Sabtu, 29 Januari 2011

Konsep Infeksi

BAB I
PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG

Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien
Dalam semua lingkungan, kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat. Penyakit seperti hepatitis B, AIDS, dan tuberkolosis telah menyeababkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolaan infeks
Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit

B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah tentang Apa-apa saja Konsep Penyakit Infeksi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP INFEKSI

A. DEFENISI INFEKSI

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.

B. TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.

C. TIPE INFEKSI
Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)

D. RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.




a. AGEN INFEKSI
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.

b. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.

c. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.

d. CARA PENULARAN
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.

e. PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

f. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.


E. PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi

F. PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
a. Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko mendapat penyakit infeksi.
b. Pertahanan sistem tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahankan normal terhadap infeksi:
No Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan
1. Kulit
- Permukaan, lapisan yang utuh
- lapisan kulit paling luar
- Sebum
Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi
Mandi tidak teratur
Mandi berlebihan
2. Mulut
a. Lapisan mukosa yang utuh
b. Saliva
Laserasi, trauma, cabut gigi
Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi
3. Saluran pernafasan
a. Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus

b. Makrofag
Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin
Merokok

4. Saluran urinarius
a. Tindakan pembilasan dari aliran urine


b. Lapisan epitel yang utuh
Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena pertumbuhan tumor.
Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.
5. Saluran gastrointestinal
a. Keasaman sekresi gaster
b. Peristaltik yang cepat dalam usus kecil
Pemberian antasida
Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa
6. Vagina
a. Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai pH yang rendah
Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal


c. Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a. respon seluler dan vaskuler
Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal.
Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang.
b. pembentukan eksudat inflamasi
akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.
c. perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya
d. Respon imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
1. Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen
2. Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.
3. Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.
4. Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.
5. Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam bermultiplikasi.



II. ASEPSIS
Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut:
 Segala alat yang digunakan harus steril
 Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
 Alat yang steril harus ada pada area steril
 Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
 Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
 Kulit tidak dapat disterilkan


Tehnik isolasi
Merupakan cara yang dibuat untuk mencegah penyebaran infeksi atau mikroorganisme yang bersifat infeksius bagi kesehatan individu, klien dan pengunjung. Dua sistem isolasi yang utama adalah:
 Centers for disease control and prevention (CDC) precaution
 Body Subtance Isolation (BSI) System
 CDC meliputi prosedur untuk:
- Category-Specific Isolation precaution
- Disease-Specific Isolation
- Universal precaution

1. Category-Specific Isolation precaution meliputi:
- a. Strict isolation
- Untuk wabah dipteri pneumonia, varicella
- Untuk mencegah penyebaran lewat udara
- Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan tertutup
- Setiap orang yang memasuli ruangan harus menggunakan gaun, cap dan sepatu yang direkomendasikan
- Harus menggunakan masker
- Harus menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
b. Contact isolation
- Untuk infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simplex, rubela scabies
- Mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak
- Perlu ruangan khusus
- Harus menggunakan gaun jika ada cairan
- Harus menggunakan masker jika kontak dengan klienMemakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal
c. Respiratory isolation
- Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll
- Untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan karena batuk, bersin, inhalasi
- Perlu ruangan khusus
- Tidak perlu gaun
- Harus memakai masker
- Tidak perlu menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal

d. Tuberculosis isolation
- Untuk TBC
- Untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli
- Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif
- Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi
- Harus memakai masker
- Tidak perlu menggunakan sarung tangan
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Bersihkan disposal dan disinfektan meskipun jarang menyebabkan perpindahan penyakit

e. Enteric precaution
- Untuk hepatitis A, gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius, encepalitis, meningitis
- Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan feces
- Perlu runagn khusus jika kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal

f. Drainage/ secretion precaution
- Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus, konjungtivis
- Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan material tubuh
- Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal

g. Blood/ body fluid precaution
- Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria
- Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh
- Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
- Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
- Tidak perlu masker
- Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan tubuh
- Perlu cuci tangan setiap kontak
- Menggunakan disposal

2. Disease-Specific Isolation
- Untuk pencegahan penyakit specifik
- Contoh tuberkulosis paru
• Kamar khusus
• Gunakan masker
• Tidak perlu sarung tangan


3. Body Subtance Isolation (BSI) System
Tujuan
- Mencegah transmisi silang mikroorganisme
- Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme dari klien
Elemen BSI
- Cuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Menggunakan gaun, masker, cap, sepatu, kacamata
- Membuang semua alat invasif yg telah digunakan
- Tempat linen sebelum dicuci
- Tempatkan diposibel pada sebuah plastik
- Cuci dan sterilkan alat yang telah digunakan
- Tempatkan semua specimen pada plastik sebelum ditranport ke laboratorium

Pencegahan infeksi di rumah:
- Cuci tangan
- Jaga kebersihan kuku
- Gunakan alat-alat personal
- Cuci sayuran dan buah sebelum dimakan
- Cuci alat yang akan digunakan
- Letakkan alat-alat yang terinfeksi pada plastik
- Bersihkan seprei
- Cegah betuk, bersin, bernapas langsung dengan orang lain
- Perhatian pada tanda dan gejala infeksi
- Pertahankan intake

III. PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian
Perawat mengkaji hal-hal dibawah ini:


a. Status mekanisme pertahanan
 Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi aliran limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas)
 Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon inflamasi, leukopenia)
b. Kerentanan klien
 Usia
Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya anak, sistem imun semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme penyebab demam, infeksi usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak). Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga mengalami perubahan.
 Status nutrisi
Pengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat menyebabkan penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan kemampuan klien untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses menelan maupun sistem pencernaannya).
 Stress
Tubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
 Hereditas
Kelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi.
 Proses penyakit
Klien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi.
 Terapi medis
Beberapa obat dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu mengkaji obat yang dikonsumsi klien.



c. Penampilan klinis
Tanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu mengkaji tanda yang muncul pada klien.
d. Data laboratorium
Perawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.

Diagnosa
• Risiko infeksi b.d gangguan imunitas
• Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
• Risiko cidera b.d gangguan imunitas
• Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI

Perencanaan
Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:
• Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius
• Memantau & menurunkan penyebaran infeksi
• Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
• Klien & keluarga belajar tentang kontrol infeksi

Implementasi
• Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk tumbuh)
• Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik yg tepat dan tindakan perawatan lainnya)

Kontrol agen infeksius:
• Pembersihan
Membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic dari suatu obyek.
• Desinfeksi
Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora
• Sterilisasi
Penghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora.

Kontrol reservoar
• Mandi secara teratur
• Mengganti balutan yang basah atau kotor
• Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
• Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
• Luka bedah dirawat dengan benar
• Perawatan botol & kantong drainase
• Pertahankan larutan dalam botol

Pengendalian penularan:
Cuci tangan
Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien
Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat
Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien
Biasakan klien untuk cuci tangan

Kontrol terhadap portal masuk
Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa
Kulit dijaga tetap lembab
Pengaturan posisi
Lakukan hygiene oral
Hati-hati dlm merawat luka
Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai

Perlindungan terhadap penjamu yang rentan:
Tindakan isolasi
Pertahankan status nutrisi
Pertahankan personal hygiene
Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi
Lingkungan protektif

Perlindungan terhadap pekerja:
• Gown
• Masker
• Sarung tangan
• Kacamata pelindung
• Pengumpulan spesimen
• Membungkus barang atau linen

Evaluasi
Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah teratasi, tindakan dihentikan.

MANIFESTASI INFEKSI
1. Tanda-tanda / Gejala Umum Infeksi
Masih sulit memisahkan kata radang dari bayang-bayang penyakit infeksi. Padahal sesungguhnya radang berbeda dengan infeksi meskipun infeksi sendiri selalu disertai dengan peradangan. Sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya ketika dokter mendiagnosa mereka mengalami radang tetapi mengapa tidak meresepkan obat antibiotik.
Radang dalam bahasa medik dikenal dengan Inflammasi yaitu suatu respon jaringan tubuh yang kompleks saat menerima rangsang yang kuat akibat pengrusakan sel, infeksi mikroorganisme patogen dan iritasi. Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan tadi agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM – 45 M) memberi istilah latin yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Sementara Galen menambahkan dengan Functio laesa.
a. Rubor berarti merah
daerah tubuh yang mengalami radang akan nampak lebih merah. Hal inilah yang paling mudah terlihat dan akhirnya masyarakat menjadikan sebagai trade mark radang. Misalnya lapisan permukaan tenggorokan menjadi lebih merah pekat, orang-orang spontan menyebut radang. Sampai akhirnya ketika orang menyebut radang maka langsung diasosiasikan sebagai penyakit/ gangguan tenggorokan. Padahal radang tidak hanya di tenggorokan, seluruh bagian tubuh manusia punya “hak” sama untuk “menikmati” radang.
b. Calor berarti panas.
Radang umumnya disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh diklasifikasi atas hipotermia (< 36oC), normotermi (36-37oC), subfebris (37,8oC) dan febris (>38oC). Dua yang terakhir disebut juga sebagai demam. Kenaikan suhu tubuh yang menyertai radang dapat berupa demam subfebris atau demam febris. Kenaikan panas tubuh disebabkan oleh meningkatnya aktifitas sel-sel imun (pertahanan) tubuh. Namun oleh sebagian orang tidak merasakan kenaikan suhu tubuh ini secara signifikan padahal ketika dilakukan pengukuran dengan termometer ternyata demam subfebris, oleh sebab itu pengukuran suhu tubuh selalu dianjurkan menggunakan termometer dan bukan dengan meletakkan telapak tangan di dahi atau di leher.
c. Dolor berarti nyeri.
Tanda radang ini lebih bersifat subyektif sebab tidak dapat di nilai langsung oleh orang lain kecuali si pemilik tubuh yang menyatakan bahwa timbul rasa sakit. Rasa sakit muncul akibat pelepasan suatu zat yang dikenal dengan nama prostaglandin.
d. Tumor adalah pembesaran abnormal dari bagian tubuh.
Segala benjolan yang muncul baik di permukaan luar tubuh maupun sepanjang rongga tubuh disebut sebagai tumor. Benjolan ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi oleh reaksi tubuh benjolan ini muncul menyertai tanda-tanda terdahulu. Benjolan dapat berukuran besar maupun kecil dengan batas yang bisa tegas atau tidak. Contoh yang sering ditemukan adalah bisul, jerawat, kutil ataupun bengkak.
e. Functio laesa berarti gangguan fungsi.
Pada keadaan radang maka organ tubuh yang terkena akan mengalami gangguan fungsi. Misalnya : sendi yang kaku pada rematik atau gangguan penyerapan cairan dalam usus pada keadaan diare.
Bagaimana dengan infeksi. Infeksi merupakan adalah keadaan jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun di permukaan rongga dalam tubuh.
Dalam perjalanannya, bagian tubuh yang terinfeksi akan mengalami proses peradangan. Paparan mikroorganisme pada permukaan tubuh akan merangsang tubuh untuk melakukan penolakan terhadap agen infeksius tersebut maka muncullah tanda-tanda peradangan seperti di atas. Namun infeksi dapat juga terjadi belakangan setelah terlebih dulu terjadi radang, inilah yang disebut sebagai infeksi sekunder. Misalnya saat seorang atlet mengalami cedera otot – pada luka terbuka resiko terjadinya infeksi tentu jauh lebih mudah dibandingkan luka tertutup. Bagian tubuh yang terluka akan mengalami peradangan akibat terjadinya kerusakan jaringan, reaksi radang ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh agar kerusakan tidak bertambah luas. Akan tetapi dalam perjalanannya, permukaan luka dapat saja terpapar oleh mikroorganisme patogen. Keadaan inilah yang disebut infeksi sekunder, tubuh merespon jauh lebih berat dan adakalanya dibutuhkan pemberian antibiotik selain obat antiradang (antiinflamasi drugs).
Perjalanan infeksi dimulai jika ada jalur masuk (port d’entry). Lalu setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase akut. Jadi saat seseorang merasakan timbulnya gejala infeksi maka sebenarnya agen penyebab infeksi itu sendiri telah masuk ke dalam tubuh beberapa waktu sebelumnya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua peradangan memerlukan antibiotik, kalaupun terjadi infeksi, tidak semua infeksi dapat diobati dengan antibiotik sebab infeksi yang penyebabnya bukan bakteri tentunya tidak efektif diobati dengan antibiotika. Setelah fase akut beberapa jenis infeksi dapat sembuh sendiri (self limiting diseases), ada juga yang sembuh dengan intervensi antibiotika sedangkan yang lainnya tidur (dormant) menjadi fase kronis dan sewaktu-waktu dapat aktif kembali.
Secara umum radang dan infeksi memilki perbedaan gejala yang sangat tipis, tetapi dengan memahami perbedaan ini kita berharap bisa mendapatkan pelayanan pengobatan yang rasional, efektif dan ekonomis. (dr.Amran)

2. Tanda Infeksi Berdasarkan Antigen

a. Gejala Infeksi Parasit
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 3,5 milyar orang memiliki satu atau jenis lain infeksi parasit dan tidak semua orang yang terinfeksi tinggal di negara berkembang. Banyak orang dengan infeksi parasit juga tinggal di negara maju, dan beberapa dari infeksi ini sangat menular.
Ada banyak jenis parasit dan karena itu, gejala infeksi parasit bervariasi. Tidak mungkin untuk membuat daftar gejala umum infeksi parasit tetapi gejala luas dapat disebutkan. Namun, hanya karena Anda memiliki satu atau dua gejala, tidak perlu bahwa Anda memiliki infeksi parasit. Meskipun, itu akan bernilai saat Anda membuat diri Anda diperiksa.
Berikut adalah yang paling gejala yang dialami oleh orang-orang yang telah parasit.
• Sembelit dilihat di banyak orang yang memiliki beberapa jenis cacing yang hidup dalam saluran pencernaan. Sembelit terjadi karena bentuk dan ukuran dari worm. Memiliki konsentrasi tinggi dapat menyebabkan penyumbatan cacing dari saluran empedu dan saluran pencernaan yang menyebabkan sembelit.
• Diare terutama disebabkan oleh infeksi protozoa. Diare terjadi karena parasit natrium dan klorida menciptakan kerugian dan ini menyebabkan tinja berair.
• Gas dan kembung sensasi terjadi karena disebabkan peradangan di bagian atas usus kecil. Gejala ini dapat memburuk jika penderita makan makanan seperti kacang-kacangan dan buah-buahan dan sayuran mentah, yang sulit untuk dicerna.
• Irritable bowel syndrome terjadi bila parasit mengiritasi dinding sel usus. Hal ini menyebabkan malabsorpsi zat gizi yang mengarah ke bangku besar yang mengandung terlalu banyak lemak.
• Anemia terjadi bila parasit menempel pada mukosa usus dan mulai pendarahan tubuh nutrisi penting. Kadang-kadang konsentrasi tinggi parasit ini dapat menyebabkan berat kekurangan zat besi atau anemia pernisiosa.
• Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, ruam atau eksim dapat terjadi jika cacingan hadir. Beberapa orang dapat dermatitis karena infeksi protozoa
• Grinding gigi atau bruxism terlihat pada orang yang memiliki infeksi parasit. Penggilingan terjadi selama tidur terlihat lebih sering pada anak-anak. Hal ini diyakini sebagai respons terhadap iritasi internal alam asing.
• Kelelahan kronis juga dialami oleh orang-orang dan ini memanifestasikan dirinya melalui gejala mirip flu keluhan, memori dan konsentrasi masalah dan kelelahan konstan.
• Disfungsi imun terjadi karena infeksi parasit dan sistem kekebalan tubuh seseorang berhenti berfungsi normal meninggalkan orang terbuka terhadap bakteri dan infeksi virus.


b. Tanda Infeksi Virus
Sulit membedakan infeksi virus dengan infeksi bakteri hanya berdasarkan gejalanya saja. Secara umum Tanda Infeksi Virus
• Demam
Apabila Anda mengalami demam, gemetar, dan menggigil, besar kemungkinan Anda terinfeksi bakteri. Tetapi, gejala ini juga sering diakibatkan oleh virus flu. Oleh karena itu, menurut Dr Frank Esper, ahli penyakit infeksi anak, jika di sekitar lingkungan Anda banyak yang sedang terjangkit flu, dokter tidak akan memberikan antibiotik.
• Lamanya sakit
Infeksi virus yang berlangsung terlalu lama bisa berkembang menjadi serius dan mengundang bakteri, misalnya infeksi sinus. Indikasi pemberian antibiotik adalah jika batuk dan pilek sudah berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam dan pagi hari saja).
• Warna lendir hijau
Sekresi saluran napas akibat infeksi virus seharusnya encer dan bening. Jika cairan hidung sudah berwarna hijau dan kental, itu adalah tanda infeksi bakteri. Namun, sering kali perubahan warna dahak dan ingus menjadi kental dan kehijaun ini merupakan perjalanan klinis ISPA karena virus. Itu sebabnya, gejala ini bukan indikasi utama pemberian antibiotika.

• Sakit tenggorokan
Meski tenggorokan berwarna merah dan nyeri saat menelan, dokter akan mencari tanda bercak putih sebagai petunjuk adanya bakteri sebelum meresepkan antibiotik. Kebanyakan gejala flu diawali dengan sakit tenggorokan, namun nyeri tenggorokan yang tidak diikuti dengan gejala flu lainnya bisa jadi tanda infeksi bakteri.
• Tes lab
Membawa contoh dahak atau cairan hidung ke laboratorium memang cara yang efektif untuk mengetahui ada-tidaknya bakteri. Namun, kultur bakteri ini membutuhkan waktu sedikitnya dua hari dan tentu saja memakan biaya. Oleh karena itu, biasanya dokter tidak meminta tes ini, kecuali Anda dicurigai terkena infeksi tifus.
c. Tanda Infeksi Jamur
Infeksi jamur ini sangat lumrah terutama dengan berkali-kali memakai antibiotik. Infeksi jamur yang paling produktif pada orang dengan sistem kekebalan tertekan. Ini adalah selalu orang-orang dari usia tua, dan orang-orang yang telah lama dan berkelanjutan pengobatan dengan antibiotik atau kortikosteroidKonsekuensi yang terakhir adalah penurunan bakteri alam yang berfungsi sebagai penghalang terhadap jamur. Sial spin-off dalam perawatan untuk HIV / AIDS menjadi lebih besar kerentanan terhadap infeksi jamur. Jamur memiliki kecenderungan untuk menulari orang-orang terbiasa dengan kadar gula tinggi dalam makanan mereka.
Ada berbagai jenis infeksi jamur dan beberapa dari mereka akan dibahas di bawah ini; termasuk bagaimana Anda mendapatkannya. Candida adalah boleh dikatakan bahwa organisme yang paling sering menimbulkan infeksi jamur. Ini mempengaruhi saluran pencernaan, daerah genital dan mulut. Dalam peristiwa normal prevalensi bakteri alami yang mampu mengendalikan infeksi yang timbul dari Candida. Namun, ketika keseimbangan alam sedang marah, pasien cenderung kontrak infeksi.
• Pada titik tertentu dalam kehidupan seorang wanita ia mengalami serangan Vulvovaginal infeksi yang disebabkan oleh Candida. Gejala-gejalanya adalah gatal, dan iritasi dan membakar selama buang air kecil dan hubungan seksual. Seorang wanita sangat mudah sebelum dan setelah menstruasi ketika tubuh mengalami fase ketidakseimbangan hormon.
• Kaki atlet, juga dikenal sebagai tinea pedis, adalah sangat umum infeksi jamur. Itu kebanyakan ditemukan dalam atlet dan perenang dan sangat menular. Infeksi umumnya dikontrak dari air yang terkontaminasi. Hal yang paling sering mempengaruhi kaki, terutama daerah antara jari kaki, sehingga sangat gatal, pecah-pecah pada kulit dan berbau busuk discharge. Oral thrush adalah infeksi jamur yang biasa lain. Ini muncul sebagai bercak putih dan luka di lidah, langit-langit mulut, di dalam pipi dan bibir. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Pengobatan infeksi jamur biasanya memerlukan pengobatan topikal dan oral. Ini, bagaimanapun, harus diambil untuk suatu jangka waktu untuk memastikan bahwa semua jejak sisa jamur dihancurkan.

d. Tanda Infeksi Bakteri
Bakteri jenis kokus (bulat) yang hidup bergerombol. Tak seindah namanya, staphyle, dari bahasa Yunani yang berarti anggur. Bakteri ini merupakan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit, atau meracuni makanan sehingga menimbulkan penyakit serius pada manusia. Staphylococcus aurens biasanya hidup pada jaringan kulit dan lubang hidung manusia. Dalam kondisi sehat dan normal, bakteri ini tidak menginfeksi karena tubuh kita memiliki mekanisme perlindungan seperti kastil yang dijaga prajurit-prajurit bernama antibodi. Infeksi biasanya dipicu oleh luka luar atau penetrasi bakteri melalui makanan yang tercemar. Dalam jumlah terbatas, bakteri ini juga terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus.
• Karakteristik Bakteri
Jika diintip dengan mikroskop, Staphylococcus aureus tampak hidup bergerombol seperti seikat anggur berwarna kuning. Warna tersebut dihasilkan oleh pigmen yang melapisi dinding sel. Memiliki sifat aerob fakultatif, artinya membutuhkan oksigen pada saat tertentu, namun dalam kondisi lain mampu bertahan hidup tanpa oksigen sama sekali.
Staphylococcus aureus tidak menghasilkan spora dan tidak motil, tidak bergerak tetapi mampu membentuk kapsul untuk melindungi diri. Ukuran selnya berkisar 0,8-1,0 mikrometer, dan tumbuh optimal pada suhu normal tubuh manusia, kisaran 36-37 derajat celcius. Bakteri ini mampu berkembang dalam lingkungan dengan konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar.
Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mendeteksi jumlah sel menggunakan sinyal oligopeptida, dan memastikan jumlah tersebut cukup untuk memproduksi toksin dan enzim koagulase. Enzim inilah yang berfungsi menggumpalkan firinogen di dalam plasma darah sehingga Staphylococcus aureus selamat dari fagositosis dan respon sistem antibodi pada tubuh kita.
Staphylococcus aureus dapat mengganggu sistem imun pada tubuh manusia karena mengikat antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis, serta leukolisis yang mematikan sel tubuh manusia.
• Gejala Infeksi
Staphylococcus aureus menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu, terutama pada tubuh yang lemah sistem imunnya. Infeksi pada kulit atau luka luar biasanya berakibat pada penanahan, misalnya bisul atau luka bernanah lainnya. Area infeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa sakit bila disentuh. Dalam kondisi parah, pembengkakan tersebut berkembang menjadi impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradangan pada jaringan di bawah kulit). Infeksi juga bisa terjadi pada ibu menyusui berupa peradangan payudara, bisul dan nanah pada puting, yang berpotensi menularkan bakteri kepada bayi.
Bakteri yang masuk ke dalam aliran darah juga bisa bersarang di dalam paru-paru menyebabkan organ tersebut bernanah dan infeksi klep jantung (endocarditis) yang bisa mengakibatkan gagal jantung. Infeksi pada sel tulang berakibat peradangan berat osteomyelitis. Bakteri yang mengontaminasi makanan, saat tertelan akan menimbulkan gangguan pencernaan dengan gejala mual, muntah, (benar-benar muntah atau tampak seperti muntah tetapi tidak mengeluarkan apa pun), kram perut, lemas, diare, dan dehidrasi. Gejalanya muncul sekitar 1-6 jam sejak tertelan. Gejala tersebut berlangsung selama 1-3 hari. Pada kasus yang lebih berat, gejala tersebut disertai dengan sakit kepala, kram otot, tekanan darah, dan denyut nadi tidak teratur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar