Jumat, 09 Juli 2010

asuhan keperawatan keluaraga masa pertengahan dengan masalah hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah Sekumpulan manusia yang hidup bersama karena adanya ikatan (hubungan darah, perkawinan ) memiuliki peran masing-masing dan berinteraksi satu sama lain dan memiliki tujuan seperti mempertahankan budaya, meningkatklan perkembnagan fisisk, psikologi, dan sosiala anggota. Tahap perkembanagn Keluaraga meliputi tahap keluarga pemula, child bearing, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa awal, dewasa pertenghan dan lansia.
Tahap perkembangan keluarga usia pertengahan ini adalah mulai dari anak terakhir meninggalkan rumah seperti (kuliah, menikah, bekerjja,dll) samapai salah satu pasangan (suami / istri) meninggal dunia, dan pada tahap ini pasangan berfokus untuk memepertahankan kesehatan dengan mengisi waktu dengan beraktivitas, pola hidup sehat, diit seimbang, olahraga, menikmati hidup mengisi waktu dengan pekerjaan.
Masalah kesehatan yang mungkin muncul pada saat usia pertengahan ini adalah menunjukan penyakit penurunan funsi tubuh seperti Hipertensi, Rematik, Diabetes Melitus dan lain-lain.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Hipertensi merupakan penyakit kalau tidak dicegah akan menimbulakan komplikasi yang bisa nmengancam kehidupan seseorang karena Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dari yang normal ( Siastole diatas 160 mmHg sedangkan diastole diatas 120 mmHg), komplikasi yang mungkin timbul jika tidak dicegah adalah STROKE, disfungsi seksual, Penyakit ginjal dll
Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi ( pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.


II. TUJUAN

A. TUJUAN UMUM
Untuk memahami perawatan keluarga hipertensi pada tahap perkembanaganb usia pertengahan
B. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui teori perawatan keluarga yang terkena hipertensi
b. Untuk memahami dan menegtahui proses keperawatan keluarga pada tahap perkembangan usia poertengahan
c. Untuk memenuhi tugas Keperawatan keluarga yang dibrikan oleh Dosen

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP KELUARGA
A. PENGERTIAN
a. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1989 dikutip Nasrul Effendy,
1998, hal ; 32 - 33).
b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan.
( Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip Nasrul Effendy,
1998, hal ; 32).

Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
1) Unit terkecil dari masyarakat
2) Terdiri dari 2 orang atau lebih
3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
4) Hidup dalam satu rumah tangga
5) Di bawah asuhan seorang kepala keluarga
6) Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga
7) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing
8) Menciptakan, mempertahankan suatu budaya

B. CIRI STRUKTUR KELUARGA
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy 1998 hal 33 dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Terorganisasi : Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing.

C. TIPE KELUARGA
Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 – 34 tipe keluarga terdiri dari :
a. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
b. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

D. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998, hal 34 adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

E. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 hal 100, didefinisikan sebagai hasil atau konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah ;
a. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para anggota keluarga.
b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan sumber – sumber tersebut secara efektif.
e. Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik – pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.


F. TAHAP PERKKEMBANGAN KELUARGA
Menurut Duvall (1977) dikutip Friedman, 1998; hal 109 –135, tahap dan tugas perkembangan keluarga ada 8, yaitu:

Tabel I. Delapan tahap siklus kehidupan keluarga.
No Tahap Perkembangan Tugas perkembangan
Orangtua usia pertengahan a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak
c. Memperkokoh hubungan perkawinan

G. TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
Berdasar sosek dan kebut. Dasar
1. PRASEJATERA, belum dpt memenuhi kebut dasar minimal : pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau klg belum dapat memenuhi salah satu/lebih indikator ks tahap

2. KELUARGA SEJAHTRA (KS I) telah dapat memenuhi kebut. Dasar scr minimal, tetapi blm dapat sosial psikologis, pendidikan, kb, interaksi lingk. indikator :
- ibadah sesuai agama
- makan 2 kali sehari
- pakain berbeda tiap keperluan
- lantai bukan tanah
- kesehatan : anak sakit, ber kb, pus dibawa kesarana keseh.
3. KS II indikator
- belum dapat menabung
- ibadah (anggota klg) sesui agama
- makan 2 kali sehari
- pakaian berbeda
- lantai bukan tanah
- kesehatan (idem)
- daging/ telur minimal 1 kali seminggu
- Pakaian baru setahun sekali
- Luas lantai 8 m 2 per oranG
- Sehat 3 bulan terakhiR
- Anggota yg berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap
- Umur 10 – 60 th dapat baca tulis
- Umur 7-15 th bersekolah
- Anak hidup 2 /lebih . Klg masih pus saat ini berkontrasepsi
4. KS III indikator :
- belum berkontribusi pd masyarakat
- ibadah sesuai agama
- pakain berbeda tiap keprluan
- lantai bukan tanah
- kesehatan idem
- anggota melaks. Ibadah…
- daging/telur seminggu sekali

- memperoleh pakaian baru dalam satu th terakhir
- luas lantai 8 m2 perorang
- anggota klg sehat dalm 3 bl terakhir
- klg berumur 15 th punya penghasilan tetap
- baca tulis latin 10 –60 th
- usia 7-15 bersekolah
- anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb
- upaya meningk agama
- klg punya tabungan
- makan bersama sehari sekali
- ikut keg. Masyarakat
- rekreasi 6 bl sekali
- informasi dari mass media
- menggunakan transportasi
5. KS TAHAP III PLUS
- dpt memenuhi seluruh kebutuhannya:dasar, sosial,pengembangan, kontribusi pd masy.
- indikator ks iii + (ditambah)
- memberikan sumb. Secara teratur pd masy
- aktif sbg pengurus yayasan / panti
Indicator gakin :
- Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih
- Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali
- Tdk pakaian beda tiap aktifitas
- Tdk pakain baru, satu stel /tahun
- Lantai mayoritas tanah
- Lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni
- Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan tetap
- Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes
- Anak 7-15 tahun tak berekolah


H. FUNGSI KESEHATAN KELUARGA
Tugas kesehatan keluarga menurut Nasrul effendy, 1998, hal 42, adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Identitas

Nama : Ny.Y
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Suku : Tanjung
Pendidikan : Tamatan SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Gunung pangilun
No Telpon :


2. Komposisi Keluarga

Nama L/P Umur Hub.Klg Pekerjaan Pendidikan Terakhir
Tn.Y L 58 KK Kuli Bangunan STM
Ny.Y P 57 Istri Ibu RT SD
Nn.R P 28 Anak Ibu RT SMA
An.Y L 26 Anak Satpam SMA
Tn.R P 22 Anak Wiraswasta SMA
Tn.Y L 30 Menantu Pelaut SMA
An.A P 4 Cucu Sekolah Play group


3. Genogram












Keterangan :

= Meninggal Dunia = Tinggal serumah

= Sakit = Klien

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.Y adalah tipe keluarga besar atau extanded family yang terdiri dari Kakek, nenek, anak dan cucu tinggal dalam satu rumah
5. Suku Bangsa
Tn.Y adalah orang minangkabau yang mempunyai suku Tanjung, dan tidak ada ketentuan pada suku ibu ini yang menentang kesehatan , namun karena orang minang kebiasaan makan yang bersantan dan berlemak bisa beresiko tinggi bisa mengakibatkan hipertensi
6. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Agama Tn.Y ini adalah Islam dan tidak ada satupun ketentuan islam yang bertentangan dengan kesehattan
7. Status sosial ekonomi Keluarga
a. Anggota Keluarga yang mencari nafkah
Adalah Tn.Y (KK), Nn.R (anak) Tn.R(Minantu)
b. Penghasilan
Penghasilan keluaraga Tn.Y setiap bulan sekitar Rp 1.000.000
c. Upaya Lain
Kadang-kadang tiap bulanya Tn.Y dikirimi oleh anaknya uang, karena anak Tn.Y semua sudah mempunyai pekerjaan yang tetap
d. Harta benda yang dimiliki
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Pada keluaraga Tn.Ypengeluaran tiap bulanaya sekitar Rp. 500.000 ini untuk membayar rekening listrik, air dan belanja bahan makanan sebulan

8. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan oleh keluarrga untuk rekreasi adalah menonton TV, tiap sore pergi bermain sama cucu dan anak, dan kadang-kadang pada akhir bulan Anak Tn.Ypulang dan mereka kumpul-kumpul


B. RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan keluarga saaat ini
Tahap Perkembanagn keluarga saat ini adalah atahap Usia pertengahan Ny.Y berumur 57 Tahun dan anak-anaknya sudah meninggalkan rumah semua, dan yang ada dirumah juga sudah bekerja
2. Tahap Perkembanagan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi pada masa pertengahan ini yang belum dipenuhi adalah belum bisanya merawat anggota keluarga yang sakit, ini tampak dari pernyataan Tn.Y ”walaupun tahu anak-anak Tn.Y menderita Hipertensi, namun waktu pulang kampun anak-anak Tn.Y masih membawakan dan memasakan lauk-lauk yang tinggi kada Na nya seperti Ikan dan daging” yang bisa mengakibatkan orang Hipertensi
3. Riwayat Keluarga Inti
a. Riwayat Kesehatan keluarga saat ini
Saat ini Tn.Y menderita penyakit Hipertensi dan Ny.Y yaitu Alysa menderita penyakit demam,
b. Riwayat Penyakit Keturunan
Tidak ada Riwayat Penyakit Keturunan pada Keluarag Tn.Y, walaupun penyakit diderita oleh Tn.Y adalah Hipertensi namuan saudara yang lainya Riwayat Masing-masing kesehatan keluarga
c. Sumber Pelayanan Kesehatan yang dimanfaatkan
Pelayan Kesehatan yang digunakan oleh Tn.Y ini adalah Rumah sakit Selasih yang beraa tidak menderita penyakit itu.a di Khatib Sulaiman yang jarak rumahnya tidak begitu jauh dari rumah, Tn.Y sering memeriksa Tensinya ke Rumah sakit itu.

d. Riwayat Kesehatan keluarga Sebelumnya
Ibu Yulins pernah dilarika ke Rumah sakit karena keadaan tensinya yang sangat tinggi

C. KEADAAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang ditempati adalah sekitar 84 m2 (panjang 12 Meter dan Lebar 7 mter), terdiri 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 wc, dan 1 ruang keluarga, dan didepan teras terdapat sumur dan septic tank yang jarakny asekitar 7 meter, dan didepan teras terdapat halaman berbentu persegi yang ditanami rambutan dan bunga. Rumah Tn.Y Tinggal dirumah yang permanaen terbuat dari semen dan sudah memilik ventilasi yang bagus, dan tempat pembuangan samapah dibelakang rumah dan nan tinya akan dibakar, danrumah inu Yulinas tampak bersih dan asrih.







jalan



Septic tank Sumur




U






b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Tn.Ytinggal di kota namun suasanaya pedesaan, rasa persaudaraan antar sesama waraga tinggi, penduduk disekitar rumah adalah penduduk asli minang yang datang dari berbagai daerah, umunya interaksi baayk terjadi pada ore hari karena pada siang banyak tetangga yang sibuk bekerja
c. Mobilitis Geografis Keluarga
Keluarga Tn.Ysudah menempati rumah yang sudah ditempati sejak berumah tangga samapai sekarang, dan tidak pernah berpindah-pindah rumah. Namun karena Bapak Yusril adalah kuli bangunan mak bapak yusril jarang berada dirumah
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga berkumpul dengan anak-anaknya sekitar satu kali dalam sebulan, ini dikarenakan karena anak-anak Tn.Yyang sudah bekerja, hal ini dimanfaat kan oleh anak-anak ibu untu menghibur Ibu dan abapak dan juga melakukan senda gurau dengan cucu, dan ini merupakan uoaya untuk meningkatkan keharmonisan.
Ny.Y juga sering pergi ke mesjid mengikuti pengkajian dan ibu ini aktif dalam anggota wirid mesjid dengan anggota keluarga yang lain di masyarakat sehingga hubungan baik diikalangan masyarakat tercipta
e. System Pendukung Keluarga
Apabila Ny.Y Tensinya naik dan menunjukan gejala yang mengancam maka anak dan suaminya langsung melakukan tindakan seperti membawa kerumah sakit dengan segera supaya tidak mengancam kesehatan Ny.Y

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola / Cara Komunikasi Keluarga
Dalam Kehidupan sehari-hari Keluarag menggunakan Bahasa Minang yang jelas dan jika ada suatu masalah maka dimusyawarhkan dengan baik dan terbuka artinya masing-masing anggota keluarga megajukan pendapatnya dengan baik, dan yang mengambil keputusan tetap BapakYusril selagi Kepala Keluarga. Dan tidak ada menagalami masalah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Sebelumnya Keluarga mampu menyelesaikan masalah jika ada salah satu sikap anggota keluarga yang salah maka karena sikap saling perhatian bsa diatasi, namun semenjak ibuk mengalami Hipertensi, karena kurang pengetahuan maka anaknya tetap membawajkan apa yang tidak boleh di makan namun Ibu yang sudah sering periksa ke dokter tidak mampu mempengaruhi anaknya supaya tidak melkukan itu lagi karena akan membahayakan ibu itu sendiri.
3. Struktur Peran (Peran masing-masing anggota keluarga)
Dalam Keluarga Peran sudah berjalan dengan baik seperti Yn.Y Sebagai Kepala keluaga mencari nafkah untuk membiayai keluarga ditambah oleh minantu Tn.Y sebagai suami dari istrinya juga mencari nafkah buat keluarga, selain itu anak Tn.Y yang tinggal serumah juga membantu untuk mencari nafkah, dan Tn.Y sebagai Ibu rumah tanggajuga sudah mampu mengatur keluarga dan membina hubngan baik dengan tetangga dan juga memabntu mendidik cucunya , yang sekarang masih sekolah.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang dianut dalam keluarga dalah berdasarrkan kepercayaan yang dianut yaitu islam, dan tidak ada konflik nilai yang terjadi. begitu juga dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat juga menjadi pedoman dalam ketentuan keluarga dan masing-masing keluarga wajib untuk mentaatinya, seperti tidak boleh pulang malam, memakai pakaian yang sopan baik didalam maupun luar rumah, dan juga mnjaga prilaku yang tidak menyimpang,
Namun kalau dari segi kesehatan karena kurang pengetahuan dan ketidakmampuan mengingatkan maka persepsi anggota keluarga kalau sakit itu tergantung sama yang diatas, sehingga Ibu kurang bisa mengontrol diet rendah kandungan Na nya

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga ini Harmonis, ruskun adn saling menghargai dari masing-masing peran ini tampak dari pernyataan kalau anaknya sering mengirimkan uang untuk beroobat dan sering menelpon jika rindu satu sama lain. Tn.Y dan Ny.Y, mengajarkan anaknya untuk selalu bdisiplin dan bekerja kerja, sehingga walaupun anaknya tamatan SMA maka nak mereka semuanya berhasil dan sudah memiliki pekerjaan
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga berperan akatif di masyarakat ini tampak dari Ny.Yadalah anggota aktif wirid mesjid dan ikut berperan serta dalam kegitan kemasyarakatan. Dan mentaati norma yang berlaku dimasyarakat
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn.Y mrupakan keluaga yang mampu memberikan makanan 3 kali sehari dan berpakaian yang bagus dan semsetinya dan sensitif terhadap anggota yang sakit, dan pola hidupnya juga sehat seperti tidur, buang sampah, dan pola makan, namun dalam segi pola makan Ny.Ymasih kurang mengatur makan walaupun sudah tahu kalau bu tu mengalami maslah hipertensi.
Ny.Y telah mengetahui kalau dia mengalami hipertensi semenjak masuk rumah sakit, dan Ny.Y tahu kalau hipertensi itu adalah tensi yang tinggi dari keadaan normal, ibu itu juga tahu apa pantangan hipertensi seperti tidak boleh makan banyak garam, tidak boleh makan daging, tidak boleh banyak berfikir . Ny.Y mengalami Hipertensi semenjak terjadinya gempa, sehingga ibu mengalmi stressor, Ny.Y kurang memahami kalau hipertensi nya karena masalah psikologis. Dan anak-anak Ny.Y kurang sensitif terhadap itu, anaknya mengingatkan kalau Tuhan lah yang berkuas semua itu, dan anak-anaknya juga sering membuatkan makanan daging buat Ny.Y tetapi Ny.Y juga menikmati itu, selain itu Ny.Yjarang berolahraga.
Ny.Y mengetahui tanda dan gejala Hipertensi seperti sakit pa kuduk, pusing dan mata berkunang-kunan,
Ny.Yjuga mengetahui tindakan yang tepat jika merasakan hal seperti itu, dia langsung membuat ramuan seperti daun pokat, mentimun dan Ny.Y juga memanfaatkan sarana dan prasaran kesehatan septi sering melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Selasih
4. Fungsi Reproduksi
Karena Ny.Ysudah monopouse maka beliau tidak menggunakan alat kontrasepsi, namun di waktu muda Ny.Y pernah menggunakan alat koontrasepsi yaitu Sunti KB setelah melahirkan anak ke 5 dan Ny.Y tidak ada msalah dalam masalah seksual sama bapak walaupun bapak sering keluar pergi bekerja.

F. STREES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor Jangka Pendek
Masalah yang dihaapi oleh Tn.Ydalam waktu pendek adalah cemas yang berrlebihan terhadap gempa, karenba kalau gempa datang bisa mengakibatkan naiknya tensi dari Bu yulinas
b. Stressor jangka panjang
Tidak ada masalah jangka panjang yang akan dipikirkan oleh Tn.Yini dikarenakan karena anak Tn.Ysudah memiliki pekerjaan yang tetap semuanya
c. Respon keluarga terhadap stressor
Tn.Ytahu kalau dia mengalami hipertensi karena gemppa, Tn.Ymenanggapinya dengan baik yaitu menyerahkan masalah kepada tuhan, karena tuhanlah yang berkuasa.
d. Strategi Koping
Keluarga dalam menghadapi masalah ini dengan cara memusyawarakan dengan anggota keluarga yang lain
e. Strategi Adaptasi funsional
Anak-anak Tn.Ytahu kalau Ibu mengalami Hipertensi tetapi anak-nakanya masih mebuatkan masakan yang merupakan pantangan dari penyakit Hipertensi

G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik Bu Yulinas Alysa
TD 190/120mmHg 100/70 mmHg
N 70x/mt 68x/mt
RR 20x/mt 20x/mt
BB/TB 60 kg/150 cm 17 kg/ 116cm
Rambut Beruban, tidak ada ketombe Hitam, tidak ada ketombe
Konjungtiva Tidak anemi Tidak anemi
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik
Hidung Tidak ada secret, simetris Tidak ada secret, simetris
Telinga Tidak keluar serumen Tidak kelaur serumen
Mulut Mukosa bibir lembab, tidak sariawan Mukosa bibir lembab, tidak sariawan
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada:
Paru

Jantung Tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas yang abnormal
Irama jantung teratur dan tampak jelas Tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas paru yang abnormal
Irama jantung teratur
Abdomen Datar, ada bising usus20x/mt, tidak nyeri tekan Datar, ada bising usus 25x/mt, tidak nyeri tekan
Ekstremitas Tidak edema, apabila berjalan tampak tertatih dan lambat Tidak edema, berjalan agak trtatih dan lambat
Kulit Bersih, sawo matang, tampak keriput dan kering Bersih, kuning lansat
Turgor kulit Cukup baik Cukup Baik
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

H. HARAPAN KELUARGA
Semoga Tensi Tn.Ykemabli normal dan tidak terjadi gempa yang dahsyat lagi yang bisa mengakibatkan hipertensi. Dan petugas kesehatan melakukan pelayanan yang baik sehingga bisa mengobati Tn.Ytersebut


II. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data subjektif
1. Tn.Ymengatakan kalau dia sering merasakan pusing, rasa berat di punduk
2. Tn.Ysering mengatakan dia tahu pantangan Hipertensi tapi pola makanya seperti biasa garamnya, suka makan daging,
3. Tn.Ymengatakan kalau anaknya serin mengirimkan dan membuatkan dia makanan yang terbuat dari daging dan ikan dari laut
4. Tn.Ymengatakan kalau dia jarang berolah raga


Data Objektif
1. TD Tn.Yadalah 190 /120 mmHg
2. Usia Tn.Y= 57 Tahun Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Gangguan Perfusi Jaringan
2 Data Objektif
1. An.A suhunya terasa panas
2. An.A batuk berdahak
3. An.A tampak kurang sehat (lesu dan pucat)


Data Subjektif
1. Ny.Y mengatakan kalau An.A sering makan es
2. ny.Y mengatkan kalau An.A sakit demam semenjak kemarin karena sering berpanasan dan makan peermen dan es
3. Ny.Y mengatakan kalau An.A sering dibelikan es

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Peningkatan suhu tubuh dari keadaan normal


III. RUMUSANN DIAGNOSA
1. Gangguan Perfusi Jaringan pada keluarga Tn.Y Khususnya Ny.Y berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah hipertensi
2. Peningkatan suhu tubuh dari keadaan normal pada keluarga Tn.Y khususnya An,A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah Demam akibat ISPA

SKORING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Gangguan Perfusi Jaringan pada keluarga Tn.Y Khususnya Ny.Y berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah hipertensi

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat Masalah : Ancaman Kesehatan 2 1 2/3 x 1 =2/3 Hipertensi adalah suatu Penyakit yang cara pencegahanya dengan diet makanan yang rendah Na dan rendah lemak, kalau hal ini tidak diperhatikan maka penyakit hipertensi akan kambuh malah akan berakibat pada masalah kesehatan yang serius
2 Kemungkinan masalah bisa dirubah : Hanya Sebahagian 1 2 ½ x 2 = 2/2 Kemungkinan masalah diubah adalah sebahagian karena walaupun Tn.Y sering pergi ke Rumah sakit namun Anak-anak dari Tn.Ybelum mengetahui apa makanan yang harus dihindari sehingga anak-anak Tn.Ysering mengirimkan makan yang merupakan pantangan
3 Potensial Masalah untuk dicegah : cukup 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Potensial masalah untuk dicegah cukup karena masalah yang dihadapi keluarga belum menunjukan gejala yang berat dan sering pergi ke rumah sakit untuk periksa namun jika tidak dicegah seperti sering makan mengandung lemak dan Na akan menimbulkan masalah yang berbahaya
4 Menonjol masalah : ada tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1 ½ x 1 = ½ Masalah yang dirasakan ada tetapi tidak menunjukan tanda yang berbahaya, dikarenanakna bu yulinus sering melakukan pemeriksaan ke rumah sakit jika memnunjukan gejala itu
Total 2 5/6

Peningkatan suhu tubuh dari keadaan normal pada keluarga Tn.Y khususnya An,A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah Demam akibat ISPA

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat Masalah : Ancaman Kesehatan 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Penyebab Demam dan ISPA adalah akibat pola makan An.a yang sering makan es yang kebersuhanya belum terjamin yang bisa mengakibatkan ISPA pada anak dan juga bisa mengakibatkan anak demam karena pengaruh infeksi
2 Kemungkinan masalah bisa di ubah : tidak dapat 0 1 0 Kemungkinan masalah dapat di ubah adalah tidak dapat karena Tn.Ymempunyai ke yakinan kalau masalah itu adalah kehendak yang diatas
3 Potensial masalah untuk dicegah : cukup 2 1 2/3 x1 = 2/3 Potensial Masalah untuk dicegah adalh cukup karena Ny.Y akan menhaga dan menasehati An.A dengan cara yang enar kalau makan es atau jajan sembarangan itu tidak baik
4 Menonjolnya masalah ada tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1 ½ x 1 = ½ An.A demamnya tidak begitu mengganggu aktivitas dari Ny.Y karena An.A disuruh beristirahat total
Total 1 1/6

Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan :
1. Gangguan Perfusi Jaringan pada keluarga Tn.Y Khususnya Ny.Y berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah hipertensi
2. Peningkatan suhu tubuh dari keadaan normal pada keluarga Tn.Y khususnya An,A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah Demam akibat ISPA


IV. RENCANA

Diagnosa keperawatan Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria Standar Intervensi
Gangguan Perfusi Jaringan pada keluarga Tn.Y Khususnya Ny.Y berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan masalah hipertensi

Keluarga mampu mengatasi dan merawat masalah nyeri dan hipertensi pada keluarga Tn.Y khususnya Ny.Y Setelah dilakukan kunjungan selama 2x45 menit keluarga mampu:
1. Mengenal masalah hipertensi
1.1 Menyebutkan pengertian hipertensi























1.2 Menyebutkan 3 dari penyebab hipertensi













1.3 Menyebutkan 3 dari 5 tanda-tanda dari gejala hipertensi























Setelah dilakukan kunjungan selama 2 X 45 menit diharapkan keluarga mampu:

2. Mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi

I. Menyebutkan akibat lanjut dari hipertensi
























II. Memutuskan utnuk membawa anggota keluarga dengan masalah hipertensi untuk berobat . dan merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi

setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x45 menit diharapkan keluarga mampu
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah hipertensi

3.1 Menyeutkan cara merawat hipertensi.

























3.2. Mendemostrasikan cara merawat anggota keluarga dengan hipertensi dengan metode kompres hangat





















Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x45 menit diharapkan keluarga mampu:
4. Memodifikasi lingkungan bagi dengan hipertensi

4.1. Keluarga mampu untuk menyebutkan cara memodifikasi lingkungan






























4.2. Keluarga mampu menyebutkan manfaat memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi



























4.3.Mendemonstrasikan dan melaksanakan modifikasi lingkungan yang sesuai untuk anggota keluarga dengan hipertensi.















Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 45 menit diharapkan klien mampu

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

5.1.Menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat di manfaatkan



























5.2. Memberikan dukungan pada keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan














5.3.Menfaatkan / menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan























Respon Verbal

























Respon Verbal














Respon Verbal





































Respon Verbal


























Respon Verbal




















Respon Verbal


























psikomotor




































Respon Verbal































Respon Verbal






























Spikomotor





























Respon Verbal














































Respon afektif




Keluarga mampu menyebutkan hipertensi adalah :
“penyakit peradangan pada sendi yang bersifat menahun / kronis dan menyebabakan perubahan dari bentuk sendi
















Keluarga mampu menyebutkan penyebab hipertensi :
o Factor keturunan
o Poses menua
o Infeksi pada tulang-tulang dan sendi
o Cedera
o Factor hormonal





Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi:
o Kaku sendi pagi hari
o Pembengkakan pada sendi
o Perubahan gaya berjalan
o Nyeri sendi
o Rasa gemetar pada sendi


























Keluarga dapat menyebutkan akibat lanjut dari hipertensi adalah:
1. Nyeri gangguan aktifitas
2. Tulang mudah keropos dan patah
3. Anemia
4. Lemah dan anoreksia
5. BB menurun













Keluarga memutuskan untuk membawa anggota keluarga berobat kerumah sakit dan puskesmas
Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluaga dengan hipertensi












Keluarga mampu menyebutkan cara merawat hipertensi :
o Mandi dengan air hangat
o Kompres hangat 5-10 menit
o Olahraga teratur
o Istirahat seimbang
o Senam hipertensi
o Mengatur pola makan
o Periksa kesehatan secara berkala
o Obat-obat tradisional









Keluarga mampu melaksanakan terapi kompres hangat untuk mengatasi nyeri hipertensi sangat baik dengan bantuan perawat
Langkah-langkah melakukan kompres hangat:
o Sediakan Waskom yang telah diisi dengan air hangat
o Basahkan handuk kecil dengan air hangat tsb
o Peras handuk ½ kering
o Letakkan handuk tsb pada derajat nyeri 5-10 menit. Ulangi beberapa kali











Keluarga mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat dilakukan utnuk memodifikasi lingkungan dengan anggota keluarga hipertensi:
o Lingkungan yang bersih, tidak licin dan menyenangkan
o Penerangan yang cukup
o Pegangan pada kamar mandi
o Gunakan air hangat untuk mandi,jika cuaca dingin
o Dalam ruangan jangan memakai sandal yang licin
o Posisikan barang-barang dirumah pada posisi yang tepat jangan menghalangi jalan


Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan hipertensi:
o Mencegah terjadinya cidera
o Membuat suasana yang aman dan tenang
o Meyegarkan perasaan


















Keluarga mampu memodifikasi bentuk lingkungan yang baik untuk anggota keluarga dengan hipertensi
























Keluarga mampu menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat digunakan:
o Puskesmas
o Rumah sakit
o Klinik perawat
o Dokter



















Keluarga mampu memberikan dukungan pada keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan dapat mendorong keluarga mengurangi atau mengatasi masalah hipertensi









Pada kunjungan yang tidak direncanakan keluarga telah mampu menunjukkan kartu berobat atau obat-obatan yang diresepkan dari fasilitas pelayanan kesehatan.




















1. Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian hipertensi
2. beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
3. diskusikan pengertian hipertensi dengan keluarga
4. beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5. jawab pertanyaan keluarga
6. minta keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang sudah didiskusikan
7. beri reinforcement positif atas jawaban mereka


1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyebab hipertensi
2. diskusikan penyebab hipertensi dengan keluarga
3. minta keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang sudah didiskusikan
4. beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala hipertensi
2. Berikan reinforcement (+) atas jawaban keluarag
3. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala hipertensi
4. Motivasi keluarga untuk bertanya
5. jawab pertanyaan keluarga
6. minta keluarga untuk mengulangi kembali apa yang didiskusikan tadi
7. Berikan reinforcement (+) atas jawaban keluarga














1. Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari hipertensi
2. Berikan reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Diskusikan dengan keluarga akibat lajnut dari hipertensi
4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Jawab pertanyaan keluarga
6. Minta keluarga untuk mengulangi kembali apa yang didiskusikan tadi
7. Berikan reinforcement (+) atas jawaban keluarga


1. Beri keluarga kesempatan untuk mengambil keputusan
2. Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan
3. Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga











1. Kaji pengetahuan tentang cara merawat hipertensi
2. Tanyakan tindakan apa yang telah dilakukan untuk merawat anggota keluarga dengan hipertensi
3. Diskusikan cara perawatan yang baik dengan keluarga
4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Jawab pertanyaan keluarga
6. Motivasi keluarga untuk mengulangi kembali apa yang telah didiskusikan tadi
7. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga.


1. Demonstrasikan cara melakukan kompres hangat, mulai dari persiapan alat, sampai teknik pelasanaan
2. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
3. Jawab pertanyaan keluarga
4. Minta keluarga untuk mempraktekkan sendiri cara melakukan kompres hangat
5. Beri reinforcement(+) atas jawaban keluarga















1. Beri kesempatan kepada keluarga hal-hal yang dapat dilakukan untuk memodifikasi lingkungan
2. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Diskusikan cara / hal-hal yang dapat dilakukan untuk memodifikasi lingkungan
4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Jawab pertanyaan keluarag
6. Motivasi keluarga untuk mengulangi hal-hal yang telah didiskusikan
7. Beri reinforcement (+) pada keluarga.



1. Beri kesempatan kepada keluarga untuk menyebutkan manfaat memodifikasi lingkungan bagi anggota keluarga yang hipertensi
2. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Diskusikan cara / manfaat memodifikasi lingkungan bersama keluarga
4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Jawab pertanyaan keluarag
6. Motivasi keluarga untuk mengulangi hal-hal yang telah didiskusikan
7. Beri reinforcement (+) pada keluarga

1. Bersama-sama keluarga memodifikasi lingkungan
2. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya hal-hal yang tidak dimengerti lagi
3. Jawab pertanyaan keluarga
4. Bimbing anggota keluarga untuk memodifikasi lingkungan
5. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga











1. Beri kesempatan kepada keluarga untuk menyebutkan pelayanan yang dapat digunakan
2. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Diskusikan dengan keluarga pelayanan kesehatan yang dapat digunakan
4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Jawab pertanyaan keluarag
6. Motivasi keluarga untuk mengulangi hal-hal yang telah didiskusikan
7. Beri reinforcement (+) pada keluarga.

1. Dukung keluarga untuk memutuskan tindakan.
2. Jelaskan pada keluarga manfaat pelayanan kesehatan
3. Dorong keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan
4. Minta keluarga untuk menunjukkan kartu berobat atau obat-obatan yang slama ini digunakan.

1. Tanya kan kepada keluarga apakah sudah pergi kepelayanan kesehatan
2. Beri reinforecement (+)
3. Evaluasi adanya penurunan sakit setelah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
4. Minta keluarga untuk menunjukkan kartu berobat dan obat-obatan yang diresepkan dari fasilitas layanan kesehatan
5. Motivasi keluarga untuk selalu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan jika ada masalah dengan kesehatan keluarga dengan masalah hipertensi atau masalah kesehatan lainnya.



V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tujuan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi

o Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi





















































Keluarga mampu atau dapat memutuskan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga dengan HIPERTENSI

















Keluarga dapat merawat anggota keluarga dengan hipertensi











































Keluarga mampu memodifikasi lingkungan















Keluarga menggunakan pelayanan kesehatan





























Rabu, 28 April 2010
















































































Kamis , 29 April 2010































































Jumat, 30 April 2010


























1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang pengertian hipertensi
2. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang pengertian hipertensi “hipertensi adalah: penyakit peradangan pada sendi yang bersifat menahun / kronis dan menyebabkan perubahan pada bentuk sendi”
4. Memberi kesempatan pada keluarga untuk bertanya
5. Meminta keluarga untuk mengulang kembali pengertian dari hipertensi sesuai yang telah dijelaskan
6. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga.

1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyebab hipertensi
2. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyebab hipertensi:
o Faktor keturunan
o Proses menua
o Infeksi pada tulang dan sendi
o Cidera
o Factor hormonal
4. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan keluarga
6. Meminta keluarga untuk mengulangi kembali penyebab hipertensi
7. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga


1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang tanda an gejala hipertensi
2. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Memberi penjelasan tentang tanda dan gejala hipertensi
o Kaku sendi pada pagi hari
o Pembengkakan sendi
o Perubahan gaya berjalan
o Nyeri sendi
o Rasa gemetar pada sendi
4. Memberi kesempatan untuk keluarga mengajukan pertanyaan
5. Menjawab pertanyaan keluarga
6. Memotivasi keluarga untuk mengulang tanda dan gejala hipertensi
7. memberikan reinforcement (+) atas jawaban keluarga


1. Mengkaji pengetahauan keluarga tentang akibat lanjut dari hipertensi
2. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Memebeikan penjelasan tentang akibat lanjut dari hipertensi
o Nyeri, gangguan aktivitas
o Tulang mudah keropos dan patah
o Anemia
o Lemah dan anoreksia
o BB menurun
4. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
5. Jawablah pertanyaan keluarga
6. Memotivasi keluarga untuk mengulangi kembali aknibat lanjut dari hipertensi
7. Memotivasi keluarga untuk memutuskan tindakan untuk merawat / melakukan perawatan untuk hipertensi
8. 7. Beri reinforcement (+) kepada keluarga



1. Menggali pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan hipertensi
2. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Memberi penjelasan mengenai cara melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan hipertensi
o Perawatan keluarga hipertensi dengan kompres hangat:
 Sediakan Waskom yag telah berisi air hangat
 Basahkan handuk kecil dengan air hangat tersebut
 Peras handuk ½ kering
 Letakkan handuk tersebut pada daerah nyeri 5-10 menit (ulangi beberapa kali)
o Dengan obat-obatan tradisional
 Mengkudu
Caranya: 2-3 buah mengkudu yang telah menguning, cuci bersih, diparut, disaring dan diminumnya
 Jahe
Caranya: 1-2 rimpang jahe dibakar, ditumbuk dan di tempelkan pada sendi , lakukan sesering2
 Daun asam muda (3 genggam)
Caranya : di tumbuh halus + jeruk nifis dan kunyit tempelkan pada area yang bengkak dan nyeri.
4. Meminta keluarga untuk mempraktekkansendiri
5. Memberi kesempatan pada anggota keluarga yang ingin bertanya
6. Memotivasi kelarga untuk dapat melakukan terapi-terapi tsb dalam keseharian
7. Memberi reinforcement (+) pada keluarga

1. Menggali pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang tepat dan sehat untuk hipertensi
2. Memberi reinforcement (+) atas jawaban keluarga
3. Menjelaskan kepada keluarga modifikasi yang tepat untuk anggota keluarga dengan hipertensi
4. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan keluarga
6. Motivasi keluarga untuk mengulangi lingkungan yang baik untuk hipertensi
7. Motivasi klien untuk memodifikasi klien
8. Memberikan reinforcement (+) atas jawaban keluarga

1. Mengkaji pengetahuan keluarga mengenai pelayanan kesehatan (nama, tempat, )
2. Beri reinforsement (+) atas jawaban keluarga
3. Beri penjelasan pada keluarga tentang pelayanan kesehatan
4. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
5. Jawab pertanyaan keluarga
6. Minta keluarga untuk membawa anggota keluarga dengan hipertensi ke pelayanan kesehatan
7. Beri reinforcement (+) atas jawaban keluarga.
S :
- Bu Yulinus mampu menyebutkan apa-apa tentang Hipertensi
O:
- Tn.Ytampak dengan jelas menjelaskan tentang Hipertensidengan benar
A:
- Setelah dilakukan implementasi Tn.Ytahu tentang hipertensi (pengertian, penyebab, komplikasi )
P:
- Intervensi dilanjutkan ke TUK II



























S :
- Ny.Y mengatakan kalau dia merasa kuduknya berat dia langsung membuat juz dari daun salam

O:
- Tn.Ytampak tenang dalam memberikan statemen kepada mahasiswa
- Tekanan Darah bu yulinas: 140/90 mmHg
- Tn.Ytampak segar dan tidak cemas
A:
- Ny.Y bisa atau mampu memutuskan tindakan yang tepat jira tensinya naik
P :
- Intervensi dilanjutkan ke TUK III

S :
- Tn.Ybisa menyebutkan dan mengatakan kalau dia tahu sekarang upaya pencegah atau menghilangkan stress (berolahraga, berkumpul dengan keluarga, jalan-jalan sore)
- Tn.Ymengatakan kalau dia sadar dan mengetahui bahwa banyak sikap dan pola hidupnya yang bisa mengakibatkan tekanan darah nya naik
- Tn.Ymengatakan kalau dia tidak ada beban lagi yang dia pikirkan
O :
- Tn.Ytampak antusias dan senag ketika menjawab pertamyaan mahasiswa
- Tekanan Darah bu yulinas: 140/90 mmHg
- Tn.Ytampak segar dan tidak cemas
A :
- Tn.Ypaham dan sudah mengetahui kalau banayk pikiran / stress (faktor psikologi) bisa mengakibatkan tekana darahh naik
P :
Intervenรญs dilanjutkan ke TUK IV









S:
Ny.Y selalu memakai sandala ke kamar mandi ini supaya ny.Y tida jatuh jira sewaktu-waktu tensinya naik
Ny.UY mengatakan kalau anak-anaknya selalu menaseshati ika ada perilaku Ny.Y bisa mengancam kesehatan Ny.Y

O :
Ny.Y tampak antusias menjwab dan paham maksud apa yang kami bicarakan

A:
Keluarga mampu memodifikasi untuk Hipertensi

P:
Intervenรญs dilanjutan ke TUK V


S:
Ny.Y mengatakan kalau dia sering ke Rumah sakit juka tensinya habis atau obat yang diberikan dokter juga habis dan dirumah sakit dokter selalu memberikan penyuluhan tentang hipertensi, sehingga Ny.Y tahu banyak tetntang Hipertensi

O:
Ny.Y menunjukan kartu anggota Rumah sakit dan resep dokter

A:
Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit

P:
Untuk sementara Intervensi dihentikan

askep glomerulus nefritis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari: dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gejala utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni. Kondisi ini disebut albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan granular yang kesemuanya tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni.
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari nefritis adalah glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6 minggu setelah infeksi streptokokus.Prognosis biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni.Red) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
Peran perawat terhadap klien yang tenderita glomerulus nefritis ini adalah tindakan keperawatan tepatnya melakukan asuhan keperawatan sesuai standar yaitu melakukan pengkalian, perumusan diagnosa, merencanakan sesuai diagnosa yang tegak, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan mengevaluasi tindakan apakah tujuan tercapai atau tindakan harus dirubah untuk mencapai kesejahteraan kesehatan bagi klien glomerulus nefritis. Dalam melakukan tindakan fokus perawat adalah terhadap klien glomerulus nefritis ini adalah cairan yang keluar dan kebutuhan Gizi seperti protein, dan elektrolit yang lolos.

B. MASALAH YANG DIBAHAS
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLOMERULUS NEFRITIS


C. TUJUAN PEMBUATAN
1. Tujuuan Umum
a. Untuk memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien yang mengalami Glomerulus Nefrittis
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui teoritis dari glomerulus nefritis (Defenisi, Anatomi dan fisiologi , Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan WOC)
b. Untuk memahami proses asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Glomerulus Nefritis ( Pengkajian, Perumusan Diagnosa, dan Intervensi)
c. Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah yang diberikan oleh dosen pembimbing
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
1. Glamerulos nefritis adalah peradanga dan kerusakan pada alat penyaring darah sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, willie, 1993). Glamerulus nefritis adalah sindrom yang ditadai oleh peradangan dari glemerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999)
2. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis..

B. KLASIFIKASI
a. Glomerulus Nefritis ringan
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus Glomerulonefritis jenis ini biasanya terjadi setelah infeksi akut. Biasanya didapatkan proteinuria ringan dengan sedikit kelainan sedimen urin yang membaik setelah infeksinya diatasi. Walaupun jarang, bisa dijumpai hematuria makroskopik. Fungsi ginjal normal dan biasanya tekanan darah normal dan tanpa edema. Komplemen serum sedikit menurun. Glomeru- lonefritis yang sementara ini disebabkan oleh semua jenis infeksi akut seperti infeksi oleh virus, bakteri, riketsia, malaria falsiparum, leptospirosis, trikhinosis dan salmonelosis. Pada . pemeriksaan histopatologis didapatkan hipertrofi mesangial atau proliferasi dengan endapan IgM dan C3 di daerah mesangial dan sepanjang gelung kapiler. Lesi ini meng- hilang dalam 4¬6 minggu.
b. Glomerulonefritis persisten.
Merupakan lanjutan dari glomerulonefritis akut,dalam jangka waktu panjang atau pendek.Glomerulonefritis dengan gejala klinik yang lebih jelas, terjadi pada penyakit infeksi yang perjalanannya kronik misal- nya pada penyakit lepra, hepatitis virus B dan filariasis. Mani- festasi klinik berupa proteinuria, sindroma nefritik, sindroma nefrotik bahkan bisa sampai gagal ginjal. Pengobatan infeksi dengan antimikroba bisa berhasil mungkin juga tidak dalam memperbaiki lesi ini. Kortikosteroid memberikan hasil pengobatan yang bervariasi
C. ETIOLOGI
1. Streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita. Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi.
2. SGlomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis,
3. keracunan seperti keracunan timah hitam tridion,
4. penyakitb amiloid,
5. trombosis vena renalis,
6. purpura anafilaktoid dan
7. lupus eritematosus.

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. ANATOMI


a. Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla. Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773)
b. Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995). Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).
d. Persarafan pada ginjal
Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal”.
2. FISIOLOGI
Menurut Syaifuddin (1995) “Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak”. Tiga tahap pembentukan urine :
a. Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
b. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
c. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

E. PATOFISIOLOGI (Price,Sylvia Anderson, Patofisiologi)
Kasus glomerulonefritis akut terjadi setelah infeksi streptokokus pada tenggorokan atau kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1 sampai 2 minggu. Organisme penyebab lazim adalah streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 12 atau 4 dan 1,jarang oleh penyebab lainnya. Namun sebenarnya bukan streptokukus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Di duga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap antigen khusus yang merupakan membran plasma streptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah bersikulasi ke dalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear(PMN) dan trombosit menuju tempat lesi.
Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran basalis glomerulus(GBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi , timbul poliferasi sel-sel endotel yang di ikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urin yang sedang di bentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya, kompleks komplemen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel(atau sebagai bungkusan epimembanosa)pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi,pada pemeriksaan mikroskop cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperselular di sertai invasi PMN.
Glomerulonefritis kronis,awalnya seperti glomerulonefritis akut atau tampak sebagai tipe reaksi antigen/antibody yang lebih ringan,kadang-kadang sangat ringan,sehingga terabaikan. Setelah kejadian berulang infeksi ini,ukuran ginjal sedikit berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal,dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas, korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1-2 mm atau kurang. Berkas jaringan parut merusak sistem korteks,menyebabkan permukaan ginjal kasar dan ireguler. Sejumlah glomeruli dan tubulusnya berubah menjadi jaringan parut,dan cabang-cabang arteri renal menebal. Akhirnya terjadi perusakan glomerulo yang parah,menghasilkan penyakit ginjal tahap akhir(ESRD).


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Tingkat keparahan gangguan ginjal bervariasi, dari hematuria mikroskopis yang asimptomatik dengan fungsi ginjal normal sampai gagal ginjal akut.
2. Berdasarkan tingkat gangguan ginjal, pasien dapat mengalami berbagai derajat edema, hipertensi, dan oliguria.
3. Pasien dapat menderita ensefalopati dan/atau gagal jantung akibat hipertensi atau hipervolemia. Ensefalopati juga dapat diakibatkan secara langung oleh efek toksik bakteri streptokokus pada sistem saraf pusat.
4. Edema biasanya terjadi akibat retensi garam dan air, dan sindrom nefrotik juga dapat muncul pada 10-20% kasus. Edema subglotis akut dan gangguan jalur pernafasan juga dilaporkan terjadi. Fase akut biasanya sembuh dalam 6-8 minggu. Meskipun ekskresi protein dalam urin dan hipertensi menjadi sembuh dalam 4 minggu-6 bulan setelah onset, hematuria mikroskopis persisten dapat tetap ada selama 1-2 tahun setelah gambaran inisial penyakit.

5. Gejala spesifik seperti malaise, letargi, nyeri abdomen atau pinggang belakang, dan demam biasa terjadi.


G. KOMPLIKASI
Komplikasi akut dari penyakit ini terutama merupakan akibat hipertensi dan disfungsi renal akut. Hipertensi terdapat pada 60% pasien dan menyebabkan ensefalopati hipertensif pada 10% kasus. Komplikasi lain yang dapat terjadi antara lain kegagalan jantung, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis, kejang, serta uremia.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan glomerulonefritis akut paska streptokokus terutama ditujukan terhadap efek akut dari insufisiensi renal dan hipertensi. Meskipun pengobatan sistemik dengan penisilin selama 10 hari direkomendasikan untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik, terapi antibiotik tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit glomerulonefritis. Restriksi natrium, diuresis, dan farmakoterapi dengan antagonis chanel kalsium, vasodilator, ataupun inhibitor enzim pengubah angiotensin merupakan terapi standar yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
Bagi pasien dengan ekspansi volume nyata dan kongesti pulmonal yang tidak memberi respon terhadap terapi diperlukan dialisis, baik hemodialisis maupun dialisis peritoneal.
Untuk terapi umum, pasien disarankan istirahat di tempat tidur selama fase akut. Pasien juga diberi diet kalori adekuat terutama karbohidrat untuk memperkecil katabolisme endogen dan diet rendah garam.
Seperti telah disinggung di atas, tidak ada pengobatan spesifik untuk glomerulonefritis akut paska streptokokus.
1. Antibiotik dapat diberikan penisilin prokain 50.000 U/kgBB/kali IM 2x/hari ataupun penisilin V 50 mg/kgBB/hr PO dibagi 3 dosis untuk infeksi aktif.
2. Apabila sensitif terhadap penisilin, dapat diberi eritromisin 50 mg/kgBB/hari (4 dosis). Antibiotik diberikan selama 10 hari.(2)
3. Untuk pengobatan hipertensi, apabila hipertensi ringan (130/80 mmHg) tidak diberikan anti-hipertensi. Untuk hipertensi sedang (140/100 mmHg) diberi hidralazin 0,1-0,2 mg/kgBB/kali IM atau 0,75 mg/kgBB/hari (4 dosis) PO, atau nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBB (kemasan 5 mg dan 10 mg). Untuk hipertensi berat diberi klonidin drip dengan dosis 0,002 mg/kgBB/8jam + 100 mL dekstrosa 5% (mikro drip) atau nifedipin sublingual.(2)
4. Bila terdapat tanda hipovolemia (edema paru, gagal jantung) disertai oliguria, maka diberi diuretik kuat seperti furosemid dengan dosis
1-2 mg/kgBB/kali.(2)

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Urinalisis (UA) menunjukkan hematnya gross, protein dismonfik dan (bentuk tidak serasi) SDm, leusit, dan gips hialin
• Lajur filtrasi glomeruslus (IFG) meurun, klerins kreatinin pada urin digunakan sebagai pengukur dan LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin juga ditampung dengan cara arus tengah (midstream)
• Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun
• Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi).
• Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidentifilaasi jenis protein urin yang dikeluarkan dalam urin.
• Elektrolit seru menunjukkan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadar-kadar kalium dan klorida.

J. WOC
Streptococcus beta hemalitikus

Nutrisi non adekuat Infeksi pada tractus respiratory


Keluarnya antigen streptococus Antibodi tubuh


Terbentuk kompleks antigen dan antibodi


Masuk ke sirkulasi dan terus ke ginjal (glomerulus)


Terjadi lesi di glomerulus meradang


GLOMERULUS NEFRITIS


Menarik pengeluaran leukosit dan trombosit fagosit pada membran glomerulus


Terbentuk nodul sub epitel terjadi kebocoran

Terbentuk jaringan parut dikorteks proteinuria hematuria gangguan keseimbangan elektrolit

Permukaan ginjal yang tidak rata hipoalbuminemia retensi air Natrium hipokalsemia hipofosfatemia
GLOMERULUS NEFRITIS KRONIK
Hipertensi oligouri
difusi cairan ke ekstra sel Gangguan keseimbangan asam basa

oedema asidososis


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1) Data Biografi
Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan G.N biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak. hematuria edema, hipertensi, dan oliguria ensefalopati dan/atau gagal jantung malaise, letargi, nyeri abdomen atau pinggang belakang, dan demam biasa terjadi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi, riwayat tidak dapat kencing, penggunaan hormon. Riwayat pernah penyakit infeksi saluran pernafasan, penykit malaria SGlomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit G.N seperti hipertensi, diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, arthritis dan kanker.
3) Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada klien G.N pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya G.N seperti makanan yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi karena klien mengalami mual. Pada klien dengan G.N harus dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol, selama sakit biasanya intake dibatasi sesuai output. Eliminasi BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai ditemukan oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali pada klien dengan penurunan aktivitas. Sebelum sakit biasanya kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena adanya kelemahan.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Pada klien dengan G.N ditemukan adanya tachipnoe, pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi pleura.
b. Sistem Kardiovaskuler
Pada klien dengan G.N biasanya ditemukan adanya hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis.
c. Sistem Pencernaan
Pada klien dengan G.N biasanya ditemukan adanya anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.
d. Sistem Genotiurinaria
Pada klien dengan G.N awal ditemukan adanya poliuri dan nokturi, selanjutnya berkembang menjado oliguri dan anuri, terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat).
e. Sistem Muskuloskeletal
Pada klien dengan G.N biasanya ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis.
f. Sistem Integumen
Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis, pucat.
g. Sistem Persyarafan
Pada klien dengan G.N biasanya ditemukan letargi, insomnia, nyeri kepala, tremor, koma.
5) Data Psikososial
Klien dengan G.N biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah, cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada klien G.N mungkin disebabkan karena perubahan body image takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan kematian.
6) Data Spiritual
Pada klien dengan G.N biasanya ditemukan ketidakmampuan beribadah seperti biasa.
7) Data Penunjang
a. Laboratorium
• Urine
(a) Volume biasanya oliguri dan anuri
(b) Hematuria
(c) Berat jenis menurun
(d) Osmolalitas menurun
(e) Klirens kreatinin menurun
(f) Natrium meningkat
(g) Protein meningkat
• Darah
(a) Serum kreatinin meningkat
(b) Blood urea nitrogen meningkat
• Kadar kalium meningkat
• Hematokrit menurun
• Hemoglobin menurun
• Natrium, kalsium menurun
• Magnesium/posfat meningkat
• Protein (khususnya albumin menurun)
• pH menurun
b. Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
c. Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
d. Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
e. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

B. RUMUSAN DIAGNOSA
1. Gangguan Keseimbngan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kerusakan membran filtrasi di glomerulus
2. Kelebihan volume cairan b/d retensi air dan disfungsi ginjal
3. Resiko infeksi (UTI, LOKAL, SISTEMIK) b/d penekanan pada system imun
4. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral cardiopulmunary b/d resiko krisis hipertensi
5. Ketidakmampuan dalam aktivitas b/d penurunan protein dan disfungsi ginjal
6. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit,perawatan dirumah dan intruksi tindakan lanjut.

C. INTERVENSI

DIAGNOSA KEPEREWATAN TUJUAN / KRITERIA INTERVENSI
Gangguan Keseimbngan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kerusakan membran filtrasi di glomerulus Adanya Keseimbangan cairan dan elektrolit dengan tiadak ada kerusakan membrane filtrasi glomerulus dalam waktu 3 x 24 jam dengan criteria :
- Tekanan darah normal
- Tidak ada kandungan protein, elektrolit (kalsium, fosfat atau darah) pada urine
Monitor dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan
• Ukur dan dokumentasikan intake dan output setiap 4 – 8 jam
• Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine pada dokter
• Timbang BB setiap hari, dengan timbangan dan waktu yang sama
• Ukur BJ urin setiap 8 jam, lapor bila ada peningkatan
• Konsultasikan ke ahli diet untuk pembatasan Natrium dan Protein.
• Berikan cairan sesuai dengan cairan yang hilang
• Berikan batu es untuk mengontrol haus
• Monitor hasil pemeriksaan elektrolit, laporkan bila ada ketidaknormalan
• Kaji efektifitas pemeberian elektrolit scr. Parenteral/oral
Kelebihan volume cairan b/d retensi air dan disfungsi ginjal
Adanya keseimbangan antara Intake dan output dengan normal kembaliny fungsi ginja secara normal dalam waktu 2 x 24 jam dengan criteria :
- seimbanag pengeluaran dan pemasukan cairan
- tidak adanya oedema - 1. Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas jantung apabila mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal jantung)
2. Lindungi lengan yang edema dari cedera
3. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan
4. Anjurkan individu untuk menurunkan masukan garam
5. Ajarkan individu untuk
a. Membaca label untuk kandungan natrium
b. Hindari makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.
c. Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah rasa (lemon, kemangi, mint)
d. Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan lain-lain

Resiko infeksi (UTI, LOKAL, SISTEMIK) b/d penekanan pada system imun Tidak adanya respon klien yang menunjukan tanda-tanda infeksi dengan peningkatan daya tahan tubuh yang di tandai dengan :
- tidak ada peningkatan suhu tubuh
- Warna urine normal (kuning jernih) Kaji efektifitas pemeberian imunosupresive
• Monitor serum sel darah merah, antibodi, nilai set T
• Periksa Temp. tubuh setiap 4 jam
• Catat karakteristik urine
• Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan
• Jika dipasang kateter, pertahankan closed gravity drain system
• Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI
• Asuskultasi suara paru setiap 4 jam
• Anjurkan untuk batuk dan nafas dalam
• Instruksikan pasien u/ menghindari orang yang menglamai infeksi
• Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit
• Anjurkan untuk ambulasSiu nlaerdbi,iGhlo amwerualolnefritis
Ketidakmampuan dalam aktivitas b/d penurunan protein dan disfungsi ginjal
Pasien akan meningkat toleransi terhadap aktifitas dalam waktu 2 x 24 jam
KRITERIA HASIL:
• Mengikuti rencana aktiftas
• TD dalam batas normal tanpa pengeluaran protein berlebihan monitor adanya penurunan protein scr. Berlebihan(Proteinuria, Albuminuria)
• Gunakan diet protein untu mengganti protein yang hilang
• Berikan diet tinggi Kalori, diet tinggi KH
• Anjurkan Bedrest
• Berikan latihan dalam batas aktifitas yang dianjurkan
• Rencanakan aktifitas dengan memberikan periode waktu istirahat

DAFTAR PUSTAKA

FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaplus; 2002

Price,Sylvia Anderson, Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit, Jakarta;EGC,2005

Smeltzer,Suzanne C.Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & Suddart, Jakarta;EGC,2001

Doengoes, Marylynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta;EGC,1999

ASKEP Blogspot

askep hiperparatiroid

KASUS 1
Seorang Ibu 50 Tahun datang ke Rumah Sakit ditemani suami dan anak laki-laki (16 tahun) dengan keluhan merasa letih dan lelah, badanya gemuk, kurus tanpa sebab sejak satu bulan yang lalu padahal frekuensi makan meningkat karena selalu merasa lapar. Ibu juga mengeluhkan frekuensi buang air yang meningkat sekali padahal sudah dibatasi minum walaupun merasa haus-haus. Saat diobservasi perawat terlihat mata ibu cekung dan turgor kulit tidak lagi baik

PERTANYAAN
1. Dari keluhan ibu tadi pemeriksaan diagnostic apa yang harus dilakukan dan bagaimana menetapkan diagnosa penyakitnya? Tes
Berdasarkan kasus diatas Ibu tersebut memiliki tanda-tanda yang bermasalah adalah Polidipsi (sering makan), Poli Uri (sering pipis), sering letih,lelahdan badanya gemuk (obesitas) ini merupakan tanda dari penyakit Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM) (Brruner dan Sudarth, 1223). Pemeriksaan diagnostic yang harus dilakukan untuk menegakan diagnosa DM ini adalah dengan
a. Tes Kadar gula Plasma
• Tes Pemeriksaan Glukosa Plasma sewaktu (random) hasil positif jika hasil nya > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
• Tes pemeriksaan Glukosa Plasma Puasa (Nuchter) hasil positif >140 mg /dl {7,8 mmol/L)
• Glukosa Plasma dari sample yang diambil setelah 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2jam postprandial/ppl) hasilnya positif >200mg/dl (11,1mmol /L)
b. Tes Toleransi Glukosa
Tes toleransi glukosa dilakukan di oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitive yang digunakan dalam situasi tertentu (misalnya pada pasien pernah mengalami operasi lambung) tes ini dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

2. Jelaskan mengapa semua keluhan diatas dapat dirasakan oleh Ibu, berdasarkan penyakit yang sudah ditetapkan?
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
(1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
(3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%. Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
• Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
• Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
• .Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
• Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
• Mata cekung dan Turgor kulit tidak lagi baik, ini dikarenakan oleh banyak nya kadar gula mengakibatkan tertariknya cairan tubuh sehungga banyak dikeluarkan sehingga tubuh kekurangan cairan sehingga menimbulkan gejala mata cekung dan turgor kulit yang buruk akibat elastisitas kult kurang karena cairan di sel tertariik oleh gula.

Untuk lebih jelas perhatikan woc dari Diabetes Melitus di bawah ini :
JALANYA PENYAKIT DM
FAKTOR GENETIK FAKTOR NON GENETIK

TERBENTUK AUTO IMUN DI PANKREAS INFEKSI NUTRISI STRESS

ALKOHOL OBESITAS ASPN PROTEIN


MENGHANCURKAN SEL BETA PANKREAS FAKTOR PRESDISPOSISI STIMULUS INSULIN KRG


SEKRESI INSULIT TAK ADA DEFISIENSI INSULIN


PROSES PEMECAHAN DAN PEMBENTUKAN GLIKOGEN TRANSPRT ZAT GIZI


HIPERGLIKEMIA (DM)


GLUKOSA MENARIK CAIRAN TUBUH SEL KEKURANGAN ENERGI


POLI URI DEHIDRASI RASA LAPAR

POLIDIPSI RANSANGAN ALDOSTERON POLI PAGI PEMECAHAN LEMAK


RETENSI NA

PENINGKATAN OSMOLALITAS KURUS TERBENTUK BENDA KETON


TEKANAN DARA MENINGKAT


3. Jika anak dari Ibu tadi kemungkinanan mengalami penyakit yang sama dengan ibunya, jelaskan perbedaan dengan yang dialami Ibunya?
Beda penyakit DM antara Ibu dan anak ini adalah umumnya pada orang yang umurnya kurang dari 30 biasnya penyakit DM yang dia derita adalah DM tipe 1 sedangkan Ibunya adalah DM tipe II. DM tipe I ini adalah penyakit yang didapat karena factor genetic yang didapat dari orang tua nya pada. penyakit ini karena penyakit auto imun yang merusak pulau langerhans penghasil insulin sehingga insulin tersebut tidak bisa diproduksi, sedangkan pada Ibu ini penyakitini didapat karena obesitas ataupun umur yang lanjut sehingga stimulus yang merangsang sekresi insulin ini sedikit sehingga insuli dihasilkan tetapi kadarnya sedikit.

4. Saudara adalah seorang perawat yang akan memberikan askep, ingin membantu ibu mengatasi masalah keperawatan utama yang muncul berdasarkan proses keperawatan dan tambahkan datanya yang bisa mendukung ditegakanya diagnosa keperawatan tersebut?
Berdasarkan data yang diatas didapat kalau diagnose keperawatan yang prioritas adalah:
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Data yang harus dilengkapi untuk menegakan diagnosa keperawatan ini adalah
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Data yang harus ditambahi untuk menegakan diagnos keperawatan untuk Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka
c. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakanmedis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologist Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.


KASUS II
Ny.H mengalami pembesaran leher sejak 10 tahun yang lalu. Tetap karena benjolan tersebut tidak menimbulkan keluhan, klien ttidak memeriksa penyakitnya ke tenaga kesehatan. Setelah melahirkan anak pertama pada tahun 1993, klien mulai merasakan keluhan badanya terasa gemetar, mata kanan membelalak, klien mengatakan sering kaget-kaget, namun dengan keluhan tersebut pun klien belum juga berobat. Tahun 1999 setelah melahirkan anak kedua, klien menderita hipertensi berat sehingga harus dirawat lebih kurang satu bulan di RSUD Dr.Soetomo, keluhan lain yang dirasakan klien adalah: kaki bengkak dan mata semakin dirasakan menonol semenjak itu klien mulai minum obat yaitu PTU dan propanolol klien mulai memeriksa diri ke RSUD Dr Soetomo pada akhir tahun 2001 dengan keluhan: Mata membelalak, jantung berdebar, badan gemetar, nafsu makan meningkat, berat badan menurun. Rambut rontok dan merasakan kehilangan tenaga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari

PERTANYAAN
1. Penyakit yang dialami Ny. Y adalah
Berdasarkan tanda-tanda yang diderita oleh Ny.H adalah adanya pembesaran atau benjolan didaerah leher, badanya terasa gemetar, mata terbelalak, mudah terkejut, jantung berdebar berat badan menurun, nafsu makan meningkat, rambut rontok merupakan tanda dari kelebihan hormon thyroid atau hipertiroid

2. Jelaskan perjalanan penyakit yang dialami oleh Ny.H, sehingga Ny.H bisa mengalami keluhan diatas?
Konsumsi Yodium Berlebihan Kelenjar tiroid memakai yodium untuk membuat hormon tiroid, bila konsumsi yodium berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid. Kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroidiodarone (cordarone), suatu obat yang digunakan untuk gangguan irama jantung, juga mengandung banyak yodium dan bisa menimbulkan gangguan tiroid.
Tiroid hiperaktif (hipertiroidisme) terjadi karena produksi hormon tiroid yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien, hipertiroidisme terjadi akibat adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon tiroid yang berlebihan, tetapi juga ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Penyebab adanya antibodi tersebut belum diketahui, mungkin ada kaitannya dengan faktor keturunan. Produksi hormon tiroid yang berlebihan terjadi dengan sendirinya tanpa kendali dari TSH. Jenis hipertiroidisme ini disebut penyakit Graves.
Pada penyakit Graves terdapat 2 kelompok gambaran utama, tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hyperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormone tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroid berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang berlebihan, manifestasi ektratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit local yang biasanya pada tungkai bawah. Jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma yang mengakibatkan eksoftalmoa, okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstra ocular.
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves. Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan BB, lemah, dan pengecilan otot. Penderita goiter nodular toksik memperlihatkan tanda-tanda mata melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Penderita hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid yang bias membahayakan kehidupan. Apabila terdapat manifestasi klinis hipertiroidisme, maka tes laboratorium akan menunjukkan pengambilan resin triyodotironin/T3 dan tiroksin serum yang tinggi, serta kadar TSH serum rendah. Selain itu TSH tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan oleh TRH, suatu tiroid releasing hormone dari hipotalamus.

3. Apa efek farmako yang ditimbulkan oleh obat-obatan yang diberikan pada Ny.H?
• Obat yang digunakan oleh Ny.H adalah PTU atau propiltiourasil memiliki efek antitiroid dengan kerjanya menghambat penggunaan iodium dengan mempengaruhi iodinisasi dalam sintesis hormon tiroid. Sehingga mencapai keadaan eutiroid. Obat-obat ini akan menghalangi konversi T4 menjadi T3 di luar kelenjer tiroid. Karena tidak mempengaruhi pelepasan ataupun aktivitas hormon tiroid yang dibentuk sebelumnya, obat-obat antitiroid tersebut memerlukan waktu beberapa minggu sebelum gejalanya mereda dan selama waktu tersebut dapat ditentukan dosis pemeliharan yang kemudian diikuti oleh penghentian penggunaan obat secara bertahap, slama beberapa bulan berikutnya
• Efek yang diberikan oleh obat propanolol adalah menyekat sistem syaraf simpatik khususnya saraf simpatis ke jantung menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat dan tekanan darah yang lebih rendah, kemudian menurunkan denyut nadi pad pasien takikardi dan tekanan darah tinggi serta berguna sebagai pelengkap bersama obat yang bekerja pada neuro efektor pembuluh darah

4. Jelaskan rencana pengobatan bisa dilaksanakan pada Ny.H?

a. TERAPI UMUM
• Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: ellit tio urasil (PTU), karbimazol.
• Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
• Operasi tiroidektomi subtotal. Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.

b. FARMAKOTERAPI
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
• Carbimazole (karbimasol) Berkhasiat dapat mengurangi produksi ellitu tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid.
Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi serta demam. Sedangkan elli-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada perut sebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku, dan kulit.
• Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason) Merupakan obat ellitu kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).
• Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil) Obat ini sebenarnya obat anti ellitus , yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala ellitus , seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun verapamil.

c. TERAPI LAIN
Adapun pengobatan ellitus m untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses ellitus m di dalam tubuh kita.
Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati kencing manis (diabetes ellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

5. Tetapkanlah diagnosa utama yang dialami Ny,H datanya?
• Perubahan nutrisi yang tidak adekuat berhubungan denganlaju metabolism yang meningkat, selera makan yang berlebihan dan aktivitas gastrointerstinal yang bertambah
Data yang diperlukan untuk menegakan diagnosa keperawatan diatas adalah:
- Nafsu makan meningkat
- Berat badan menurun
- lemah
namun data yang harus di lengkapi untuk menegakan diagnose ini adalah
a. Aktivitas / Istirahat Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat ; Otot lema, gangguan koordinasi ; Kelelahan berat Tanda : Atrofi Otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada ( angina ) Tanda : Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur ; Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ; Sirkulasi kolaps, syok ( krisis tirotoksikosis )
c. Eliminasi
Gejala : Urine dalam jumlah banyak , Perubahan dalam feses : diare
d. Integritas Ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik Tanda : Emosi labil ( euforia sedang sampai delirium ), depresi
e. Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak ; Nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah Tanda : Pembesaran tiroid, goiter ; Edema non pitting terutama daerah pretibial
f. Neurosensori
Tanda : Bicaranya cepat dan parau ; Gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma ; Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak ; Hiperaktif refleks tendon dalam ( RTD ).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, Fotofobia
h. Pernapasan
Tanda : Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea ; Dispnea ; Edema paru ( pada krisis tirotoksikosis ).
i. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan ; Alergi terhadap iodium Tanda : Suhu meningkat diatas 37,4ยบ C, diaforesis ; Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus ; Eksoftalmus ; retraksi, iritasi pada lonjungtiva dan berair, Pruritus, lesi eritema ( sering terjadi pada pretibial ) yang menjadi sangat parah
j. Seksualitas
Tanda : Penurunan libido, hipomenore, amenore dan impotent
k. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid ; Riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatab antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian ; Riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi ( pneumonia ), trauma, pemriksaan rontgen foto dengan zat kontras.