Selasa, 23 Februari 2010

askep tumor wilms

KATA PENGANTAR

Assalammu,alaikun wr, wb

Puji syukur mari kita tujukan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan karunianya kepada kita sehingga Kami bias menyusun ASUHAN Keperawatan teoritis pada Klien Tumor Wilms .Selawat beriringan salam mari kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam berilmu pengetahuan.
Tugas Asuhan keperawtan ini bisa disusun tidak lepas Dari peran Dosen Keperawatan Anak Ibuk Utami fetlina , beliau telah mendidik Kami dan juga memberi Kami pengetahuan, Ucapan terima kasih tidak lupa Kami tujukan kepada rekan-rekan yang telah memberikamn Kami dukungan, dan Kami sadar makalah yang Kami susun ini masih banyak kekurangan untuk itu Kami berharap rekan-rekan dapat memberikan kritik, saran, pertanyaan dan tanggapan untuk kemajuan Kami dimasa yang akan dating
Kami berharap makalah Kami ini bermanfaat, terutama bagi Kami penyusunya dan juga bagi teman-teman, untuk itu Kami mohon kepedulian dan perhatianya untuk makalah Kami,

Wassalam,

Padang, 16 Oktober 2009



Kelompok V

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2
DEFINISI 2
ETIOLOGI 2
ANATOMI FISIOLOGI 2
PATOFISIOLOGI 5
MANIFESTASI KLINIS 6
WOC 8
KOMPLIKASI 9
PENATALAKSANAAN MEDIS 9

BAB III ASKEP TEORITIS 10
PENGKAJIAN 10
DIAGNOSA KEPERAWATAN 12
INTERVENSI 14

BAB IV PENUTUP 19
KESIMPULAN 19
SARAN 19

DAFTAR PUSTAKA 20

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumor (Neoplasma) adalah pertumbuhan baru jaringan yang tidak terkontrol dan progresif. Tumor dan kanker dapat diakibatkan oleh faktor genetika atau diwariskan kecendrerungan genetika untuk karsinogen mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan terhadap inisiator dan promotor, kesalahan enzim pengoreksi atau gagalnya sistem oimun. Kecenderungan genetik kita dapat positif atau negatif terhadap tumor dipengaruhi oleh berbagai pengalaman prilaku dan lingkungan (kamus kedokteran dorland)
Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms, tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun

B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM
Untuk lebih memahami tentang gambaran teoritis terhadap Asuhan keperawatan pada Anak yang mengalami Tumor Wilms

2. TUJUAN KHUSUS
a. Memahami teoritis terhadap Tumor wilms yang mencakup : etiologi, Patofisiologi, Gejala klinis dan Penatalaksanaan
b. Melatih membuat Askep yang bisa diiterapkan nantinya
c. Untuk memenuhi tugas keperawatan anak yang diberikan oleh dosen


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak. (http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html)

Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (kamus kedokteran dorland))

B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke arah pembentukan Tumor wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita).
Anatomi ginjal
1) Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla.
Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
2) Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
3) Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995).
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).
4) Persarafan pada ginjal
Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal”.


fungsi ginjal adalah untuk:
a. menyaring limbah metabolik
b. menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
c. membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
d. membantu mengatur tekanan darah
e. membantu mengatur pembentukan sel darah.\
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
D. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitif diginjal, makroskapis ginjal akan tampak membesar dan keras sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang.
Komponen klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak pada diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat gambaran yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya diferensiasi yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya gambaran komponen yang monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang ditemukan pada anak berupa mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal rhabdoid tumor dapat membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis tumor Wilms. Gambaran anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat, hiperkromatisasi, dan gambaran mitosis yang abnormal. (http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html))
stadium pada tumor wilms Staging berdasarkan NWTSG V, terdiri dari:
Stadium I:Tumor terbatas pada ginjal dan dapat direseksi secara lengkap dengan kapsul ginjal yang utuh. Tidak terjadi ruptur atau robekan kapsul. Pembuluh darah sinus renal tidak terlibat
Stadium II:Tumor sudah melewati kapsul ginjal namun dapat dieksisi secara lengkap. Terdapat ekstensi regional tumor yang dibuktikan dengan penetrasi kapsul atau dengan invasi ekstensif sinus renal. Pembuluh darah di luar sinus renal dapat mengandung tumor. Tumor mengalami cedera akibat biopsi atau tercecer terbatas di daerah flank. Tidak ada bukti tumor pada atau di luar batas reseksi.
Stadium III:Terdapat sisa tumor nonhematogen yang terbatas pada abdomen, atau yang meliputi berikut ini:
a. Keterlibatan kelenjar getah bening pada hilus atau pelvis
b. Penetrasi tumor melalui permukaan peritoneum
c. Implan tumor pada permukaan peritoneum
d. Tumor gross atau mikroskopik pada atau di luar batas reseksi bedah
e. Tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke dalam struktur vital
f. Tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank
Stadium IV:Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak atau metastasis ke kelenkar getah bening di luar abdomen dan pelvis. Nodul paru tampak pada CT scan harus dibiopsi untuk diagnosis definitif stadium IV.
Stadium V:Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus didiagnosis secara individu menurut kriteria di atas.
E. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
- Malaise (merasa tidak enak badan)
- Nafsu makan berkurang
- Mual dan muntah
- Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi)
Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). (http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/anatomi-dan-fisiologi-ginjal.html)
Gambaran klinis lainnya berupa demam, penurunan berat badan, anemia, varikokel kiri (akibat obstruksi vena renalis kiri), dan hipertensi. Trombus tumor dapat meluas ke vena cava inferior dan jantung sehingga menimbulkan malfungsi jantung. Kadang-kadang, terjadi gejala akut abdomen akibat ruptur tumor setelah suatu trauma minor. (http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html)


Neoplasma Hemi Hipertrofi Gangguan Ginjal

Kakeksia Menekan Jaringan Perut Membesar
Depresi Disfungsi

Kekuranngan Nutrisi Gangguan organ abdomen
Gangguan glomerulus Gangguan Asam basa
Gangguan Hati
Lemah BB turun Status Gizi buru Gangguan lambung
Hematuria Proteinurin
Gangguan Metabolisme
Mual dan Muntah

Asidosis dan Alkalosis




F. KOMPLIKASI

1. Tumor Bilateral
2. Ekstensi Intracaval dan atrium
3. Tumor lokal yang lanjut
4. Obstruksi usus halus
5. Tumor maligna sekunder


G. PENATALAKSANAAN

Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus penentuan stadium tumor. Berdasarkan rekomendasi NWTSG, nefrektomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali pada tumor unilateral yang unresectable, tumor bilateral dan tumor yang sudah berekstensi ke vena cava inferior di atas vena hepatika. Tumor yang unresectable dinilai intraoperatif. Diberikan kemoterapi seperti stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsi untuk menentukan jenis tumor dan diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor bilateral jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal kontralateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsi kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil staging dan histologi (favourable atau non favourable) dari tumor. Berdasarkan NWTS-5 berikut algoritma pemberian kemoterapi dan radioterapi pada tumor Wilms.
Nefrektomi parsial hanya dianjurkan pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor Wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi bilateral, transplantasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai pemberian kemoterapi.
Keberhasilan penanganan tumor Wilms ditentukan dari hasil stratifikasi, registrasi, dan studi NWTSG. Survival bebas penyakit 95% untuk stadium I, dan kira-kira 80% untuk pasien secara keseluruhan. Prognosis buruk dijumpai pada pasien dengan metastasis ke kelenjar getah bening, paru-paru dan hepar.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.

b. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms

c. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Apakah ada riwayata keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor sebelumnya

3. PEMERIKSAAN FISIK
Melakukan pemeriksaan TTV klien, dan mengobservasi head to too dan yang harus di perhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran tekanan darah pada keempat ektremitas. Tumor dapat memproduksi renin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi. Deskripsi yang rinci mengenai kelainan traktus urinarius dan adanya aniridia atau hemihipertrofi juga perlu dicari.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.

5. POLA AKTIVITAS
a]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
b]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
c]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang.
d]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonu
e]. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
f]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
g]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa kepperawatan yang bisa muncul adalah
1. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
4. . Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
6. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan
7. Resiko Infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
(http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html


C. INTERVENSI
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan / kritreria Intervensi Rasional
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak. Dalam waktu : .....x 24 jam dengan kriteria 1. Kaji tingkat nyeri
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri nonfarmakologis
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan
4. berikan obat dengan jadwal preventif
5. hindari aspirin atau senyawanya Menentukan tindakan selanjutnya
Sebagai analgesik tambahan
Mengurangi rasa sakit
Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Karena aspirin meningkatkan kecenderungan pendarahan
2.Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi Dalam waktu : .....x 24 jam dengan kriteria
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai instruksi Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare sebagai reaksi oedema intestine dapat memperburuk status nutrisi
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk
Membantu dalam proses metabolisme
5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut Dalam waktu : .....x 24 jam dengan kriteria 1. Pertahangkan tirah baring bilah terjadi edema berat
2. seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi
3. intrusikan pada anak untuk istrahat bila ia merasa lelah Mengurangi pengeluaran energi.
Mengurangi kelelahan pada pasien
Untuk mmenghemat energi
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur diagnostik/terapi Dalam waktu : .....x 24 jam dengan kriteria 1. Jelaskan alasan setiap tes dan prosedur
2. Jelaskan prosedur operatif dengan jujur
3. Jelaskan tentang proses penyakit
4. Bantu keluarga merencanakan masa depan khususnya dalam membatu anak menjalani kehidupan yang normal Memberikan pengertian pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Meringangkan beban pada keluarganya
3.Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan pasien minimum atau tidak ada Dalam waktu : .....x 24 jam dengan kriteria 1. Pantau tanda vital setiap 4 jam
2. Laporkan adanya penyimpangan dari normal
3. Berikan albumin bergaram rendah sesui indikasi Bukti fisik defisit cairan.
Sehingga pengobatan segra dilakukan
Meningkatkan tekanan osmotik koloid sehingga mempertahangkan cairan dalam vaskuler
Pre Operasi

Ansietas
berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang
penyakit.

Rasa cemas
teratasi :
 Mencari
inforrnasi
untuk
menurunkan
kecemasan.
 Menghindari
sumber
kecemasan
bila mungkin.
 Menggunakan
teknik
relaksasui ntuk
menurunkan
kecemasan

 Kaji tingkat kecemasank lien.




 Dorong klien untuk Mengekspresikan perasaannya .dengan melakukan terapi bermain




 Berikan penyuluhanp ada klien dan keluarga tentang penyakit dan proses penyembuhann


 Untuk Mengetahui seberapbae sar kecemasan yang dirasakan klien sekarans.

 Untuk Mengetahui basaimana untuk memudahkan memberikan support atau penyuluhan.

 Untuk mengurangi kecemasan yang ,dirasakan klien, 'berikan suasana iyang tenang dan nyaman.
Post operasi

Resiko infeksi
berhubungan
dengan insisi pembedahan Mencegah infeksi
:Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
 Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
 Menggambrkan faktor yang menunjangpenularan infeksi.  Berikan posisi yang tepat setelah makarq miring kekanank, epala. agak sedikit tinggi supayam akanan tertelan dan mencegaha spirasi yang dapat berakibat pneumonia.

 Kaji tanda-tandainfeksi, termasukDrainase bau dan demam.  Meningkaikan Mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonla.






 Deteksi dini Terjadinya infeksi memberikan pencegahan komplikasi lebih serius. Mencegah kontaminasi dan kerusakansisi operasi

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor Wilms adalah semacam tumor ganas pada ginjal yang menyerang anak-anak, penyebabnya adalah kelainan genetika artinya penyakit ini adalah penyakit bawaan. Tumor Wilms sporadik berkaitan dengan 10% kasus dengan hemihipertrofi yang terisolasi atau malformasi genitourinarius seperti hipospadia, kriptorkismus, dan fusi ginjal.
Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti dalam pengkajian dan pemeriksaan perawat harus lebih memperhatikan klien dan keluarganya karena klienya adalah anak-anak. Karena selain Sifat klien anak-anak berbeda dengan klien yang dewasa klien anak juga melibatkan keluarganya karean kemandirian dari anak-anak masih rendah

B. SARAN
Jika seorang klien sudah didiagnosa dengan tumor wilms keluarga klien harus cepat menanggulanginya karena tumor ini cepat berkembang dan termasuk tumor ganas

DAFTAR PUSTAKA

http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html

http://www.dharmais.co.id/new/content.php?page=article&lang=id&id=43

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/anatomi-dan-fisiologi-ginjal.html

http://74.125.153.132/search?q=cache:zR6vcGK41ecJ:www.pediatrik.com/isi03.php%3Fpage%3Dhtml%26hkategori%3DePDT%26direktori%3Dpdt%26filepdf%3D0%26pdf%3D%26html%3D07110-ybwd242.htm+etiologi+tumor+wilms+pada+anak&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

J.Crowin, elizabeth . 2000 . Buku Saku patofisiologi . Jakarta . Penerbit Buku kedokteran EGC . Jakarta

Kamus saku kedokteran dorlan / ahli bahasa, popy kumala, Dya Nuswantary.jakarta. EGC. 1998

asuhan keperawatan perioperatif

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. ( http//perawat.bloog.spot.com//keperawata-perioperatif)
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalahhal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang ?berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien. ( http//nuseview//keperawata-perioperatifhtml)






II. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Untuk lebih memahami tentang teoritis Perawatan Pre dan post Operasi
2. Tujuan Khusus
a. Memahami teoritis terhadap Perawatan perioperatif yang mencakup : Etiologi, Persiapan-persiapan dan tindakan keperawatan
b. Melatih membuat Askep yang bisa diiterapkan nantinya
c. Untuk memenuhi tugas keperawatan Medikal Bedah yang diberikan oleh dosen

BAB II
TINJAUAN TEORI

ASKEP PRE DAN POST OPERATIF
I. PENGERTIAN
Keperatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungna dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : Praoepratif, intraoperatif dan paostoperatif. (Buku ajar Keperawatn medikal bedah Brunner dan Suddarth ; 426
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan Perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila
pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya

II. ETIOLOGI
Pembedahan mungkin dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatn medikal bedah Brunner dan Suddarth ).
seperti :
A. Diagnostik, Seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
B. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang inflamasi
C. Reparatif, Seperti memperbaiki luka yang multipek
D. Rekonstruktif atau Kosmetik, Seperti melakukam mammoplasti atau perbaikan wajah
Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan

 PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
PERSIAPAN PSIKOLOGI
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini
dapat disebabkan karena :
Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada
pasien pra bedah.

PENJELASAN TENTANG PERISTIWA
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperluka
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
• Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
• Perlu kebebasan saluran nafas.
• Antisipasi pengobatan.
• Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :



1. Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan tangan diatas perut Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (?15 kali) Lakukan latihan dua kaliseharipraopeartif.

2. Latiihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

3. Latihan gerak sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses penyembuhan.
Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usis/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.

PERSIAPAN FISIOLOGI
Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan
antara lain :
Aspirasi pada saat pembedahan
Mengotori meja operasi.
Mengganggu jalannya operasi.
Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaanatau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi. Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktumalam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoranharus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukursekurang-kurangnya 10-20 cm2.
Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluargadekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan
operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai
usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih
mungkin.

Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima denganperawat OK)

Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebutdi bawah ini :
- Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
- Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
- Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
- Lepas perhiasan
- Bersihkan cat kuku.
- Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
- Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
- Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
- Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.
- Kandung kencing harus sudah kosong.
- Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
• Catatan tentang persiapan kulit.
• Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
• Pemberian premedikasi.
• Pengobatan rutin.
• Data antropometri (BB, TB)
• Informed Consent
• Pemeriksan laboratorium.

2 Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksidan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelangoperasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PRA BEDAH
Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar
 Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia
- mengukur tinggi dan berat badan
- mengukur lipat kulit trisep
- mengukur lingkar lengan atas
- mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
- kadar elektrolit darah
- asupan makanan pre-operatif
- Keadaan khusus :
• Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan mekani (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
• Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.
 Status Pernafasan
- berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan
- latihan nafas dan penggunaan spirometer intensi
- pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
- riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.
 Status Kardiovaskuler
- penyakit kardiovaskuler
- kebiasaan merubah posisi secara mendadak
- riwayat immobilisasi berkepanjangan
- hipotensi atau hipoksia
- kelebihan cairan/dara
- tanda-tanda vital
- riwayat perdarahan.
 Fungsi Hepatik dan Ginjal
- kelainan hepar
- riwayat penyakit hepar
- status asam basa dan metabolisme
- riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.
 Fungsi Endokrin
- riwayat penyakit diabetes
- kadar gula darah
- riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)
 Fungsi Imunologi
- kaji adanya alergi
- riwayat transfusi darah
- riwayat asthma bronchial
- terapi kortikosteroid
- riwayat transplantasi ginjal
- terapi radiasi
- kemoterapi
- penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
- suhu tubuh.
 Sistem Integumen
- keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia
- warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
- alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
- Perawatan mulut oleh pasien.
 Terapi Medikasi Sebelumnya
- obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya
- kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
- diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
- fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
- antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif anesthesia
- tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
- insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
- antibiotik : paralysis system pernafasan.
 Pertimbangan Gerontologi
- penyakit kronis
- ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
- fungsi jantung
- fungsi ginjal
- aktivitas gastrointestinal
- dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
- keterbatasan sensori penglihatan
- penurunan sensitivitas sentuhan
- riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
- arthritis
- keadaan mulut (gigi palsu)
- kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
- penyakit pribadi
Data Subyektif
 Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
 Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
- Tempat
- Bentuk operasi yang harus dilakukan.
- Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah dbedah
- Kegiatan rutin sebelum operasi.
- Kegiatan rutin sesudah operasi.
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
- Pengalaman bedah terdahulu
- Bentuk, sifat, roentgen
- Jangka waktu
 Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
- Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yangdianjurkan.
- Metode-metode penyesuaian yang lazim.
- Agama dan artinya bagi pasien.
- Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
- Keluarga dan sahabat dekat
 Status Fisiologi
- Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
- Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
- Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
- Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
- Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yangterdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
- Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
- Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebasdari nyeri setelah operasi.

Data Obyektif
- Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),kemampuan berbahasa Inggris.
- Tingkat interaksi dengan orang lain
- Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
- Tinggi dan berat badan.
- Gejala vital.
- Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
- Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
- Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
- Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengandiafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
- Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedahvaskuler atau tubuh.
- Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempatduduk, koordinasi waktu berjalan.

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
1.Cemas / Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan.
2) Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.
4) Resiko Infeksi
5) Resiko Injury
Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional
Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan. Rasa Cemas atau takut dapat diturunkan atau dihilangkan dengan memberikan penjelasan tujuan pembedahan dengan kriteria
- tampil santai , dapat beristirahat atau cukup tidur dalam waktu ... x 24 jam - Menginformasikan pasien atau orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperatif



- Identifikasi rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan






- Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual



- Perkenalakan Beritahu pasien kemungkinan dilakukan anestesi lokal atau spinal dimana rasa pusing dan menmgantuk mungkin saja terjadi

- Berikan petunjuk / penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenan. Tinjau lingkunagn sesuai kebutuhan
- Kembangkan ras percaya / hubungan, turunkan ras takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing

- Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan megakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur atau zat-zat anestesi


- Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara realistis

- Mengurangi Ansietas atau rasa takut bahwa pasien mungkin melihat prosedur






- Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan mebuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit.
2) Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.
- Klien paham proses penyakit / proses praoperasi - Kaji tingkat pemahaman klien


- Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan








- Melaksanakan program pengajaran praoperasi individual : pembatasan dan prosedur praoperasi - Berikan fasilitas perencanaanpasca operasi

- Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk mengikuti prosedur pembedahan


- Meningkat pemahaman / kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi

• POST OPERATIF
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.


TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :

 Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room)
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairanlainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi.
Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. pasien di transportasikan dari kamar operasi ke ruang pemulihan Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawatanastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.




 Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk (1) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi) (2) ahli anastesi dan ahli bedah (3) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
 Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
 Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
 Orientasi pasien
 terhadap tempat, waktu dan orang Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
 Mual dan muntah dalam kontrol
 Nyeri minimal

Berikut di bawah adalah form pengkajian post anasteshia
RUANG PEMULIHAN PASCA ANESTESI
Penilaian

Nama : Nilai Akhir :
Ruangan : Ahli bedah/Anasteshia :
Tanggal : Perawat R.R :
Area pengkajian Score Saat penerimaan Setelah

1 jam
2 jam
3 jam
Respirasi :
- Kemampuan nafas dalam dan batuk
- Upaya bernafasterbatas (dsipneu)
- Tidak adan upaya nafas spontan
2

1

0
Sirkulasi (tekanan sisteolik)
- 80 % dari pre anastesi
- 50 % dari pre anastesi
- < 50 % dari pre anastesi

2

1

0

Tingkat Kesadaran :
- Orientasi baik dan respon verbal positif
- Terbangun ketika dipanggil namanya
- Tidak ada respon

2


1

0

Warna kulit :
- Warna dan penampilan kulit normal
- Pucat, agak kehitaman, keputihan. Ikterik
- Sianosis

2

1

0
Aktivitas : 2
- Mampu menggerakkan semua ekstrimitas
- Mampu menggerakkan hanya 2 ekstrimitas
- Tak mampu mengontrol ektrimitas


2

1

0
Total
Keterangan :
Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai pengkajian post anastesi > 7-8.


Waktu keluar Tanda Tangan Perawat

TUJUAN PERAWATAN PASIEN DI PACU
- Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
- Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul
- Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirukais darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander
- Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
- Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
- Mempertahanakn kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat anastesi di ruang PACU adalah :
- Jenis pembedahan
Jenis pembedahan yang berbeda tentunya akan berakibat pada jenis perawatan post anastesi yang berbeda pula. Hal ini sangat terkait dengan jenis posisi yang akan diberikan pada pasien.?
- Jenis anastesi
Perlu diperhatikan tentang jenis anastesi yang diberikan, karena hal ini penting untuk pemberian posisi kepada pasien post operasi. Pada pasien dengan anastesi spinal maka posisi kepala harus agak ditinggikan untuk mencegah depresi otot-otot pernafasan oleh obat-obatan anastesi, sedangkan untuk pasien dengan anastesi umum, maka pasien diposisika supine dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh.
- Kondisi patologis klien
Kondisi patologis klien sebelum operasi harus diperhatikan dengan baik untuk memberikan informasi awal terkait dengan perawatan post anastesi. Misalnya : pasien mempunyai riwayat hipertensi, maka jika pasca operasi tekanan darahnya tinggi, tidak masalah jika pasien dipindahkan ke ruang perawatan asalkan kondisinya stabil. Tidak perlu menunggu terlalu lama.
- Jumlah perdarahan intra operatif
Penting bagi perawata RR untuk mengetahui apa yang terjadi selama operasi (dengan melihat laporan operasi) terutama jumlah perdarahan yang terjadi. Karena dengan mengetahui jumlah perdarahan akan menentukan transfusi yang diberikan.
- Pemberian tranfusi selama operasi
Apakah selama operasi pasien telah diberikan transfusi atau belum, jumlahnya berapa dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pasien masih layak untuk diberikan transfusi ulangan atau tidak.
- Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi
Jumlah dan jenis cairan operasi harus diperhatikan dan dihitung dibandingkan dengan keluarannya. Keluaran urine yang terbatas < 30 ml/jam kemungkinan menunjukkan gangguan pada fungsi ginjalnya.?
- . Komplikasi selama pembedahan
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi malignan. Apakah ada faktor penyulit dan sebagainya.

 Transportasi pasien ke ruang rawat
Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :
- Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya.
- Sumber daya manusia (ketenagaan)
bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sselama transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien dan perawat. Harus seimbang.
- Eguipment (peralatan)
Peralatan yang dipersipkan untuk keadaan darurat, misal : tabung oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai.
- Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisioning pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien.
- Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.

 Perawatan di ruang rawat
Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan, yaitu :
- Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah post operasi.
- Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
- Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
- Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
- Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
Contoh nota discharge planning pada pasien post tracheostomy :
1. Untuk perawat : pecegahan infeksi pada area stoma
2. Untuk klien : tutup lubang operasi di leher dengan kassa steril (sudah disiapkan)

Dalam merencanakan kepulangan pasien, kita harus mempertimbangkan 4 hal berikut:
- Home care preparation
Memodifikasi lingkungan rumah sehingga tidak mengganggu kondisi klien. Contoh : klien harus diatas kursi roda/pakai alat bantu jalan, buat agar lantai rumah tidak licin. Kita harus juga memastikan ada yang merawat klien di rumah.
- Client/family education
Berikan edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-hal yang harus dilakukan atau dihindari kepada keluarga klien, terutama orang yang merawat klien.
- Psychososial preparation
Tujuan dari persiapan ini adalah untuk memastikan hubungan interpersonal sosial dan aspek psikososial klien tetap terjaga.
- Health care resources
Pastikan bahwa klien atau keluarga mengetahui adanya pusat layanan kesehatan yang terdekat dari rumah klien, seperti rumah sakit, puskesmas dan lain-lain. Jadi jika dalam keadaan darurat bisa segera ada pertolongan.



DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul? pada saat pasca operasi
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
- Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
- Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
- Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedurpembedahan.
- Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,lemah, nyeri, mual.
- Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

Masalah kolaboratif :
a. Perubahan perfusi jaringan sekunder terhadap hipovolemia dan vasikontriksi
b. Hipovolemia
c. PK : Resiko infeksi b/d yang berhubungan dengan kerentanan terhadap invasi bakteria
d. Dan lain-lain



INTERVENSI KEPERWATAN
Secara umum intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien psot operasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Memastikan fungsi pernafasan yang optimal
2. Meningkatkan ekspansi paru
3. Menghilangkan ketidaknyamanan pasca operatif : nyeri
4. Menghilangkan kegelisahan
5.menghilangkan mual dan muntah
6. Menghilangakn distensi abdomen
7. Menghilangkan cegukan
8. Mempertahankan suhu tubuh normal
9. Menghindari cedera
10. Mempertahankan status nutrisi yang normal
11. Meningkantkan fungsi urinarious yang normal
12. Meningkatkan eliminasi usus
13.Pengaturan posisi
14. Ambulasi
15.Latihan di tempat tidur

KOMPLIKASI POST OPERASI
1. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik, syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah sebagai berikut :
Pucat
Kulit dingin, basah
Pernafasan cepat
Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
Nadi cepat, lemah dan bergetar
Penurunan tekanan darah
Urine pekat
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, penggantian cairan per IV dan juga terapi pernafasan. Terapi obat yang diberikan meliputi obat-obatan kardiotonik (natrium sitroprusid), diuretik, vasodilator dan steroid. Cairan yang digunakan adalah cairan kristaloid sperti ringer laktat dan koloid seperti terapi komponen darah, albumin, plasma. Terapi pernafasan dilakukan dengan memantau gas darah arteri, fungsi pulmonal dan juga pemberian oksigen melalui intubasi atau nasal kanul.
Intervensi mandiri keperawatan meliputi :
Dukungan psikologis,
Pembatasan penggunaan energi,
Pemantauan reaksi pasien terhadap pengobatan
Peningkatan periode istirahat.
Pencegahan hipotermi dengan menjaga tubuh pasien agar tetap hangat karena hipotermi mngurangi oksigenasi jaringan
Melakukan perubahan posisi pasien tiap 2 jam dan mendorong pasien untuk melakukan nafas dalam untuk meningkatkan fungsi optimal paru
Pencegahan komplikasi dengan memonitor pasien secara ketat selama 24 jam. Seperti edema perifer dan edema pulmonal.
2. Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijag tetap lurus.
Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan yang kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
4. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum, anus dan vagina. Atau juga setelah herniofari dan pembedahan pada daerah abdomen bawah. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
5. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka psot operasi seperti dehiseinsi dan sebaginya dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
6. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
7. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
8. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan / kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi Pola Nafas normal dengan tidak adanya tanda sianosis dan hipoksia - Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral

- Letakan klien pada posisiyang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan

- Pantau TTV secara terus menerus




- Lakukan latihan gerak segera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pasca operasi - Mencegah obstruksi jalan nafas








- Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah aspirasi dan keluarnya muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma

- Meningkatnya pernafasan, taki kardi / bradikardi menunjukan kemungkinan terjadi hipoksia

- Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengankutan oksigen, membuang oksigen membuang gas anestesi: batuk membantuk pengeluaran sekrt dari sistem pernafasan
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
Keeektifan Penyembuhan Luka dan mencegah komplikasi - Beri penggunaan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat

- Periksa luka secara teratur catat karakteristik dan integritas kulit




- Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh area luka
-
- Bersihkan permukaan kulit dengan hidrogen peroksida atau dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup - Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan eksoriasi



- Pengenalan akn adanya kegagalan proses penyembuhan luka / \berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih bagus

- Mencegah kontaminasi luka



- Menurunkan kontaminasi kulit: membantu dalam membersihkan eksudat
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan. Rasa Nyeri dapat berkurang dengan klien tampak santai dan bis beristirahat - kaji penyebab ketidak nyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi


- Evaluasi rasa sakit secara reguler catat karakteristik , lokasi dan intensitas (skala 0-10)









- lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler : miring








- Dorong Penggunaan teknik relaksasi





- Observasi efek analgesik - Ketidaknyamanan mungkin disebabkan / diperburuk dengan penekanan pada kateter wilding yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral

- Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan : sakit kepala frontal atau oksipital mungkin berkembang dalam 24-72 jam yang mengikuti anestesi spinal, mengharuskan posisi telentang, peningkatan pemasukan cairan , dan pemberitahuan ahli anastesi

- Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semifowler dapat mengurangi tegangan otot abdomen dan otot punggung artiritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal

- Lepaskan tegangan emosional dan otot tingkatkan perasaaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping

- Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik dan mungkin menimbulkan efek sinergesik dengan zat-zat anastesi

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Dalam tindakan pembedahan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan (pre operasi) umunya pada tahap ini klien mengalami kecemasan dan ketakutan yang diakibatkan kurang pengetahuan dan anggapan-anggapan klien terhadap penilain kenapa dia harus dioperasai, pada tahap ini perawat harus mempersiapkan psikologis dari klien dengan menjelaskan dengan cara yang baik, selain itu perawat harus juga mencegah terjadi resiko seperti resiko infeksi dan resiko cedera denagan cara menanggalkan instrumen yang aseptik, setelah fase persiapan ini maka klien akan masuk ke fase anastesi dan pembedahan disini peran perawat ada namun tidak signifikan, perawat yang berperan adalah perawat anastesi, dan proses pembedahan bukalah pekerjaan dari perawat ada ahli profesi tertentu.
Setelah dilakukan tindakan operasi maka klien akan dibawa keruangan pemulihan disini perawat sangat berperan karena pengaruh anstesi umum ,memberikan pengaruh pada sistem tubuh . Peran perawat juga dalam perawwtan luka bekas operasi karena banayk komplikasi jika perawat tidak ahli dalam perawatan pasca atau post operasi


DAFTAR PUSTAKA

http//nuseview//keperawata-perioperatifhtml
http//perawat.bloog.spot.com//keperawata-perioperatif
http//www.google.co.id//search//keperawatan-perioperatif?html
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta

soft skill

BAB I
PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG
Manusia yang berkualitas dan profesional dituntut memiliki kemampuan hard skill dan soft skill. Hard skill merupakan penguasaan Ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya, sedangkan soft skill adalah keerampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya (Intrapersonal Skills) yang mampu mengembangkan secara maksimal unjuk kerja (performans) seseorang
Keterampilan soft skill ini mencakup kemampuan untuk berkomunikasi, membangun hubungan dengan orang lain, kemampuan memmeberikan motivasi, kemampuan untuk memimpin, dll. Dalam dunia kerja kesuksesan seseorang tergantung dari kualitas soft skill yang dipunyai (80%), dan hard skill (20%)
Berdasarkan data diatas soft skill merupakan hala yang penting untuk dikuasai untuk mencapai kesuksesan, dan untuk ituk makalah ini dibuat dengan pemahaman berupa kasus.

2. TUJUAN

A. Tujuan Umum
Untuk memahami apa Itu Soft Skills, dengan harapan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

B. Tujuan Khusus
• Supaya kita paham dan mengerti apa itu soft skill
• Untuk memenuhi tugas caring yang diberikan oleh dosen pembimbing
• Untuk melatih menulis makalah yang baik
• Untuk melatih diskusi dan meningkatkan kemampuan soft skill pada diri sendiri


BAB II
ISI
SOFT SKILL

1. KASUS

Disuatu Puskesmas ada klien yang dirawat dengan diagnosa medis Diabetes Militus. Klien ini bernama Nn.Y yang sudah berumur 53 tahun. Nn.Y sudah sekitar 1 minggu di rawat, Kaki kiri Nn Y mengalamai ulkus dibetikum yang cukup luas dengan bau yang cukup menyengat yang dibalut perban dan tampak cairan pus bercmpur darah.
Suatu Ketika di pagi hari, saatnya perawat melakukan kewajiban dan perannya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klienya termasuk pada Nn.Y ini. Perawat pun masuk dengan wajah kusut mungkin karena bau ulkus dari Nn.Y, tampak dari wajah perawat ini wajah yang tidak tulus dan jijik melihat keadaan kaki Nn.Y. Perawat pun melakukan tindakan, perawat mengukur TTV Nn.Y dengan teliti, mengobservasi keadaan NnY dan akhirnya smapai pada tindakan Redresing sebelum tindakan tampak perawat melakukan tindakan proteksi dirinya dan mempersiapkan peralatan redresing tampak perawat sangat trampil dalam melakukan tindakan. Namun perawat ini jijik sehingga dengan ketusnya perawat bilang ”Buk buka selimutnya”. Nn.Y balik bertanya ”buat apa suster”, perawat ini malah makin ketus ”buk mau sembuh atau tidak, jelas lah saya mau mebersihkan luka ini buk, memangnya ibu bisa sendiri membersihkan luka ini”. Nn Y dengan agak kesal tapi tidak bisa berbuat banyak hanya bisa bilang ”baik suster” Perawat pun membersihkan luka klien ini dengan wajah yang jijik, hal ini membuat Nn.Y merasa tersinggung tindakan pergung dan merasa malu terhadap apa yang dia derita, karena tindakan perawat ini agak kasar membuat Nn Y merasa kesakitan tampak wajah NnY meringis dan kakinya banyak bergerak. Hal ini mebuat Perawat malah memarahi klien ” Buk kakinya jangan digerakan dong, Ibuk ini bagaimana sich.Tanhan sakitnya buk kok cengeng gitu jadi orang”. Hal ini sentak membuat NnY terpaksa menahan sakit karena Nn Y taku di marahi lagi.
Sekitar 5 menit akhirnya perawat ini selesai membersihkan luka dengan cekatan , kaki klien sudah tidak bau lagi dan tampak bersih Yang kemudian di balut dengan kasa. Dan perwat membereskan pekerjaan. ” Buk lukanya sudah dibersihkan ini obat ibuk minum ya setelah makan” kemudian perawat tersebut langsung pergi. Tetapi Nn.Y ini mau mengatakan sesuatu kepada perawat tersebut. ”Suster terimakasih ya, kaki saya suster bersihkan dengan baik sehingga tampak bersih dan tidak bau”. Spontan perawat tersebut terkejut dan sadar dan sedikit merasa malu karena sikapnya.

2. ANALISA KASUS

Dari kasus diatas dapat disimpulkan kalau perawat yang memberikan asuhan kepada Nn.Y memiliki kompetensi dan keterampilan di bidangnya, namun semua itu tidak cukup untuk menjadi pribadi yang profesional, perawat ini memiliki kemampuan (Hard Skill) yang tinggi namun kurang pada soft skill nya , perawat belum mampu berinteraksi dengan baik dengan klien yaitu Nn.Y, ini tampak pada raut wajah, sikap yang tidak empati, dan kasar. Perawat ini sering membentak sehingga Nn Y takut terhadap perawat ini Harusnya perawat dan Klien adalah mitra yang kedudukanya harus sejajar. Dan perawat harus menganggap itu dan harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap klien supaya klien mencapai kesejahteraan kesehatan dan merasa nyaman setelah dilakukan tindakan oleh perawat.
Inti dari kasus ini adalah perawat tidak menunjukan kemampuan sof skill untuk berinteraksi dengan Nn.Y, namun Nn.Y ini walaupun dikasari oleh perawat malah memberikan reward kepada perawat dengan ucapan terima kasih pada perawat, namun perawat baru sadar, harusnya perawat senang dan puas melakukan tindakan tetapi karena soft skill yang kurang, kepuasan hati tidak ada dan perawat malu dan langsung pergi
.
3. PEMBAHASAN KASUS
Soft skill adalah Keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Skills) dan keterampilan mengatur dirinya sendiri ( Intra personal Skills) yang mampu mengembangkan secara maksimal unjuk kerja (performans) seseorang.
Pengertian soft skills adalah keterampilan non teknis (non hard skill) yang dapat melengkapi kemampuan akademik membentuk generic dan ransferable skills (Nursalam, 2006)


Beberapa atribut Soft Skills (Nursalam, 2006):
• Menunjukkan hubungan interpersonal yang efektif
• Menunjukkan strategi manajemen diri
• Bekerjasama dalam tim
• Penyelesaian permasalahan secara kreatif
• Pengambilan keputusan
• Berkooperasi dengan yang lain
• Interaktif di tempat kerja
• Bertanggungjawab terhadap perusahaan
• Terbuka menerima bimbingan
• Mampu bekerja pada lingkungan yang beragam
• Mampu meresolusikan konflik

DAFTAR KEMAMPUAN SOFT SKILL
• Kejujuran
• Tanggung jawab
• Berlaku adil
• Kemampuan bekerja sama
• Kemampuan beradaptasi
• Kemampuan berkomunikasi
• Toleran
• Hormat terhadap sesama
• Kemampuan mengambil keputusan
• Kemampuan memecahkan masalah,

Soft Skill penting pada pekerjaan perawat karena:
• Ners berhubungan dengan klien
• Sikap, etika dan karaakter sangat penting dalam tugas ners.
• Hubungan Intra dan interpersonal yang sangat kental.

Berdasarkan penjelasan konsep soft skill diatas jika dihubungkan dengan kasus NnY, tersirat bahwa kalau sikap perawat menggambarkan tidak soft skill terhadap klien (Nn.Y) ini tampak kalau perawat tidak memiliki keterampilan interpersonal yang baik perawat ini memang memiliki keterampilan, kecerdasan dan kemampuan yang baik dalam membersihkan luka namun sikap, dan etika perawattidak disukai oloeh Nn.Y bahkan Klien ini sempat takut. Ini tidak menggambarkan keahlian soft skill.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perawat dalam kasus ini memiliki keterampilan yang baik dalam Hard Skill dalam tindakan redresing, namun itu semua tidak cukup karena sikap dari perawat dalam berhubungan dengan klienya tidak baik dengan sikap yang kasar, dan membuat klien marah bukan peran perawat sesungguhnya, dalam kasus ini walaupun klien mengucapkkan terimakasih, teapi tujuan klien ini supaya perawat sadar kalau, soft skill dalam dunia perawat sangap penting, dan soft skill lebih penting dari hard skill ini dibuktikan dengan kemampuan soft skill 80% membuat orang berhasil, sedangkan hard skill hanya 20 %


DAFTAR PUSTAKA

Elfindri, Elmiasana, Mitayani, dkk. 2009. Soft Skills Panduan bagi Bidan dan Perawat. Baduaose Media. Padang.
http//www.google.co.id.softskill