri.
Tanda radang ini lebih bersifat subyektif sebab tidak dapat di nilai langsung oleh orang lain kecuali si pemilik tubuh yang menyatakan bahwa timbul rasa sakit. Rasa sakit muncul akibat pelepasan suatu zat yang dikenal dengan nama prostaglandin.
d. Tumor adalah pembesaran abnormal dari bagian tubuh.
Segala benjolan yang muncul baik di permukaan luar tubuh maupun sepanjang rongga tubuh disebut sebagai tumor. Benjolan ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi oleh reaksi tubuh benjolan ini muncul menyertai tanda-tanda terdahulu. Benjolan dapat berukuran besar maupun kecil dengan batas yang bisa tegas atau tidak. Contoh yang sering ditemukan adalah bisul, jerawat, kutil ataupun bengkak.
e. Functio laesa berarti gangguan fungsi.
Pada keadaan radang maka organ tubuh yang terkena akan mengalami gangguan fungsi. Misalnya : sendi yang kaku pada rematik atau gangguan penyerapan cairan dalam usus pada keadaan diare.
Bagaimana dengan infeksi. Infeksi merupakan adalah keadaan jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun di permukaan rongga dalam tubuh.
Dalam perjalanannya, bagian tubuh yang terinfeksi akan mengalami proses peradangan. Paparan mikroorganisme pada permukaan tubuh akan merangsang tubuh untuk melakukan penolakan terhadap agen infeksius tersebut maka muncullah tanda-tanda peradangan seperti di atas. Namun infeksi dapat juga terjadi belakangan setelah terlebih dulu terjadi radang, inilah yang disebut sebagai infeksi sekunder. Misalnya saat seorang atlet mengalami cedera otot – pada luka terbuka resiko terjadinya infeksi tentu jauh lebih mudah dibandingkan luka tertutup. Bagian tubuh yang terluka akan mengalami peradangan akibat terjadinya kerusakan jaringan, reaksi radang ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh agar kerusakan tidak bertambah luas. Akan tetapi dalam perjalanannya, permukaan luka dapat saja terpapar oleh mikroorganisme patogen. Keadaan inilah yang disebut infeksi sekunder, tubuh merespon jauh lebih berat dan adakalanya dibutuhkan pemberian antibiotik selain obat antiradang (antiinflamasi drugs).
Perjalanan infeksi dimulai jika ada jalur masuk (port d’entry). Lalu setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase akut. Jadi saat seseorang merasakan timbulnya gejala infeksi maka sebenarnya agen penyebab infeksi itu sendiri telah masuk ke dalam tubuh beberapa waktu sebelumnya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua peradangan memerlukan antibiotik, kalaupun terjadi infeksi, tidak semua infeksi dapat diobati dengan antibiotik sebab infeksi yang penyebabnya bukan bakteri tentunya tidak efektif diobati dengan antibiotika. Setelah fase akut beberapa jenis infeksi dapat sembuh sendiri (self limiting diseases), ada juga yang sembuh dengan intervensi antibiotika sedangkan yang lainnya tidur (dormant) menjadi fase kronis dan sewaktu-waktu dapat aktif kembali.
Secara umum radang dan infeksi memilki perbedaan gejala yang sangat tipis, tetapi dengan memahami perbedaan ini kita berharap bisa mendapatkan pelayanan pengobatan yang rasional, efektif dan ekonomis. (dr.Amran)
2. Tanda Infeksi Berdasarkan Antigen
a. Gejala Infeksi Parasit
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 3,5 milyar orang memiliki satu atau jenis lain infeksi parasit dan tidak semua orang yang terinfeksi tinggal di negara berkembang. Banyak orang dengan infeksi parasit juga tinggal di negara maju, dan beberapa dari infeksi ini sangat menular.
Ada banyak jenis parasit dan karena itu, gejala infeksi parasit bervariasi. Tidak mungkin untuk membuat daftar gejala umum infeksi parasit tetapi gejala luas dapat disebutkan. Namun, hanya karena Anda memiliki satu atau dua gejala, tidak perlu bahwa Anda memiliki infeksi parasit. Meskipun, itu akan bernilai saat Anda membuat diri Anda diperiksa.
Berikut adalah yang paling gejala yang dialami oleh orang-orang yang telah parasit.
• Sembelit dilihat di banyak orang yang memiliki beberapa jenis cacing yang hidup dalam saluran pencernaan. Sembelit terjadi karena bentuk dan ukuran dari worm. Memiliki konsentrasi tinggi dapat menyebabkan penyumbatan cacing dari saluran empedu dan saluran pencernaan yang menyebabkan sembelit.
• Diare terutama disebabkan oleh infeksi protozoa. Diare terjadi karena parasit natrium dan klorida menciptakan kerugian dan ini menyebabkan tinja berair.
• Gas dan kembung sensasi terjadi karena disebabkan peradangan di bagian atas usus kecil. Gejala ini dapat memburuk jika penderita makan makanan seperti kacang-kacangan dan buah-buahan dan sayuran mentah, yang sulit untuk dicerna.
• Irritable bowel syndrome terjadi bila parasit mengiritasi dinding sel usus. Hal ini menyebabkan malabsorpsi zat gizi yang mengarah ke bangku besar yang mengandung terlalu banyak lemak.
• Anemia terjadi bila parasit menempel pada mukosa usus dan mulai pendarahan tubuh nutrisi penting. Kadang-kadang konsentrasi tinggi parasit ini dapat menyebabkan berat kekurangan zat besi atau anemia pernisiosa.
• Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, ruam atau eksim dapat terjadi jika cacingan hadir. Beberapa orang dapat dermatitis karena infeksi protozoa
• Grinding gigi atau bruxism terlihat pada orang yang memiliki infeksi parasit. Penggilingan terjadi selama tidur terlihat lebih sering pada anak-anak. Hal ini diyakini sebagai respons terhadap iritasi internal alam asing.
• Kelelahan kronis juga dialami oleh orang-orang dan ini memanifestasikan dirinya melalui gejala mirip flu keluhan, memori dan konsentrasi masalah dan kelelahan konstan.
• Disfungsi imun terjadi karena infeksi parasit dan sistem kekebalan tubuh seseorang berhenti berfungsi normal meninggalkan orang terbuka terhadap bakteri dan infeksi virus.
b. Tanda Infeksi Virus
Sulit membedakan infeksi virus dengan infeksi bakteri hanya berdasarkan gejalanya saja. Secara umum Tanda Infeksi Virus
• Demam
Apabila Anda mengalami demam, gemetar, dan menggigil, besar kemungkinan Anda terinfeksi bakteri. Tetapi, gejala ini juga sering diakibatkan oleh virus flu. Oleh karena itu, menurut Dr Frank Esper, ahli penyakit infeksi anak, jika di sekitar lingkungan Anda banyak yang sedang terjangkit flu, dokter tidak akan memberikan antibiotik.
• Lamanya sakit
Infeksi virus yang berlangsung terlalu lama bisa berkembang menjadi serius dan mengundang bakteri, misalnya infeksi sinus. Indikasi pemberian antibiotik adalah jika batuk dan pilek sudah berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam dan pagi hari saja).
• Warna lendir hijau
Sekresi saluran napas akibat infeksi virus seharusnya encer dan bening. Jika cairan hidung sudah berwarna hijau dan kental, itu adalah tanda infeksi bakteri. Namun, sering kali perubahan warna dahak dan ingus menjadi kental dan kehijaun ini merupakan perjalanan klinis ISPA karena virus. Itu sebabnya, gejala ini bukan indikasi utama pemberian antibiotika.
• Sakit tenggorokan
Meski tenggorokan berwarna merah dan nyeri saat menelan, dokter akan mencari tanda bercak putih sebagai petunjuk adanya bakteri sebelum meresepkan antibiotik. Kebanyakan gejala flu diawali dengan sakit tenggorokan, namun nyeri tenggorokan yang tidak diikuti dengan gejala flu lainnya bisa jadi tanda infeksi bakteri.
• Tes lab
Membawa contoh dahak atau cairan hidung ke laboratorium memang cara yang efektif untuk mengetahui ada-tidaknya bakteri. Namun, kultur bakteri ini membutuhkan waktu sedikitnya dua hari dan tentu saja memakan biaya. Oleh karena itu, biasanya dokter tidak meminta tes ini, kecuali Anda dicurigai terkena infeksi tifus.
c. Tanda Infeksi Jamur
Infeksi jamur ini sangat lumrah terutama dengan berkali-kali memakai antibiotik. Infeksi jamur yang paling produktif pada orang dengan sistem kekebalan tertekan. Ini adalah selalu orang-orang dari usia tua, dan orang-orang yang telah lama dan berkelanjutan pengobatan dengan antibiotik atau kortikosteroidKonsekuensi yang terakhir adalah penurunan bakteri alam yang berfungsi sebagai penghalang terhadap jamur. Sial spin-off dalam perawatan untuk HIV / AIDS menjadi lebih besar kerentanan terhadap infeksi jamur. Jamur memiliki kecenderungan untuk menulari orang-orang terbiasa dengan kadar gula tinggi dalam makanan mereka.
Ada berbagai jenis infeksi jamur dan beberapa dari mereka akan dibahas di bawah ini; termasuk bagaimana Anda mendapatkannya. Candida adalah boleh dikatakan bahwa organisme yang paling sering menimbulkan infeksi jamur. Ini mempengaruhi saluran pencernaan, daerah genital dan mulut. Dalam peristiwa normal prevalensi bakteri alami yang mampu mengendalikan infeksi yang timbul dari Candida. Namun, ketika keseimbangan alam sedang marah, pasien cenderung kontrak infeksi.
• Pada titik tertentu dalam kehidupan seorang wanita ia mengalami serangan Vulvovaginal infeksi yang disebabkan oleh Candida. Gejala-gejalanya adalah gatal, dan iritasi dan membakar selama buang air kecil dan hubungan seksual. Seorang wanita sangat mudah sebelum dan setelah menstruasi ketika tubuh mengalami fase ketidakseimbangan hormon.
• Kaki atlet, juga dikenal sebagai tinea pedis, adalah sangat umum infeksi jamur. Itu kebanyakan ditemukan dalam atlet dan perenang dan sangat menular. Infeksi umumnya dikontrak dari air yang terkontaminasi. Hal yang paling sering mempengaruhi kaki, terutama daerah antara jari kaki, sehingga sangat gatal, pecah-pecah pada kulit dan berbau busuk discharge. Oral thrush adalah infeksi jamur yang biasa lain. Ini muncul sebagai bercak putih dan luka di lidah, langit-langit mulut, di dalam pipi dan bibir. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Pengobatan infeksi jamur biasanya memerlukan pengobatan topikal dan oral. Ini, bagaimanapun, harus diambil untuk suatu jangka waktu untuk memastikan bahwa semua jejak sisa jamur dihancurkan.
d. Tanda Infeksi Bakteri
Bakteri jenis kokus (bulat) yang hidup bergerombol. Tak seindah namanya, staphyle, dari bahasa Yunani yang berarti anggur. Bakteri ini merupakan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit, atau meracuni makanan sehingga menimbulkan penyakit serius pada manusia. Staphylococcus aurens biasanya hidup pada jaringan kulit dan lubang hidung manusia. Dalam kondisi sehat dan normal, bakteri ini tidak menginfeksi karena tubuh kita memiliki mekanisme perlindungan seperti kastil yang dijaga prajurit-prajurit bernama antibodi. Infeksi biasanya dipicu oleh luka luar atau penetrasi bakteri melalui makanan yang tercemar. Dalam jumlah terbatas, bakteri ini juga terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus.
• Karakteristik Bakteri
Jika diintip dengan mikroskop, Staphylococcus aureus tampak hidup bergerombol seperti seikat anggur berwarna kuning. Warna tersebut dihasilkan oleh pigmen yang melapisi dinding sel. Memiliki sifat aerob fakultatif, artinya membutuhkan oksigen pada saat tertentu, namun dalam kondisi lain mampu bertahan hidup tanpa oksigen sama sekali.
Staphylococcus aureus tidak menghasilkan spora dan tidak motil, tidak bergerak tetapi mampu membentuk kapsul untuk melindungi diri. Ukuran selnya berkisar 0,8-1,0 mikrometer, dan tumbuh optimal pada suhu normal tubuh manusia, kisaran 36-37 derajat celcius. Bakteri ini mampu berkembang dalam lingkungan dengan konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar.
Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mendeteksi jumlah sel menggunakan sinyal oligopeptida, dan memastikan jumlah tersebut cukup untuk memproduksi toksin dan enzim koagulase. Enzim inilah yang berfungsi menggumpalkan firinogen di dalam plasma darah sehingga Staphylococcus aureus selamat dari fagositosis dan respon sistem antibodi pada tubuh kita.
Staphylococcus aureus dapat mengganggu sistem imun pada tubuh manusia karena mengikat antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis, serta leukolisis yang mematikan sel tubuh manusia.
• Gejala Infeksi
Staphylococcus aureus menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu, terutama pada tubuh yang lemah sistem imunnya. Infeksi pada kulit atau luka luar biasanya berakibat pada penanahan, misalnya bisul atau luka bernanah lainnya. Area infeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa sakit bila disentuh. Dalam kondisi parah, pembengkakan tersebut berkembang menjadi impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradangan pada jaringan di bawah kulit). Infeksi juga bisa terjadi pada ibu menyusui berupa peradangan payudara, bisul dan nanah pada puting, yang berpotensi menularkan bakteri kepada bayi.
Bakteri yang masuk ke dalam aliran darah juga bisa bersarang di dalam paru-paru menyebabkan organ tersebut bernanah dan infeksi klep jantung (endocarditis) yang bisa mengakibatkan gagal jantung. Infeksi pada sel tulang berakibat peradangan berat osteomyelitis. Bakteri yang mengontaminasi makanan, saat tertelan akan menimbulkan gangguan pencernaan dengan gejala mual, muntah, (benar-benar muntah atau tampak seperti muntah tetapi tidak mengeluarkan apa pun), kram perut, lemas, diare, dan dehidrasi. Gejalanya muncul sekitar 1-6 jam sejak tertelan. Gejala tersebut berlangsung selama 1-3 hari. Pada kasus yang lebih berat, gejala tersebut disertai dengan sakit kepala, kram otot, tekanan darah, dan denyut nadi tidak teratur.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien
Dalam semua lingkungan, kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat. Penyakit seperti hepatitis B, AIDS, dan tuberkolosis telah menyeababkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolaan infeks
Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah tentang Apa-apa saja Konsep Penyakit Infeksi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP INFEKSI
A. DEFENISI INFEKSI
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
B. TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
C. TIPE INFEKSI
Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)
D. RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
a. AGEN INFEKSI
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
b. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
c. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
d. CARA PENULARAN
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
e. PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
f. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
E. PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
F. PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
a. Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko mendapat penyakit infeksi.
b. Pertahanan sistem tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahankan normal terhadap infeksi:
No Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan
1. Kulit
- Permukaan, lapisan yang utuh
- lapisan kulit paling luar
- Sebum
Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi
Mandi tidak teratur
Mandi berlebihan
2. Mulut
a. Lapisan mukosa yang utuh
b. Saliva
Laserasi, trauma, cabut gigi
Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi
3. Saluran pernafasan
a. Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus
b. Makrofag
Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin
Merokok
4. Saluran urinarius
a. Tindakan pembilasan dari aliran urine
b. Lapisan epitel yang utuh
Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena pertumbuhan tumor.
Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.
5. Saluran gastrointestinal
a. Keasaman sekresi gaster
b. Peristaltik yang cepat dalam usus kecil
Pemberian antasida
Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa
6. Vagina
a. Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai pH yang rendah
Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal
c. Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a. respon seluler dan vaskuler
Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal.
Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang.
b. pembentukan eksudat inflamasi
akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.
c. perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya
d. Respon imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
1. Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen
2. Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.
3. Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.
4. Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.
5. Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam bermultiplikasi.
II. ASEPSIS
Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut:
Segala alat yang digunakan harus steril
Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
Alat yang steril harus ada pada area steril
Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
Kulit tidak dapat disterilkan
Tehnik isolasi
Merupakan cara yang dibuat untuk mencegah penyebaran infeksi atau mikroorganisme yang bersifat infeksius bagi kesehatan individu, klien dan pengunjung. Dua sistem isolasi yang utama adalah:
Centers for disease control and prevention (CDC) precaution
Body Subtance Isolation (BSI) System
CDC meliputi prosedur untuk:
- Category-Specific Isolation precaution
- Disease-Specific Isolation
- Universal precaution
1. Category-Specific Isolation precaution meliputi:
- a. Strict isolation
- Untuk wabah dipteri pneumonia, varicella
- Untuk mencegah penyebaran lewat udara
- Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan tertutup
- Setiap orang yang memasuli ruangan harus menggunakan gaun, cap dan sepatu yang direkomendasikan
- Harus menggunakan masker
- Harus menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
b. Contact isolation
- Untuk infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simplex, rubela scabies
- Mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak
- Perlu ruangan khusus
- Harus menggunakan gaun jika ada cairan
- Harus menggunakan masker jika kontak dengan klienMemakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
c. Respiratory isolation
- Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll
- Untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan karena batuk, bersin, inhalasi
- Perlu ruangan khusus
- Tidak perlu gaun
- Harus memakai masker
- Tidak perlu menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
d. Tuberculosis isolation
- Untuk TBC
- Untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli
- Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif
- Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi
- Harus memakai masker
- Tidak perlu menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Bersihkan disposal dan disinfektan meskipun jarang menyebabkan perpindahan penyakit
e. Enteric precaution
- Untuk hepatitis A, gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius, encepalitis, meningitis
- Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan feces
- Perlu runagn khusus jika kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
f. Drainage/ secretion precaution
- Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus, konjungtivis
- Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan material tubuh
- Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
g. Blood/ body fluid precaution
- Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria
- Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh
- Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan tubuh
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
2. Disease-Specific Isolation
- Untuk pencegahan penyakit specifik
- Contoh tuberkulosis paru
• Kamar khusus
• Gunakan masker
• Tidak perlu sarung tangan
3. Body Subtance Isolation (BSI) System
Tujuan
- Mencegah transmisi silang mikroorganisme
- Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme dari klien
Elemen BSI
- Cuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Menggunakan gaun, masker, cap, sepatu, kacamata
- Membuang semua alat invasif yg telah digunakan
- Tempat linen sebelum dicuci
- Tempatkan diposibel pada sebuah plastik
- Cuci dan sterilkan alat yang telah digunakan
- Tempatkan semua specimen pada plastik sebelum ditranport ke laboratorium
Pencegahan infeksi di rumah:
- Cuci tangan
- Jaga kebersihan kuku
- Gunakan alat-alat personal
- Cuci sayuran dan buah sebelum dimakan
- Cuci alat yang akan digunakan
- Letakkan alat-alat yang terinfeksi pada plastik
- Bersihkan seprei
- Cegah betuk, bersin, bernapas langsung dengan orang lain
- Perhatian pada tanda dan gejala infeksi
- Pertahankan intake
III. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Perawat mengkaji hal-hal dibawah ini:
a. Status mekanisme pertahanan
Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi aliran limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas)
Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon inflamasi, leukopenia)
b. Kerentanan klien
Usia
Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya anak, sistem imun semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme penyebab demam, infeksi usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak). Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga mengalami perubahan.
Status nutrisi
Pengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat menyebabkan penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan kemampuan klien untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses menelan maupun sistem pencernaannya).
Stress
Tubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Hereditas
Kelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi.
Proses penyakit
Klien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi.
Terapi medis
Beberapa obat dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu mengkaji obat yang dikonsumsi klien.
c. Penampilan klinis
Tanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu mengkaji tanda yang muncul pada klien.
d. Data laboratorium
Perawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.
Diagnosa
• Risiko infeksi b.d gangguan imunitas
• Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
• Risiko cidera b.d gangguan imunitas
• Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI
Perencanaan
Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:
• Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius
• Memantau & menurunkan penyebaran infeksi
• Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
• Klien & keluarga belajar tentang kontrol infeksi
Implementasi
• Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk tumbuh)
• Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik yg tepat dan tindakan perawatan lainnya)
Kontrol agen infeksius:
• Pembersihan
Membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic dari suatu obyek.
• Desinfeksi
Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora
• Sterilisasi
Penghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora.
Kontrol reservoar
• Mandi secara teratur
• Mengganti balutan yang basah atau kotor
• Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
• Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
• Luka bedah dirawat dengan benar
• Perawatan botol & kantong drainase
• Pertahankan larutan dalam botol
Pengendalian penularan:
Cuci tangan
Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien
Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat
Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien
Biasakan klien untuk cuci tangan
Kontrol terhadap portal masuk
Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa
Kulit dijaga tetap lembab
Pengaturan posisi
Lakukan hygiene oral
Hati-hati dlm merawat luka
Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai
Perlindungan terhadap penjamu yang rentan:
Tindakan isolasi
Pertahankan status nutrisi
Pertahankan personal hygiene
Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi
Lingkungan protektif
Perlindungan terhadap pekerja:
• Gown
• Masker
• Sarung tangan
• Kacamata pelindung
• Pengumpulan spesimen
• Membungkus barang atau linen
Evaluasi
Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah teratasi, tindakan dihentikan.
MANIFESTASI INFEKSI
1. Tanda-tanda / Gejala Umum Infeksi
Masih sulit memisahkan kata radang dari bayang-bayang penyakit infeksi. Padahal sesungguhnya radang berbeda dengan infeksi meskipun infeksi sendiri selalu disertai dengan peradangan. Sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya ketika dokter mendiagnosa mereka mengalami radang tetapi mengapa tidak meresepkan obat antibiotik.
Radang dalam bahasa medik dikenal dengan Inflammasi yaitu suatu respon jaringan tubuh yang kompleks saat menerima rangsang yang kuat akibat pengrusakan sel, infeksi mikroorganisme patogen dan iritasi. Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan tadi agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM – 45 M) memberi istilah latin yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Sementara Galen menambahkan dengan Functio laesa.
a. Rubor berarti merah
daerah tubuh yang mengalami radang akan nampak lebih merah. Hal inilah yang paling mudah terlihat dan akhirnya masyarakat menjadikan sebagai trade mark radang. Misalnya lapisan permukaan tenggorokan menjadi lebih merah pekat, orang-orang spontan menyebut radang. Sampai akhirnya ketika orang menyebut radang maka langsung diasosiasikan sebagai penyakit/ gangguan tenggorokan. Padahal radang tidak hanya di tenggorokan, seluruh bagian tubuh manusia punya “hak” sama untuk “menikmati” radang.
b. Calor berarti panas.
Radang umumnya disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh diklasifikasi atas hipotermia (< 36oC), normotermi (36-37oC), subfebris (37,8oC) dan febris (>38oC). Dua yang terakhir disebut juga sebagai demam. Kenaikan suhu tubuh yang menyertai radang dapat berupa demam subfebris atau demam febris. Kenaikan panas tubuh disebabkan oleh meningkatnya aktifitas sel-sel imun (pertahanan) tubuh. Namun oleh sebagian orang tidak merasakan kenaikan suhu tubuh ini secara signifikan padahal ketika dilakukan pengukuran dengan termometer ternyata demam subfebris, oleh sebab itu pengukuran suhu tubuh selalu dianjurkan menggunakan termometer dan bukan dengan meletakkan telapak tangan di dahi atau di leher.
c. Dolor berarti nyeri.
Tanda radang ini lebih bersifat subyektif sebab tidak dapat di nilai langsung oleh orang lain kecuali si pemilik tubuh yang menyatakan bahwa timbul rasa sakit. Rasa sakit muncul akibat pelepasan suatu zat yang dikenal dengan nama prostaglandin.
d. Tumor adalah pembesaran abnormal dari bagian tubuh.
Segala benjolan yang muncul baik di permukaan luar tubuh maupun sepanjang rongga tubuh disebut sebagai tumor. Benjolan ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi oleh reaksi tubuh benjolan ini muncul menyertai tanda-tanda terdahulu. Benjolan dapat berukuran besar maupun kecil dengan batas yang bisa tegas atau tidak. Contoh yang sering ditemukan adalah bisul, jerawat, kutil ataupun bengkak.
e. Functio laesa berarti gangguan fungsi.
Pada keadaan radang maka organ tubuh yang terkena akan mengalami gangguan fungsi. Misalnya : sendi yang kaku pada rematik atau gangguan penyerapan cairan dalam usus pada keadaan diare.
Bagaimana dengan infeksi. Infeksi merupakan adalah keadaan jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun di permukaan rongga dalam tubuh.
Dalam perjalanannya, bagian tubuh yang terinfeksi akan mengalami proses peradangan. Paparan mikroorganisme pada permukaan tubuh akan merangsang tubuh untuk melakukan penolakan terhadap agen infeksius tersebut maka muncullah tanda-tanda peradangan seperti di atas. Namun infeksi dapat juga terjadi belakangan setelah terlebih dulu terjadi radang, inilah yang disebut sebagai infeksi sekunder. Misalnya saat seorang atlet mengalami cedera otot – pada luka terbuka resiko terjadinya infeksi tentu jauh lebih mudah dibandingkan luka tertutup. Bagian tubuh yang terluka akan mengalami peradangan akibat terjadinya kerusakan jaringan, reaksi radang ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh agar kerusakan tidak bertambah luas. Akan tetapi dalam perjalanannya, permukaan luka dapat saja terpapar oleh mikroorganisme patogen. Keadaan inilah yang disebut infeksi sekunder, tubuh merespon jauh lebih berat dan adakalanya dibutuhkan pemberian antibiotik selain obat antiradang (antiinflamasi drugs).
Perjalanan infeksi dimulai jika ada jalur masuk (port d’entry). Lalu setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase akut. Jadi saat seseorang merasakan timbulnya gejala infeksi maka sebenarnya agen penyebab infeksi itu sendiri telah masuk ke dalam tubuh beberapa waktu sebelumnya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua peradangan memerlukan antibiotik, kalaupun terjadi infeksi, tidak semua infeksi dapat diobati dengan antibiotik sebab infeksi yang penyebabnya bukan bakteri tentunya tidak efektif diobati dengan antibiotika. Setelah fase akut beberapa jenis infeksi dapat sembuh sendiri (self limiting diseases), ada juga yang sembuh dengan intervensi antibiotika sedangkan yang lainnya tidur (dormant) menjadi fase kronis dan sewaktu-waktu dapat aktif kembali.
Secara umum radang dan infeksi memilki perbedaan gejala yang sangat tipis, tetapi dengan memahami perbedaan ini kita berharap bisa mendapatkan pelayanan pengobatan yang rasional, efektif dan ekonomis. (dr.Amran)
2. Tanda Infeksi Berdasarkan Antigen
a. Gejala Infeksi Parasit
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 3,5 milyar orang memiliki satu atau jenis lain infeksi parasit dan tidak semua orang yang terinfeksi tinggal di negara berkembang. Banyak orang dengan infeksi parasit juga tinggal di negara maju, dan beberapa dari infeksi ini sangat menular.
Ada banyak jenis parasit dan karena itu, gejala infeksi parasit bervariasi. Tidak mungkin untuk membuat daftar gejala umum infeksi parasit tetapi gejala luas dapat disebutkan. Namun, hanya karena Anda memiliki satu atau dua gejala, tidak perlu bahwa Anda memiliki infeksi parasit. Meskipun, itu akan bernilai saat Anda membuat diri Anda diperiksa.
Berikut adalah yang paling gejala yang dialami oleh orang-orang yang telah parasit.
• Sembelit dilihat di banyak orang yang memiliki beberapa jenis cacing yang hidup dalam saluran pencernaan. Sembelit terjadi karena bentuk dan ukuran dari worm. Memiliki konsentrasi tinggi dapat menyebabkan penyumbatan cacing dari saluran empedu dan saluran pencernaan yang menyebabkan sembelit.
• Diare terutama disebabkan oleh infeksi protozoa. Diare terjadi karena parasit natrium dan klorida menciptakan kerugian dan ini menyebabkan tinja berair.
• Gas dan kembung sensasi terjadi karena disebabkan peradangan di bagian atas usus kecil. Gejala ini dapat memburuk jika penderita makan makanan seperti kacang-kacangan dan buah-buahan dan sayuran mentah, yang sulit untuk dicerna.
• Irritable bowel syndrome terjadi bila parasit mengiritasi dinding sel usus. Hal ini menyebabkan malabsorpsi zat gizi yang mengarah ke bangku besar yang mengandung terlalu banyak lemak.
• Anemia terjadi bila parasit menempel pada mukosa usus dan mulai pendarahan tubuh nutrisi penting. Kadang-kadang konsentrasi tinggi parasit ini dapat menyebabkan berat kekurangan zat besi atau anemia pernisiosa.
• Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, ruam atau eksim dapat terjadi jika cacingan hadir. Beberapa orang dapat dermatitis karena infeksi protozoa
• Grinding gigi atau bruxism terlihat pada orang yang memiliki infeksi parasit. Penggilingan terjadi selama tidur terlihat lebih sering pada anak-anak. Hal ini diyakini sebagai respons terhadap iritasi internal alam asing.
• Kelelahan kronis juga dialami oleh orang-orang dan ini memanifestasikan dirinya melalui gejala mirip flu keluhan, memori dan konsentrasi masalah dan kelelahan konstan.
• Disfungsi imun terjadi karena infeksi parasit dan sistem kekebalan tubuh seseorang berhenti berfungsi normal meninggalkan orang terbuka terhadap bakteri dan infeksi virus.
b. Tanda Infeksi Virus
Sulit membedakan infeksi virus dengan infeksi bakteri hanya berdasarkan gejalanya saja. Secara umum Tanda Infeksi Virus
• Demam
Apabila Anda mengalami demam, gemetar, dan menggigil, besar kemungkinan Anda terinfeksi bakteri. Tetapi, gejala ini juga sering diakibatkan oleh virus flu. Oleh karena itu, menurut Dr Frank Esper, ahli penyakit infeksi anak, jika di sekitar lingkungan Anda banyak yang sedang terjangkit flu, dokter tidak akan memberikan antibiotik.
• Lamanya sakit
Infeksi virus yang berlangsung terlalu lama bisa berkembang menjadi serius dan mengundang bakteri, misalnya infeksi sinus. Indikasi pemberian antibiotik adalah jika batuk dan pilek sudah berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam dan pagi hari saja).
• Warna lendir hijau
Sekresi saluran napas akibat infeksi virus seharusnya encer dan bening. Jika cairan hidung sudah berwarna hijau dan kental, itu adalah tanda infeksi bakteri. Namun, sering kali perubahan warna dahak dan ingus menjadi kental dan kehijaun ini merupakan perjalanan klinis ISPA karena virus. Itu sebabnya, gejala ini bukan indikasi utama pemberian antibiotika.
• Sakit tenggorokan
Meski tenggorokan berwarna merah dan nyeri saat menelan, dokter akan mencari tanda bercak putih sebagai petunjuk adanya bakteri sebelum meresepkan antibiotik. Kebanyakan gejala flu diawali dengan sakit tenggorokan, namun nyeri tenggorokan yang tidak diikuti dengan gejala flu lainnya bisa jadi tanda infeksi bakteri.
• Tes lab
Membawa contoh dahak atau cairan hidung ke laboratorium memang cara yang efektif untuk mengetahui ada-tidaknya bakteri. Namun, kultur bakteri ini membutuhkan waktu sedikitnya dua hari dan tentu saja memakan biaya. Oleh karena itu, biasanya dokter tidak meminta tes ini, kecuali Anda dicurigai terkena infeksi tifus.
c. Tanda Infeksi Jamur
Infeksi jamur ini sangat lumrah terutama dengan berkali-kali memakai antibiotik. Infeksi jamur yang paling produktif pada orang dengan sistem kekebalan tertekan. Ini adalah selalu orang-orang dari usia tua, dan orang-orang yang telah lama dan berkelanjutan pengobatan dengan antibiotik atau kortikosteroidKonsekuensi yang terakhir adalah penurunan bakteri alam yang berfungsi sebagai penghalang terhadap jamur. Sial spin-off dalam perawatan untuk HIV / AIDS menjadi lebih besar kerentanan terhadap infeksi jamur. Jamur memiliki kecenderungan untuk menulari orang-orang terbiasa dengan kadar gula tinggi dalam makanan mereka.
Ada berbagai jenis infeksi jamur dan beberapa dari mereka akan dibahas di bawah ini; termasuk bagaimana Anda mendapatkannya. Candida adalah boleh dikatakan bahwa organisme yang paling sering menimbulkan infeksi jamur. Ini mempengaruhi saluran pencernaan, daerah genital dan mulut. Dalam peristiwa normal prevalensi bakteri alami yang mampu mengendalikan infeksi yang timbul dari Candida. Namun, ketika keseimbangan alam sedang marah, pasien cenderung kontrak infeksi.
• Pada titik tertentu dalam kehidupan seorang wanita ia mengalami serangan Vulvovaginal infeksi yang disebabkan oleh Candida. Gejala-gejalanya adalah gatal, dan iritasi dan membakar selama buang air kecil dan hubungan seksual. Seorang wanita sangat mudah sebelum dan setelah menstruasi ketika tubuh mengalami fase ketidakseimbangan hormon.
• Kaki atlet, juga dikenal sebagai tinea pedis, adalah sangat umum infeksi jamur. Itu kebanyakan ditemukan dalam atlet dan perenang dan sangat menular. Infeksi umumnya dikontrak dari air yang terkontaminasi. Hal yang paling sering mempengaruhi kaki, terutama daerah antara jari kaki, sehingga sangat gatal, pecah-pecah pada kulit dan berbau busuk discharge. Oral thrush adalah infeksi jamur yang biasa lain. Ini muncul sebagai bercak putih dan luka di lidah, langit-langit mulut, di dalam pipi dan bibir. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Pengobatan infeksi jamur biasanya memerlukan pengobatan topikal dan oral. Ini, bagaimanapun, harus diambil untuk suatu jangka waktu untuk memastikan bahwa semua jejak sisa jamur dihancurkan.
d. Tanda Infeksi Bakteri
Bakteri jenis kokus (bulat) yang hidup bergerombol. Tak seindah namanya, staphyle, dari bahasa Yunani yang berarti anggur. Bakteri ini merupakan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit, atau meracuni makanan sehingga menimbulkan penyakit serius pada manusia. Staphylococcus aurens biasanya hidup pada jaringan kulit dan lubang hidung manusia. Dalam kondisi sehat dan normal, bakteri ini tidak menginfeksi karena tubuh kita memiliki mekanisme perlindungan seperti kastil yang dijaga prajurit-prajurit bernama antibodi. Infeksi biasanya dipicu oleh luka luar atau penetrasi bakteri melalui makanan yang tercemar. Dalam jumlah terbatas, bakteri ini juga terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus.
• Karakteristik Bakteri
Jika diintip dengan mikroskop, Staphylococcus aureus tampak hidup bergerombol seperti seikat anggur berwarna kuning. Warna tersebut dihasilkan oleh pigmen yang melapisi dinding sel. Memiliki sifat aerob fakultatif, artinya membutuhkan oksigen pada saat tertentu, namun dalam kondisi lain mampu bertahan hidup tanpa oksigen sama sekali.
Staphylococcus aureus tidak menghasilkan spora dan tidak motil, tidak bergerak tetapi mampu membentuk kapsul untuk melindungi diri. Ukuran selnya berkisar 0,8-1,0 mikrometer, dan tumbuh optimal pada suhu normal tubuh manusia, kisaran 36-37 derajat celcius. Bakteri ini mampu berkembang dalam lingkungan dengan konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar.
Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mendeteksi jumlah sel menggunakan sinyal oligopeptida, dan memastikan jumlah tersebut cukup untuk memproduksi toksin dan enzim koagulase. Enzim inilah yang berfungsi menggumpalkan firinogen di dalam plasma darah sehingga Staphylococcus aureus selamat dari fagositosis dan respon sistem antibodi pada tubuh kita.
Staphylococcus aureus dapat mengganggu sistem imun pada tubuh manusia karena mengikat antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis, serta leukolisis yang mematikan sel tubuh manusia.
• Gejala Infeksi
Staphylococcus aureus menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu, terutama pada tubuh yang lemah sistem imunnya. Infeksi pada kulit atau luka luar biasanya berakibat pada penanahan, misalnya bisul atau luka bernanah lainnya. Area infeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa sakit bila disentuh. Dalam kondisi parah, pembengkakan tersebut berkembang menjadi impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradangan pada jaringan di bawah kulit). Infeksi juga bisa terjadi pada ibu menyusui berupa peradangan payudara, bisul dan nanah pada puting, yang berpotensi menularkan bakteri kepada bayi.
Bakteri yang masuk ke dalam aliran darah juga bisa bersarang di dalam paru-paru menyebabkan organ tersebut bernanah dan infeksi klep jantung (endocarditis) yang bisa mengakibatkan gagal jantung. Infeksi pada sel tulang berakibat peradangan berat osteomyelitis. Bakteri yang mengontaminasi makanan, saat tertelan akan menimbulkan gangguan pencernaan dengan gejala mual, muntah, (benar-benar muntah atau tampak seperti muntah tetapi tidak mengeluarkan apa pun), kram perut, lemas, diare, dan dehidrasi. Gejalanya muncul sekitar 1-6 jam sejak tertelan. Gejala tersebut berlangsung selama 1-3 hari. Pada kasus yang lebih berat, gejala tersebut disertai dengan sakit kepala, kram otot, tekanan darah, dan denyut nadi tidak teratur.
Ente pintar? belum tentu
Asslamualiakum wr,wb......
Gan, pernah merasa atau menilai seseorang tu seperti ini, ente tahu kalau apa yang ente lakuin tu baek bwt diri ente, nguntungin bagi diri ente, mbuat kualitas diri ente meningkat... but malahan ente nggak mau lakuin tu, for example: ente tau hidup disiplin tu kunci sukses, ente sangat faham akan hal itu, namun sangat disayangkan walaupun ente tahu kan hal itu dan setuju dengn hal itu, tapi perilaku ente sangat bertolak belakang dengan hal itu, ente suka bagadang, bangun kesiangan, lakuin ibadah (wat islam: Sholat) tidak pada waktunye, belajar waktu pas mo ujian aje (sistem SKS g to) (heheheh Curhat diri ane diri ne. Pernah gak gan...!!
gini gan dari pengalaman n informasi yang ane dapat waktu kulie di kampus ane ni gini ada namanye ahli pisikolgy yang namanye Benyamin Bloom die mbuat teori tentang perilaku ni, katanye t kita ni manuasia ade yang namanye :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Perilaku
gan 3 ranah ne kita harus poahami dan bisa jadi instropeksi bagi diri kite sendiri...
coba kite liat satu per satu gan
1. Pengetahuan
Ente pasti uda familiar dengan kata2 pengetahuan ni kan, secara ringkas gini gan pengetahuan ni ente dapat kalau ente sudah pernah terpapar dengan suatu informasi, contohnya gini gan ente sering dengar nasehat dari bunda, ayah, guru, bapak ustadz, dll kalau hidup disiplin tu baek sehingga ente tahu.. gan pengetahuan ni juga ade tngkatanya lo
a. Tahu
tingkatan ni ente hanya sekedar tahu lw disiplin tu kunci sukses
b. paham
lw ente paham pasti ente bisa menjelaskan kenapa disiplin tu baek wat diri ente diri, lw ente mampu menjelaskanya brarti enteh tu da masuk ke tingkat paham, lw kite blajar kita gak perlu hafal tp faham kan
c. Aplikasi
ne tingkatan ke tiga gan, ente sudah mengaplikasikan dalm kehidupan ente diri tu yang namanye disiplin
d. Analisi
ternyate gan aplikasi masih blum cukup gan masih ade yang namanye analisis, ape pula t ya, analisi ne ente udah bisa membedakan, memisahkan n mengelompokan, artiya gini gan ente sudah mampu mengelompoakn disiplin ne gak segi dari waktu aje, ade displin dalam hal lain seperti ente melakukan sesuatu disiplin seperti bersikap, belajar, berbelanja tw yang laenya lah
e. Sintesis
loh ternyate masih ada level yang tinggi gan yaitu tahap sintesis, tahap yang kelima lo gan, di tahap ni ente bisa menyusun, merencanakan disiplin tadi artinye ente sudah bisa membuat disiplin sebagai kebiasaan ente, ente sudah bisa merencanakan kalau ente harus setiap hari harus disiplin
f. Evaluasi
ni gan tahap yang terakhir kalau ente sudah samapai ke tahap ni baru bisa pengetahuan ente dianggap sempurne, pada tahap evaluasi ne, ente sudah bisa membuat kesimpualan kenapa orang bisa disiplin dan ente bisa membuat kesimpuln kenape orangbisa gak disiplinn , ente faham penyebabnya dan ente bisa mengoreksi diri ente diri dan orang lain. Ente juga bisa membandingkan dan merasakan beda kek mana hidup disiplin dan tidakk disiplin
Tu baru pengetyahuan tu gan..... ente harus paham ne, waktu mo blajar kalao kita hanya sekedar hafal kite hanye tahu level paling dasar gan, tahanya bentar gan besok ente dah lupa apa yang diplajari, palin tidak kite belajar kita sampai ke tahap analisa gan, tu butuh latihan gan.. ente pasti pernah dengar lw teman ente hanya mendengarkan dia gak belajar, gak mencatat pelajaran malahan nilainye tinggi (murni logan gak nyontek, tw liet jimat). tu kenape tu teman ente tu bisa memahami n menganalisa soal gan.. lw ente bisa ke tahap evaluasi, ente udah hebat tu ente udah menyempurnakan pengetahua ente... tinggal kerja ente tu di menyempurna sikap ente
duch gan... panjang juga ye, mudah2n gak bosan gan,
akh kita sambung yua gan... lw ente jelaskan sikap n perilaku mgkn ente bosan baca tulisan ente...
Intinya gan: Kasus kita yag diatas tadi tu sering ane n ente alami karena kite masih pada tahap pengetahuan, kite blom mempraktekanya tu juge karen tahap pengetahuan kite pada tahap yang ke 1 atw 2 aje... orang bisa melakukan disiplin jika pengetahuanye pada tingkat yang tinggi + mempunyai sikap yang bagus + baru bisa berprilaku disiplin < melakukan gaya hidup disipl>
gan sikap n perilaku tunggu aje ya... (bersambung gt)
mudah2n bermanfaaat ya gan, bagi diri ane en ente
Gan, pernah merasa atau menilai seseorang tu seperti ini, ente tahu kalau apa yang ente lakuin tu baek bwt diri ente, nguntungin bagi diri ente, mbuat kualitas diri ente meningkat... but malahan ente nggak mau lakuin tu, for example: ente tau hidup disiplin tu kunci sukses, ente sangat faham akan hal itu, namun sangat disayangkan walaupun ente tahu kan hal itu dan setuju dengn hal itu, tapi perilaku ente sangat bertolak belakang dengan hal itu, ente suka bagadang, bangun kesiangan, lakuin ibadah (wat islam: Sholat) tidak pada waktunye, belajar waktu pas mo ujian aje (sistem SKS g to) (heheheh Curhat diri ane diri ne. Pernah gak gan...!!
gini gan dari pengalaman n informasi yang ane dapat waktu kulie di kampus ane ni gini ada namanye ahli pisikolgy yang namanye Benyamin Bloom die mbuat teori tentang perilaku ni, katanye t kita ni manuasia ade yang namanye :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Perilaku
gan 3 ranah ne kita harus poahami dan bisa jadi instropeksi bagi diri kite sendiri...
coba kite liat satu per satu gan
1. Pengetahuan
Ente pasti uda familiar dengan kata2 pengetahuan ni kan, secara ringkas gini gan pengetahuan ni ente dapat kalau ente sudah pernah terpapar dengan suatu informasi, contohnya gini gan ente sering dengar nasehat dari bunda, ayah, guru, bapak ustadz, dll kalau hidup disiplin tu baek sehingga ente tahu.. gan pengetahuan ni juga ade tngkatanya lo
a. Tahu
tingkatan ni ente hanya sekedar tahu lw disiplin tu kunci sukses
b. paham
lw ente paham pasti ente bisa menjelaskan kenapa disiplin tu baek wat diri ente diri, lw ente mampu menjelaskanya brarti enteh tu da masuk ke tingkat paham, lw kite blajar kita gak perlu hafal tp faham kan
c. Aplikasi
ne tingkatan ke tiga gan, ente sudah mengaplikasikan dalm kehidupan ente diri tu yang namanye disiplin
d. Analisi
ternyate gan aplikasi masih blum cukup gan masih ade yang namanye analisis, ape pula t ya, analisi ne ente udah bisa membedakan, memisahkan n mengelompokan, artiya gini gan ente sudah mampu mengelompoakn disiplin ne gak segi dari waktu aje, ade displin dalam hal lain seperti ente melakukan sesuatu disiplin seperti bersikap, belajar, berbelanja tw yang laenya lah
e. Sintesis
loh ternyate masih ada level yang tinggi gan yaitu tahap sintesis, tahap yang kelima lo gan, di tahap ni ente bisa menyusun, merencanakan disiplin tadi artinye ente sudah bisa membuat disiplin sebagai kebiasaan ente, ente sudah bisa merencanakan kalau ente harus setiap hari harus disiplin
f. Evaluasi
ni gan tahap yang terakhir kalau ente sudah samapai ke tahap ni baru bisa pengetahuan ente dianggap sempurne, pada tahap evaluasi ne, ente sudah bisa membuat kesimpualan kenapa orang bisa disiplin dan ente bisa membuat kesimpuln kenape orangbisa gak disiplinn , ente faham penyebabnya dan ente bisa mengoreksi diri ente diri dan orang lain. Ente juga bisa membandingkan dan merasakan beda kek mana hidup disiplin dan tidakk disiplin
Tu baru pengetyahuan tu gan..... ente harus paham ne, waktu mo blajar kalao kita hanya sekedar hafal kite hanye tahu level paling dasar gan, tahanya bentar gan besok ente dah lupa apa yang diplajari, palin tidak kite belajar kita sampai ke tahap analisa gan, tu butuh latihan gan.. ente pasti pernah dengar lw teman ente hanya mendengarkan dia gak belajar, gak mencatat pelajaran malahan nilainye tinggi (murni logan gak nyontek, tw liet jimat). tu kenape tu teman ente tu bisa memahami n menganalisa soal gan.. lw ente bisa ke tahap evaluasi, ente udah hebat tu ente udah menyempurnakan pengetahua ente... tinggal kerja ente tu di menyempurna sikap ente
duch gan... panjang juga ye, mudah2n gak bosan gan,
akh kita sambung yua gan... lw ente jelaskan sikap n perilaku mgkn ente bosan baca tulisan ente...
Intinya gan: Kasus kita yag diatas tadi tu sering ane n ente alami karena kite masih pada tahap pengetahuan, kite blom mempraktekanya tu juge karen tahap pengetahuan kite pada tahap yang ke 1 atw 2 aje... orang bisa melakukan disiplin jika pengetahuanye pada tingkat yang tinggi + mempunyai sikap yang bagus + baru bisa berprilaku disiplin < melakukan gaya hidup disipl>
gan sikap n perilaku tunggu aje ya... (bersambung gt)
mudah2n bermanfaaat ya gan, bagi diri ane en ente
Langganan:
Postingan (Atom)