Senin, 15 Agustus 2011

Contoh Windshield survey

HASIL WINSHIELD SURVEY RT 2 RW 21 KELURAHAN SURAU GADANG
KECAMATAN NANGGALO PADANG


1. LINGKUNGAN FISIK
Wilayah RT 2 merupakan wilayah yang jumlah penduduknya tidak begitu banyak didominasi oleh pendatang dan mahasiswa yang kos ataupun mengontrak diwilayh tersebut. Perumahan di daerah banyak yang rumah kontrakan maupun rumah pribadi dan kos-kosan. dengan sebagian besar kondisi bangunan semi permanen. Di depan rumah penduduk sebagian besar ada pekarangan dan ditanami dengan pohon pelindung serta bunga dan tanaman obat.
Iklim di RT 2 sesuai dengan iklim tropis yaitu panas. Ventilasi dan pencahayaan rumah sebagian besar sudah baik, tetapi masih ada beberapa rumah yang tidak mempunyai ventilasi untuk pertukaran udara dan susunan rumah yang tidak baik.
Wilayah RT 2 cukup bersih, sanitasi lingkungan cukup terjaga, tetapi masih ada beberapa kondisi lingkungan yang kurang mendukung kesehatan seperti tempat pembuangan sampah yang terbuka serta tempat pembuangan limbah yang terbuka dan mengalir lambat. Saat hujan, air limbah meluap kejalanan dan menimbulkan bau yang tidak sedap.Saat panas daerah RT 2 banyak debu karena jalan banyak pasir, dan adanya pembangunan perumahan. Selain itu Daerah RT 2 banyak daerah kosong yang diisi dengna perkebunan dan kolam lele.
Sarana pembuangan air di RT 2 berupa got dan mengalir ke arah banda bakali, namun ada juga got yang banyak ditumbuhi rumput yang bisa mengakibatkan aliran terhambat. Pada umumnya penduduk sudah memiliki WC di rumah masing-masing. Sumber air minum penduduk sebagian besar dari sumur gali pakai cincin dan selebihnya menggunakan air dari PDAM dan sumur bor.
Dalam lingkungan RT 2 juga terdapat 1 mesjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan TPA maupun Pesantren Ramadhan yaitu mesjid Al-Qadar. Kebiasaan penduduk di RT 2 dalam beribadah adalah Sholat berjama,ah di mesjid ini dan apabila ada masalah maka musyawarah dilakukan untuk mengatasi masalah di RT, dengan menggunakan bahasa minang.
Batas wilayah RT 2 RW 21 adalah:
Utara : berbatasan dengan RT
Barat : berbatasan dengan Banda Bakali
Timur : berbatasan dengan RT
Selatan : berbatasan dengan RT

Analisa:
Dari segi lingkungan fisik masih ada beberapa rumah di wilayah RT 2 RW 21 yang tidak mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang kurang baik, pembuangan sampah yang terbuka, dan banyak lahan kosong yang diisi dengan kebun dan kolam.
Masalah keperawatan: masyarakat di wilayah RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo beresiko terhadap penyakit DBD, ISPA

2. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DAN PELAYANAN SOSIAL
Di wilayah RT 2 terdapat beberapa pelayanan kesehatan dekat dengan bidan praktek maupun dokter. Di wilayah Kel.Nanggalo tersebut juga ada praktek. Selain itu, juga ada posyandu yang digunakan sekali sebulan setiap hari rabu yaitu Posyandu Melati. Posyandu ini digunakan para ibu untuk menimbang berat badan anak, mengukur tinggi badan, dan untuk mendapatkan vitamin A. Di samping itu juga digunakan sebagai posyandu lansia,.
Wilayah RT 2 cukup dekat dengan lokasi pusat perbelanjaan seperti Pasar Raya Siteba. Di dalam RT 2 tersebut juga terdapat depot air minum dan warung-warung yang menjual kebutuhan masyarakat.

Analisa:
RT 2 RW 21 dan RT-RT lainnya di Kelurahan Nanggalo mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan secara bersama-sama seperti posyandu, posyandu lansia, praktek dokter, praktek bidan, sehingga masyarakat mempunyai akses yang cukup untuk mengatasi masalah kesehatan
Masalah kesehatan: masyarakat di wilayah RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo memiliki potensial untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. EKONOMI
Rata-rata penduduk RT 2 adalah penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai pedagang, tetapi ada juga yang bekerja sebagai buruh, guru, PNS, TNI AD, dan pegawai swasta.
Umumnya, masyarakat di RT 2 adalah pendatang yairu remaja (mahasiswa maupun penduduk asli), dewasa yang berusia produktif dan anak-anak. Sementara sebagian besar para ibu di RT 2 merupakan ibu RT tetapi ada juga beberapa orang ibu yang bekerja sebagai pedagang, guru, dan pelayan toko.

Analisa:
Tingkat ekonomi yang hampir sebanding antara tingkat rendah, menegah, dan tinggi, sehingga tidak tampak perbedaan status sosial yang terlalu mencolok diantara warga. Secara umum, kondisi ekonomi masyarakat di RT 2 cukup adekuat untuk medapatkan pelayanan kesehatan.
Masalah keperawatan: masyarakat di RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo memiliki potensial untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

4. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI
Keadaan jalan di RT 2 cukup baik tapi masih ada yang rusak dan retak-retak akibat gempa 30 september . Secara keseluruhan jalan terbuat dari semen, namun masih ada jalan yang sedang dalam pembuatan. Meskipun demikian, transportasi keluar masuk RT tetap lancar. Jalanan RT tidak dilewati angkutan umum dan buntu. Untuk transportasi, warga memiliki alat transportasi yaitu sepeda motor dan mobil, tapi ada juga warga yang tidak mempunyai alat transportasi.
Saat Ramadhan masyarakat banayk reah akibat perilaku anak-anak dan remaja karena sering bermain petasan saat sholat tarweh dan banyak dari remaja yang nongkrong dan merokok saat sholat atrwih
RT 2 tidak memiliki keamanan khusus seperti hansip, sehingga kasus pencurian sering membuat resah masyarakat, apalagi warga di RT2 adalah Mahasiswa yang mengontrak dan Kos didaerah ini.


Analisa:
Kondisi transportasi warga RT 2 RW 21 sudah cukup baik sehingga dapat meningkatkan daya gerak penduduk untuk mencapai pusat-pusat pelayanan kesehatan dan sosial yang lebih baik. Tidak adanya hansip sebagai bagian Keamanan di RT dan adanya perilaku dari anak-anak dan remaja yang sering nongkron dan main petasan mengakibatkan kebanyaka warga resah
Masalah kesehatan: masyarakat di RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo memiliki potensial untuk meningkatkan derajad kesehatan dan juga beresiko perilaku maladaptif pada anak dan remaja

5. KOMUNIKASI
Untuk sarana komunikasi, penduduk pada umumnya menggunakan TV, radio, telepon, dan koran sebagai media komunikasi. Selain itu, penduduk juga menggunakan papan pengumuman yang terletak di mesjid dan pengumuman secara lisan (dari pengeras suara mesjid) ataupun komunikasi dari mulut ke mulut.

Analisa:
Sarana komunikasi penduduk yang cukup lengkap dapat menjadi kekuatan untuk penyebaran informasi baru atau mempermudah penyebaran informasi dalam upaya peningkatakan kesehatan masyarakat.
Masalah keperawatan: masyarakat di RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo memiliki potensial untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

6. PENDIDIKAN
Sarana pendidikan seperti sekolah formal (SD,SLTP,SLTA) tidak ada di RT 2 yang ada di lingkungan RT 2 adalah mesjid sebagai sarana TPA. Warga RT 2 menyekolahkan anakya di sekolah sekitar Kecematan Nanggalo yang jaraknya tidak terlalu jauh. Pendidikan warga umumnya tingkta pendidikan menengah ke atas yaitu tamatan SMA, sarjana dan sebagian kecil ada S2 dan S3 (doktoral).

Analisa:
Adanya sarana pendidikan membuat anak usia sekolah dan remaja tetap sekolah karena jaraknya yang dekat dengan tempat tinggal dan dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat seperti mengikuti kegiatan pengajian, TPA dan Pesantren Ramadhan di mesjid. Umumnya masyarakat berpendikan menengah ke atas, sehingga sedikit mereka tahu akan pentingnya pemeliharaan kesehatan dan menjaga kesehatan.
Masalah kesehatan: masyarakat di RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo memiliki potensial untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

7. REKREASI
Di RT 2 tidak terdapat tempat rekreasi khusus yang dapat digunakan. namun masyarakat dapat berolahraga di sekitar banda bakali yang cukup bagus untuk rekreasi sekaligus dengan keluarga. Masyarakat biasanya berekreasi di dalam keluarga dengan berkumpul bersama keluarga.

Analisa:
Tidak adanya sarana rekreasi di dalam RT 2 namun dekatnya sarana untuk olahraga
Masalah kesehatan: masyarakat di RT 2 RW 21 Kelurahan Nanggalo memiliki potensial untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat..

8. POLITIK DAN PEMERINTAHAN
Di wilayah RT 2 tidak ada markas partai politik. Pemilihan RT dilakukan sekali dalam 5 tahun secara langsung dan pengambilan keputusan biasanya berdasarkan hasil musyawarah masyarakat dengan ketua RT dan ketua kelompok.

Analisa:
Kondisi politik dan pemerintahan di RT yang stabil dapat memudahkan mahasiswa dalam mengumpulkan data karena minimalnya anggapan bahwa kedatangan mahasiswa membawa maksud politik tertentu. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kader kesehatan dapat diterima oleh masyarakat.

Masalah kesehatan yang muncul dari hasil Winshield Survey adalah:
1. Resiko prilaku maladaptive pada anak usia sekolah dan Remaja di RT 2 RW 21 Kel.Nanggalo
2. Resiko terjadinya penyakit infeksi (DBD dan ISPA) di RT 2 RW 21 Kel.Nanggalo..
3. Potensial peningkatan derajad kesehatan masyarakat di RT 2 RW 21 Kel.Nanggalo.


Selasa, 02 Agustus 2011

oleh2 dari sholat tarwh malam ke 3 1432

Alhamdulilah sekarang kita masih diberikan nikmay kesehatan oleh ALlah untuk melaksanakan ibadah puasa. emang sih kita ni orang yang mempunyai banyak salah dan pada bulan ini saatnya untuk menghapusnya, bayangkan kalau kita tidak bisa bertemu lagi dengan puasa selanjutya, soo belum telat sob, mendingan ita berusaha de bareng2 buat melaksanakna yang namanya kata tobat. kalau boleh sharing ni gue ni sering tobat yang gak berkualitas cuman tahan paling lama 2 mpe 3 hari so. moga dengan bulan puasa bersama kita bisa bertoba cee. ngomong2 bulan puasa ne, ane punya oleh2 buat yangmbaca ni tulisan, oleh2 ni gua dapat dari mendengarkan cermaah setelah sebelum sholat taraweh pada malam ke-3 dari bapak ustadz. men ermahanya bagus banget men, mpe ane ingat ni cermah inti dari cermah ni adalah golongan orang yang sombong diatas dunia dan diakhirat allah juga akan sombong terhadap golongan ini, golongan ini adalah
sedikit penjelasan sebelum masuk ketopik pembicaraan, kalau ada yang boleh disembah selain Allah yan harus disembah adalah Ibu dan Suami yang sholeh(buat istri)namun yang hanya boleh disemabah adalah hanya AllAh swt, (Laillahainlolloh, tahan dulu pertanyaanya sob, kita masuk ke ttopik tadi , golongann yang dimaskud adalah:
1. Insan manusia yang selama hidupnya tidak pernah mendo,akan orang tuanya yaitu ibu,ibu,ibu dan bapak mereka
penjelasanya gini sob: bapak ustadz bertanya pada kita : berpa kali kita pernaha menyuapain ortu kita? sebaliknya berapa kali kita disuapin oleh ortu kita? berapa kali kita memandikan ortu kita, begitu pun sebaliknya berpakali ortu kita memandikan kiat? tolong camkan sob....
kita tidak bisa membalas namana kasih sayang dari orang tua kiat, maka dari itu kata sembah ke orang tua diganti dengan mengabdi ke orang tua, ustadz tsbt juga mengatalana kalau ada maslah maka curhat ke orang tua dan minta ortu mendoakan ke allah sehingga apapoun sulit masalah yang akan dihadapi maka insyaallah akan udah, dan jika kita mengabdi ke orn tua kita maka cita-cita kit akan tercapai bro....
sooo minta lah ma,af ke ortu kita selagi ada kesempatan, buta mereka bangga akan kita dan jika ada masalah berat menerpa kita maka ceritakan ke orng tua...

2. orang yang tidak patuh perintah suami yang sholeha....
ustadzh said: ni berat sebenarnya menyapaikan namun ni kebenaran perintah suami adalah mutlak untuk dipatuhi, jadi calaon suami bagi yang laki-laki jadilah suami yang bijak, karena kita adalah pemimpin bagi keluarga kita contohnya kiat suami juga harus minta izin (cuma minta izin, tapi iistri tidak berhak memutuskan) sedangakin istri umpamanya mau minta izin mau ke mesjid X buat shoaly kalau tidak kata suami maka memang tidak boleh dilaksankaan perintah tersebut. maka kata menyembah suami diganti dengan mematuhi suami.......

3. Apabila umat jika mendengar nama muhammad tidak menyelawatkanya (menyebut SAW). muhammad disini maksudnya adalah Nabi Muhammad SAW (HABIBULLOH), nti jangan salah kiprah ada orang yang bernama muhamad terdengan di panggil juga kita selawatkann, tu salah.. kenapa kita menyelawatakn rosululoh karena belaiu adlah kekasih alla(Habibulloh)

moga kita bisa mengamalakan, ane minta ma,af jika ada kesalahan yang ane buata karena ane juga manusia, dan ane minta tobatt sama allah, kalau adaa ane salah dalam penyampaian disini tolong dikoment, ane terimma kesalahan ane karena kebenaran hanya milik allah swt..


moga bermanfaat ya frend

Selasa, 31 Mei 2011

calon sarjana merangkai mimpi untuk masa depan

Mikir.....
Mikir.....


Harus mikir ne kita harus nyoba mikir lagi, sekarang uda eight sesmester or lw bahasa sangkanyo semester 8, iya sih harus fokus untuk nyelesaian skripsi dulu, tapi apa salahnya kita juga mikirin habis wisuda kita udah gak nampung lagi ke "gaek" kita. kita udah mandiri dengan kemampuan yang kita miliki dengan ditandai dengan ijazah kita......hmmmmmmm ribat da..
buat friend yang udah sesmester 8 uda siap ne buat jadi dewasa tidak ngarapin warisan ortu, gak ngarapin uang jajan ortu kita... tapi bagaimana kalau kita ne yang nentuin nasib ndiri... malu donk seorang sarjana ngngguur.....
Di kampus gw ni di semester akhir kita diajari tentang kewirausahaan tapi materinya lebih ngajarin enterpreneuur....
apa itu enterpreneur?

gan gambar diatas tu intinya kita melakukan usaha tu tampil beda dengan yang lain boss jadi orang terttarik dengan usaha kita

jadi enterpreneur tu jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.

kata dosen kite ne kita harus intrapreneur dulu nanti lw uda siap n uda paham baru kita melakukan yang namanya enterpreneur friend.... mkasud awak ne bahas tentang enterpreneur ni supaya kita punya pemikiran kedepan untuk masa depan kita apa usaha yang tepat kita lakukan stelah wisuda ne....
Dosen ambo juga pernah bilang umumnya sarjanawan dan sarjanawati sat uni masih mengagungkan yang namanya PNS, awak juga ingat kata bapak kos tempat awak kos (asal tau aja ye, apak kos ane ni sering menghadiriseminar motivator2 g t n enterpreneur g t), kata beliau ne orang yang suskses tu punya prinsip kalau ia bekerja tidak seperti "babu" maksudnya gini bro... coba liat pegawai2 bai tu pemerinatah, BUMN, atw yang swasta kalau ia bekerja menunggu perinta aja tu kan sama dengan babu... makanya kita harus menjadi bos gann
coba kita hubungkn tulisan diatas....
menurut ane gan : yang dikatakan pak kos awak tu benar juga tapi kita sebagai pemula kita tidak mampu langsung menjadi bosa atau menjadi sorang yang enterpreneur kita harus awali dulu dengan intrapreneur dulu... bboleh2 aja sih jadi PNS, tapi kita juag punya sampingan yang posisi kita adalah seorang bos bro. jadi kita daris sekarang harus mikir lagi apa usaha yang kita lakukan ni salah satu trik untuk enterpreneur ni adalah A T M what this????????
"A" tu adalah amati, maksudnya jika ada orang yang sukses dengan usaha atau berjiwa enterpreneur maka dari itu kita harus amati apa ttrik2 usahanya, trik2 suksesnya, kiata ambil positifnya aja stelah tu masuk ke
T Tiru setealh diamati baru kita tiru bossss

M: Modifikasii... Bos ni yang paling penting bosa jangan tiru 100 % men, kiata modifikasi kita harus kreatiif jangan plegiat maka dari itu kita berusaha untuk menjadi suskes...

Bagii teman-teman yang membaca tuliisan awak ko, awak mau masukan sebagai seorang sarjana yang berjiwa enterpreneur usaha apa yang tepat untuk masa depan ni teman2..... mohon bantuan dengan komenya ya......

Minggu, 17 April 2011

askep keperawatann gawat darurat gagal nafas

BAB II
TINJUAN TEORITIS


I. PENGERTIAN
• Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
• Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)


II. TIPE GAGAL NAFAS
1. Gagal Nafas Hipoksemia:
Beberapa mekanisme yang menyebabkan hipoksemia dapat bekerja secara sendiri atau bersama-sama.
a. Tekanan partial O2 yang dihirup (PIO2) menurun. Terjadi pada tempat yang tinggi (high altitude) sebagai respons menurunnya tekanan barometer, inhalasi gas toksik atau dekat api kebakaran yang mengkonsumsi O2.
b. Hipoventilasi. Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila pertukaran gas intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan menurunnya PAO2.
c. Gangguan Difusi. Akibat pemisahan fisik gas dan darah (pada penyakit paru interstisial) atau menurunnya waktu transit eritrosit sewaktu melalui kapiler.
d. Ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi/perfusi (V/Q) regional. Keadaan ini selalu menyebabkan keadaan hipoksemia yang berarti dalam klinik. Unit paru yang ventilasinya jelek ketimbang perfusinya menyebabkan desaturasi, yang efeknya sebagian tergantung kadar O2 darah vena. Kadar O2 vena yang menurun menyebabkan keadaan hipoksemia menjadi lebih jelek. Penyebab terbanyak adalah keadaan yang menyebabkan ventilasi paru menurun atau obstruksi saluran nafas, atelektasis, konsolidasi, udema kardiogenik atau nonkardiogenik). Pemberian O2 dapat memperbaiki keadaan hipoksemia apabila penyebabnya adalah gangguan ketidak seimbangan V/Q, hipoventilasi atau gangguan difusi oleh karena PAO2 meningkat, walaupun pada daerah yang ventilasinya jelek. Apabila penderita mendapat O2 100%, hanya daerah yang samasekali tidak mendapat ventilasi (shunt) yang menyebabkan hipoksemia.
e. Shunt. Pada shunt terjadi darah vena sistemik langsung masuk kedalam sirkulasi arterial. Shunt dapat terjadi intrakardiak yaitu pada penyakit jantung congenital sianotik right-to-left atau di dalam paru darah melalui jalur vaskuler abnormal (arterivena fistula). Penyebab paling sering adalah penyakit paru yang menghasilkan ketidakseimbangan V/Q, dengan ventilasi regionalnya hampir atau samasekali tidak ada. Pencampuran (admixture) darah vena desaturasi dengan darah arterial (SVO2). Keadaan ini akan menurunkan PAO2 pada penderita dengan penyakit paru dan menyebabkan gangguan di pertukaran gas intrapulmonal. Campuran saturasi O2 vena langsung dipengaruhi oleh setiap imbalans antara konsumsi O2 dan penyampaian O2. Keadaan anemia yang tidak dapat dikonsumsi oleh peningkatan output jantung atau output jantung yang insufisien untuk kebutuhan metabolisme, dapat menyebabkan penurunan SVO2 dan PaO2.

2. Gagal Nafas Hiperkapnia.
Ditandai dengan peningkatan PCO2 > 50 mm Hg Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan hiperkapnia adalah: Drive respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump, beban kerja yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan penyakit intrinsik paru dengan ketidakseimbangan V/Q yang berat. Keadaan hiperkapnia hampir selalu merupakan indikasi adanya insufisiensi atau gagal nafas. PaCO2 = k X VCO2 / VA Meningkatnya VCO2 dapat disebabkan oleh febris, kejang, agitasi atau faktor lainnya. Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan meningkatnya VA secara cepat. Hiperkapnia terjadi hanya apabila VA meningkatnya sedikit.
a. Hipoventilasi.
Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA, pertama dapat disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation (VE) yang sering disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena meningkatnya dead space (VD). Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.
b. Dead space (VD).
Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan gas yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead space yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia.
.


III. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan \ sangat mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :
1. Penyebab sentral
a. trauma kepala : contusio cerebri
b. radang otak : encephaliti
c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

IV. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut. walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang berat. Tanda utama dari kecapaian pernafasan adalah penggunaan otot bantu nafas, takipnea, takikardia, menurunnya tidal volume, pola nafas ireguler atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal. Hipoksemia akut dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk aritmia jantung dan koma. Terdapat gangguan kesadaran berupa konfusi. PaO2 rendah yang kronis dapat ditoleransi oleh penderita yang mempunyai cadangan kerja jantung yang adekuat. Hipoksia alveolar (PAO2 60 mmHg) dapat menyebabkan vaso konstriksi arteriolar paru dan meningkatnya resistensi vaskuler paru dalam beberapa minggu sampai berbulan-bulan, menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi jantung kanan (korpulmonale) dan pada akhirnya gagal jantung kanan.
Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH otak yang akut meningkatkan drive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas bufer di otak meningkat, dan akhirnya terjadi penumpulan terhadap rangsangan turunnya pH di otak dengan akibatnya drive tersebut akan menurun. Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu berupa gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri kepala, sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Asidemia yang terjadi bila hebat (pH 7,3) menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia, hipotensi dan kepekaan jantung meningkat sehingga dapat terjadi aritmia yang mengancam nyawa.

V. TANDA DAN GEJALA
A. Tanda
1 Gagal nafas total
• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
2. Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
• Ada retraksi dada

B. Gejala
• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg • Pemeriksaan rontgen dada Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui • Hemodinamik Tipe I : peningkatan PCWP • EKG Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia VII. PENTALAKSANAAN MEDIS • Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong • Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP • Inhalasi nebuliser • Fisioterapi dada • Pemantauan hemodinamik/jantung • Pengobatan Brokodilator Steroid PATHWAY ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. PENGKAJIAN Pengkajian Primer 1. Airway a. Peningkatan sekresi pernapasan b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi 2. Breathing a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi. b. Menggunakan otot aksesori pernapasan c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis 3. Circulation a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia b. Sakit kepala c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk d. Papiledema e. Penurunan haluaran urine\ PEMERIKSAAN FISIK ( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes) Sirkulasi 1. Tanda : Takikardia, irama ireguler 2. S3S4/Irama gallop 3. Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal 4. Hamman’s sign (bynui udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum) 5. TD : hipertensi/hipotensi - Nyeri/Kenyamanan - Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk - Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis Pernapasan - Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”, batuk - Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor 6. Keamanan - Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas 2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi 4. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo 5. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantungDiagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik adalah : 1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakit 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungandengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT 4. Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian 5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT 6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang ETT 7. Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT, ansietas, stress 8. Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT vensi Keperawatan NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis. Tujuan : - Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-) - Pasien bebas dari dispneu - Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan - Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas Independen - Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya - Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus - Catat karakteristik dari suara nafas - Catat karakteristik dari batuk - Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu - Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi - Peningkatan oral intake jika memungkinkan Kolaboratif - Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi - Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi - Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi - Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik - Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas - Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus - Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas - Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent - Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten - Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru - Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum - Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen - Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret - Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan - Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi 3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient Tujuan : - Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal - Bebas dari gejala distress pernafasan Independen - Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas - Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant - Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing - Kaji adanya cyanosis - Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat - Berikan istirahat yang cukup dan nyaman Kolaboratif - Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi - Berikan pencegahan IPPB - Review X-ray dada - Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas - Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. - Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas - Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi. - Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium - Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen - Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai - Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi - Memperlihatkan kongesti paru yang progresif 2 Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah. - Tujuan : - Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal - Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang - Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya. Independen: - Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi. - Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat. - Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi. - Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan - Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya. - Membantu menerima 3situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya. - Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya. - Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas. Kolaboratif - Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan. - Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan. - Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan. - Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya. - Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami - Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi. - Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik. - Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu. - Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan. Kasus ; Tn Y.A merasakan sesak nafas, sesak hilang timbul. Sesak hilang dengan berotec spray dan quibron. Sesak meningkat saat aktivitas. sebelum masuk rumah sakit sesak memberat dan terus menerus, tidak berkurang walaupun sudah diberi berotec spraydan quibron, batuk (+), lendir sukar dikeluarkan, kemudian klien dibawa ke UGD RSDK semarang Riwayat asma sejak kecil, klien pernah laparatomi atas indikasi trauma abdomen dan usus diambil 10 cm, hipertensi ataupun DM Klien seorang karyawan, telah menikah dan mempunyai anak 3 orang, biaya RS oleh asuransi kesehatan. Tn Y.A dirawat dan Terpasang endotrakheal tube dimulut,sekret (+),suara dasar nafas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+) di seluruh lapang paru, stridor (-) Irama nafas teratur, dangkal, menggunakan otot bantu penafasan ( sternokloidomastoideus), menggunakan ventilator IPPV ( respiratori rate/MS : 22/12, tidal volume : 560, PEEP 5, FiO2 100%) Klien gelisah, TD : 200/90 mmHg, MAP : 114, HR : 146 X/Menit, SPO2 84%, Capilary refill > 3 detik, tidak sianosis, produksi urine 100 cc/jam. Tn. Y.A reaksi membuka matanya kalau ada perintah Tn. Y.A baru membuka mata, kemudian Kalau diajak ngobrol Tn Y.A kooperatif (berbicara sesuai dengan yang ditanya dan jelas), dan koordinasi otot Tn.Y.A agak lemah.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Y.A
DENGAN GAGAL NAFAS

A. Pengkajian dilakukan tanggal 2 Desember 2004 jam 7.30 WIB
I. Identitas klien
Nama : Tn Y.A
Umur : 29 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Ngaglik Baru No 35 Bendungan Gajah Mungkur Semarang
No CM :
Tgl masuk : 1 – 12 - 2004 jam 7.15
Hari di ICU : 2

Penanggung Jawab
Nama : Tn. S.B
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Pungkuran 303, Mranggen Demak
Hubungan : saudara

II. Pengkajian Primer
a. Airway
Terpasang endotrakheal tube dimulut,sekret (+),suara dasar nafas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+) di seluruh lapang paru, stridor (-)
b. Breathing
Irama nafas teratur, dangkal, menggunakan otot bantu penafasan
( sternokloidomastoideus), menggunakan ventilator IPPV
( respiratori rate/MS : 22/12, tidal volume : 560, PEEP 5, FiO2 100%)
c. Circulation
Klien gelisah, TD : 200/90 mmHg, MAP : 114, HR : 146 X/Menit, SPO2 84%, Capilary refill > 3 detik, tidak sianosis, produksi urine 100 cc/jam , mulut sianosis, kulit pucat
d. Disability
• Reaksi membuka mata : jika di suruh / ada perintah (3)
• Respon verbal : klien dapat mengetahui dimana dia berada, siapa dirinya, kjalimat yang diucapkan baik, orientasi baik, maka kita nilai respon verbal dengan angka (5)
• Respon Motorik : mengikuti perintah yang kita berikan (6)
Nilai GCS klien 14, berarti kesadaran klien baik

Diagnosa Keperawatan untuk Pengkajian Primer
1) Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah jantung,edema,hipotensi.



Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
- Pasien bebas dari dispneu
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Independen
- Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya

- Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus

- Catat karakteristik dari suara nafas




- Catat karakteristik dari batuk




- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
- Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi
- Peningkatan oral intake jika memungkinkan
Kolaboratif
- Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
- Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi

- Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi
- Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik



- Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
- Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
- Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas
- Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
- Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten


- Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru

- Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum

- Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen

- Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
- Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan

- Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient Tujuan :
- Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
- Bebas dari gejala distress pernafasan
Independen
- Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
- Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant




- Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing
- Kaji adanya cyanosis








- Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
- Berikan istirahat yang cukup dan nyaman

Kolaboratif
- Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
- Berikan pencegahan IPPB

- Review X-ray dada

- Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
- Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler.
- Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas

- Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
- Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium


- Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen

- Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai
- Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
- Memperlihatkan kongesti paru yang progresif

3 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah jantung, Menunjukan peningkatan perfusi dalam waktu 3 x 24 jam
Dengan criteria;
Irama jantung / frekuensi dan nadi perifer dalam batas normal , tidaka ada sianosis, kulit hangat / kering, haluran urine dan berat jenis dalam batas normal 1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung. Catat terjadinya bunyi jantung ekstra
2. Observasi perubahan status mental
3. Observasi warna dan suhu kulit / membrane mukosa
4. Ukur haluran urine dan cata berat jenisnya
5. Evaluasi Ekstremitas untuk adanya / tak ada / kualitas nadi
6. Tinggikan kaki di tempat tidur




Kolaborasi
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi
8. Pantau pemeriksaan diagnostic misalnya : EKG, elektrolit, BUN,
1. Takikardi akibat hipoksemia dan kompehiipoksi , nsasai upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan\
2. Gelisah, bingung, disorientasi, atau perubahan sensoris dapat menunjukan gangguan aliran darah, CSV, akibat emboli sistematik
3. Kulit pucat / sianosismenunjukan vasookonstriksi verive (Syok) gangguan aliran darah sistemik
4. Syok menimbulkan penurunana perfusi ginjal
5. Adanya thrombus yang naik dari vena prounda (pelvis atau kaki)
6. Menurunkan statis vena di kaki dan pengumpulan darah sirkulasi/ perfusi jaringan

7. Peningkatan cairan diperlukan untuk meningkatkan hiper viskositas.
8. Mengevaluasi perubahan fungfsi organ dan mengawasi efek heparin dan koumadin , mungkin perlu perubahan dosis



III. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama : klien mengalami gagal nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan sesak nafas, sesak hilang timbul. Sesak hilang dengan berotec spray dan quibron. Sesak meningkat saat aktivitas. 8 jam sebelum masuk rumah sakit sesak memberat dan terus menerus, tidak berkurang walaupun sudah diberi berotec spraydan quibron, batuk (+), lendir sukar dikeluarkan, kemudian klien dibawa ke UGD RSDK semarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma sejak kecil, klien pernah laparatomi atas indikasi trauma abdomen dan usus diambil 10 cm
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluraga tidak ada yng mnderita asma, hipertensi ataupun DM
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Klien seorang karyawan, telah menikah dan mempunyai anak 3 orang, biaya RS oleh asuransi kesehatan.
f. Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum :
Klien tampak sakit berat
• Kesadaran :
Kompos mentis, GCS : E4M6VET
• Tanda – tanda Vital
TD : 200/90 mmHg, Nadi : 114, HR: 146 X/menit, SPO2 : 84%
• Kepala
Bentuk msochepal,tak ada lesi, rambut bersih, hitam, tak mudah dicabut.
• Kulit
Bersih,turgor kurang baik kembali 3 detik, pucat (+), ikterik (-),
• Mata
Konjugtiva tidak anemis,besar pupil 2 mm/2mm, reaksi terhadap cahaya +/+
• Telinga
Simetris, besih, pendengaran baik

• Hidung
Terpasang NGT, sekret (+)
• Mulut
Terpasang ET dihubungkan dengan ventilator IPPV, sekret (+), kental, sianosis
• Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat distensi vena jugularis, deviasi trakhea (-)
• Dada
Paru :
I : bentuk simetris kanan dan kiri, menggunakan otot bantu
pernafasan sternokloidomastoideus
Pa : Taktil fremitus kanan : kiri
Pe : sonor seluruh lapang paru
Au : suara dasar vesikuler, wheezing (+), ronchi seluruh lapang
Paru
Jantung:
I : Ictus cordis tak tampak
Pa : Ictus cordis teraba 2 cm LMCS
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : BJ I –II murni, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
I : bentuk datar
Au : peristaltik usus 2 – 3 X/mnt
Pe : Timpani
Pa : tak teraba pembesaran hepar, lien
• Genetalia
Terpasang kateter, urine lancar, kuning jernih
• Ekstremitas
Superior : tidak oedema, terpasang infus ditangan kiri
Inferior : tidak oedema



IV. Kebutuhan Dasar Klien
a. Oksigenasi :
Terpasang ventilator IPPV, SaO2 85%, RR : 20 X/menit, oksigenasi terpenuhi, akral hangat
b. Nutrisi dan cairan
Klien mendapatkan diet DM cair 1200 kalori, asupan nutrisi yang masuk melalui NGT sebanyak 300 kalori
c. Kenyamanan :
Terpasang ET dan NGT, klien merasa tidak nyaman saat dilakukan suction dan pengambilan spesimen darah
d. Eliminasi :
Bab (-), bak terpasang kateter, urine lancar kuning jernih, urine keluar 250 cc/6 jam

V. Hasil pemeriksaan Diagnostik :
a. Laboratorium tanggal 1 desember2004 jam 07:15 WIB
GDS : 274 mg/dl
Ureum : 22 mg/dl
Creatinin : 1,11 MG/DL
Leukosit : 13.900/MMK
Eritrosit : 5,40 juta/mmk
Hb : 16,9 gr%
Ht : 51,3 %
MCV : 95,1 pq
MCH : 31,4 FL
MCHC : 33 ribu/mmk
Trombosit: 281 ribu/mmk
Natrium : 145 mmol/l
Kalium : 4,2 mmol/l
Clorida : 112 mmol/l
Albumin : 3,8 gr/dl
b. Gambaran ECG
Sinus takhikardi
c. BB : 70 kg, Tb: 165 cm

VI. Program :
a. Diet : susu 250 cc/ 4 jam
b. Infus : Kaen Mg 3 Fl/24jam, asering Fl/24 jam
c. Syrine pump :
Dormicum 2 mg/jam
Aminophilin 0,7 mg/kg BB/jam
Norcuron 2 mg/jam
Actrapid 4 ui/jam
Antidiuretik
d. Injeksi : cefotaxim 1 gr/8 jam
Nebulizer : ventolin 1cc + berotec 1cc + bisolvon 1cc) dan nacl 0,9 % 6 cc




ANALISA DATA

N O DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DO :
- Td : 200/90 mmhg
- Nadi : 114, bb
- Memakai obat antidiueretik
- turgor kurang baik kembali 3 detik

DS:
- Keluarga mengatakan kalau pasien BB berkurabg / tamppak kurus dan keriputt Resiko Tinggi Defisit Volume Cairan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental

2 DO :
- Pasien Terpasang Ventilator
DS:
- klien merasa tidak nyaman saat dilakukan suction dan
- klien merasa tidak nyaman pengambilan spesimen darah
Cemas/Takut krisis situasi, pengobatan


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental
2. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.

Intervensi dan Rasional
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental
Menunjukan volume cairan normal dalam waktu 3 x 24 jam dengan criteria : TD, Nadi, BB dan haluan urine dalam batas normal 1. Awasi Tanda Vital seperti TD, RR, Nadi
2. Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, mukosa dan karakteristik sputum
3. Ukur / hitung masukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan
4. Timbang BB tiap hari

Kolaborasi
5. Berikan cairan IV sesuai indikasi dan control secara teratur
6. Awasi / ganti elektrolit sesuai indikasi 1. Kekurangan / perpindahan cairan meningkatkan RR, TD, dan mengurangi frekuensi Nadi
2. Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi / fungsi serebral
3. Memberikan informasi tentang status cairan umum
4. Perubahan BB cepat menunjukan gangguan dalam air tubuh total


5. Memperbaiki / mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic
6. Elektrolit khususnya kalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat terapi diuretik
3 Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Independen:
- Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.

- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.


- Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
- Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
- Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.




- Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.
Kolaboratif
- Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.

- Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.




- Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.






- Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
- Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami


- Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
- Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.

- Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
- Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya



- Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.

askep keperawatann gawat darurat

BAB II TINJUAN TEORITIS I. PENGERTIAN • Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997) • Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001) • Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001) II. TIPE GAGAL NAFAS 1. Gagal Nafas Hipoksemia: Beberapa mekanisme yang menyebabkan hipoksemia dapat bekerja secara sendiri atau bersama-sama. a. Tekanan partial O2 yang dihirup (PIO2) menurun. Terjadi pada tempat yang tinggi (high altitude) sebagai respons menurunnya tekanan barometer, inhalasi gas toksik atau dekat api kebakaran yang mengkonsumsi O2. b. Hipoventilasi. Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila pertukaran gas intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan menurunnya PAO2. c. Gangguan Difusi. Akibat pemisahan fisik gas dan darah (pada penyakit paru interstisial) atau menurunnya waktu transit eritrosit sewaktu melalui kapiler. d. Ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi/perfusi (V/Q) regional. Keadaan ini selalu menyebabkan keadaan hipoksemia yang berarti dalam klinik. Unit paru yang ventilasinya jelek ketimbang perfusinya menyebabkan desaturasi, yang efeknya sebagian tergantung kadar O2 darah vena. Kadar O2 vena yang menurun menyebabkan keadaan hipoksemia menjadi lebih jelek. Penyebab terbanyak adalah keadaan yang menyebabkan ventilasi paru menurun atau obstruksi saluran nafas, atelektasis, konsolidasi, udema kardiogenik atau nonkardiogenik). Pemberian O2 dapat memperbaiki keadaan hipoksemia apabila penyebabnya adalah gangguan ketidak seimbangan V/Q, hipoventilasi atau gangguan difusi oleh karena PAO2 meningkat, walaupun pada daerah yang ventilasinya jelek. Apabila penderita mendapat O2 100%, hanya daerah yang samasekali tidak mendapat ventilasi (shunt) yang menyebabkan hipoksemia. e. Shunt. Pada shunt terjadi darah vena sistemik langsung masuk kedalam sirkulasi arterial. Shunt dapat terjadi intrakardiak yaitu pada penyakit jantung congenital sianotik right-to-left atau di dalam paru darah melalui jalur vaskuler abnormal (arterivena fistula). Penyebab paling sering adalah penyakit paru yang menghasilkan ketidakseimbangan V/Q, dengan ventilasi regionalnya hampir atau samasekali tidak ada. Pencampuran (admixture) darah vena desaturasi dengan darah arterial (SVO2). Keadaan ini akan menurunkan PAO2 pada penderita dengan penyakit paru dan menyebabkan gangguan di pertukaran gas intrapulmonal. Campuran saturasi O2 vena langsung dipengaruhi oleh setiap imbalans antara konsumsi O2 dan penyampaian O2. Keadaan anemia yang tidak dapat dikonsumsi oleh peningkatan output jantung atau output jantung yang insufisien untuk kebutuhan metabolisme, dapat menyebabkan penurunan SVO2 dan PaO2. 2. Gagal Nafas Hiperkapnia. Ditandai dengan peningkatan PCO2 > 50 mm Hg Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan hiperkapnia adalah: Drive respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump, beban kerja yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan penyakit intrinsik paru dengan ketidakseimbangan V/Q yang berat. Keadaan hiperkapnia hampir selalu merupakan indikasi adanya insufisiensi atau gagal nafas. PaCO2 = k X VCO2 / VA Meningkatnya VCO2 dapat disebabkan oleh febris, kejang, agitasi atau faktor lainnya. Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan meningkatnya VA secara cepat. Hiperkapnia terjadi hanya apabila VA meningkatnya sedikit. a. Hipoventilasi. Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA, pertama dapat disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation (VE) yang sering disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena meningkatnya dead space (VD). Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan. b. Dead space (VD). Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan gas yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead space yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia. . III. ETIOLOGI 1. Depresi Sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal. 2. Kelainan neurologis primer Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan \ sangat mempengaruhi ventilasi. 3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas. 4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar 5. Penyakit akut paru Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas. Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah : 1. Penyebab sentral a. trauma kepala : contusio cerebri b. radang otak : encephaliti c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak d. Obat-obatan : narkotika, anestesi 2. Penyebab perifer a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri IV. PATOFISIOLOGI Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut. walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang berat. Tanda utama dari kecapaian pernafasan adalah penggunaan otot bantu nafas, takipnea, takikardia, menurunnya tidal volume, pola nafas ireguler atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal. Hipoksemia akut dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk aritmia jantung dan koma. Terdapat gangguan kesadaran berupa konfusi. PaO2 rendah yang kronis dapat ditoleransi oleh penderita yang mempunyai cadangan kerja jantung yang adekuat. Hipoksia alveolar (PAO2 60 mmHg) dapat menyebabkan vaso konstriksi arteriolar paru dan meningkatnya resistensi vaskuler paru dalam beberapa minggu sampai berbulan-bulan, menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi jantung kanan (korpulmonale) dan pada akhirnya gagal jantung kanan. Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH otak yang akut meningkatkan drive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas bufer di otak meningkat, dan akhirnya terjadi penumpulan terhadap rangsangan turunnya pH di otak dengan akibatnya drive tersebut akan menurun. Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu berupa gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri kepala, sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Asidemia yang terjadi bila hebat (pH 7,3) menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia, hipotensi dan kepekaan jantung meningkat sehingga dapat terjadi aritmia yang mengancam nyawa. V. TANDA DAN GEJALA A. Tanda 1 Gagal nafas total • Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan. • Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi • Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan 2. Gagal nafas parsial • Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing. • Ada retraksi dada B. Gejala • Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2) • Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun) VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG • Pemerikasan gas-gas darah arteri Hipoksemia Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg • Pemeriksaan rontgen dada Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui • Hemodinamik Tipe I : peningkatan PCWP • EKG Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia VII. PENTALAKSANAAN MEDIS • Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong • Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP • Inhalasi nebuliser • Fisioterapi dada • Pemantauan hemodinamik/jantung • Pengobatan Brokodilator Steroid PATHWAY ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. PENGKAJIAN Pengkajian Primer 1. Airway a. Peningkatan sekresi pernapasan b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi 2. Breathing a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi. b. Menggunakan otot aksesori pernapasan c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis 3. Circulation a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia b. Sakit kepala c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk d. Papiledema e. Penurunan haluaran urine\ PEMERIKSAAN FISIK ( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes) Sirkulasi 1. Tanda : Takikardia, irama ireguler 2. S3S4/Irama gallop 3. Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal 4. Hamman’s sign (bynui udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum) 5. TD : hipertensi/hipotensi - Nyeri/Kenyamanan - Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk - Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis Pernapasan - Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”, batuk - Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor 6. Keamanan - Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas 2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi 4. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo 5. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantungDiagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik adalah : 1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakit 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungandengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT 4. Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian 5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT 6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang ETT 7. Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT, ansietas, stress 8. Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT vensi Keperawatan NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis. Tujuan : - Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-) - Pasien bebas dari dispneu - Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan - Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas Independen - Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya - Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus - Catat karakteristik dari suara nafas - Catat karakteristik dari batuk - Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu - Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi - Peningkatan oral intake jika memungkinkan Kolaboratif - Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi - Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi - Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi - Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik - Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas - Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus - Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas - Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent - Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten - Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru - Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum - Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen - Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret - Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan - Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi 3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient Tujuan : - Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal - Bebas dari gejala distress pernafasan Independen - Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas - Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant - Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing - Kaji adanya cyanosis - Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat - Berikan istirahat yang cukup dan nyaman Kolaboratif - Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi - Berikan pencegahan IPPB - Review X-ray dada - Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas - Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. - Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas - Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi. - Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium - Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen - Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai - Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi - Memperlihatkan kongesti paru yang progresif 2 Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah. - Tujuan : - Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal - Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang - Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya. Independen: - Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi. - Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat. - Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi. - Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan - Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya. - Membantu menerima 3situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya. - Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya. - Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas. Kolaboratif - Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan. - Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan. - Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan. - Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya. - Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami - Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi. - Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik. - Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu. - Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan. Kasus ; Tn Y.A merasakan sesak nafas, sesak hilang timbul. Sesak hilang dengan berotec spray dan quibron. Sesak meningkat saat aktivitas. sebelum masuk rumah sakit sesak memberat dan terus menerus, tidak berkurang walaupun sudah diberi berotec spraydan quibron, batuk (+), lendir sukar dikeluarkan, kemudian klien dibawa ke UGD RSDK semarang Riwayat asma sejak kecil, klien pernah laparatomi atas indikasi trauma abdomen dan usus diambil 10 cm, hipertensi ataupun DM Klien seorang karyawan, telah menikah dan mempunyai anak 3 orang, biaya RS oleh asuransi kesehatan. Tn Y.A dirawat dan Terpasang endotrakheal tube dimulut,sekret (+),suara dasar nafas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+) di seluruh lapang paru, stridor (-) Irama nafas teratur, dangkal, menggunakan otot bantu penafasan ( sternokloidomastoideus), menggunakan ventilator IPPV ( respiratori rate/MS : 22/12, tidal volume : 560, PEEP 5, FiO2 100%) Klien gelisah, TD : 200/90 mmHg, MAP : 114, HR : 146 X/Menit, SPO2 84%, Capilary refill > 3 detik, tidak sianosis, produksi urine 100 cc/jam. Tn. Y.A reaksi membuka matanya kalau ada perintah Tn. Y.A baru membuka mata, kemudian Kalau diajak ngobrol Tn Y.A kooperatif (berbicara sesuai dengan yang ditanya dan jelas), dan koordinasi otot Tn.Y.A agak lemah. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Y.A DENGAN GAGAL NAFAS A. Pengkajian dilakukan tanggal 2 Desember 2004 jam 7.30 WIB I. Identitas klien Nama : Tn Y.A Umur : 29 tahun Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Karyawan Agama : Islam Suku : Jawa Alamat : Ngaglik Baru No 35 Bendungan Gajah Mungkur Semarang No CM : Tgl masuk : 1 – 12 - 2004 jam 7.15 Hari di ICU : 2 Penanggung Jawab Nama : Tn. S.B Umur : 35 tahun Alamat : Jl. Pungkuran 303, Mranggen Demak Hubungan : saudara II. Pengkajian Primer a. Airway Terpasang endotrakheal tube dimulut,sekret (+),suara dasar nafas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+) di seluruh lapang paru, stridor (-) b. Breathing Irama nafas teratur, dangkal, menggunakan otot bantu penafasan ( sternokloidomastoideus), menggunakan ventilator IPPV ( respiratori rate/MS : 22/12, tidal volume : 560, PEEP 5, FiO2 100%) c. Circulation Klien gelisah, TD : 200/90 mmHg, MAP : 114, HR : 146 X/Menit, SPO2 84%, Capilary refill > 3 detik, tidak sianosis, produksi urine 100 cc/jam , mulut sianosis, kulit pucat d. Disability • Reaksi membuka mata : jika di suruh / ada perintah (3) • Respon verbal : klien dapat mengetahui dimana dia berada, siapa dirinya, kjalimat yang diucapkan baik, orientasi baik, maka kita nilai respon verbal dengan angka (5) • Respon Motorik : mengikuti perintah yang kita berikan (6) Nilai GCS klien 14, berarti kesadaran klien baik Diagnosa Keperawatan untuk Pengkajian Primer 1) Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient. 3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah jantung,edema,hipotensi. Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis. Tujuan : - Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-) - Pasien bebas dari dispneu - Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan - Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas Independen - Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya - Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus - Catat karakteristik dari suara nafas - Catat karakteristik dari batuk - Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu - Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi - Peningkatan oral intake jika memungkinkan Kolaboratif - Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi - Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi - Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi - Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik - Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas - Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus - Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas - Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent - Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten - Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru - Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum - Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen - Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret - Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan - Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient Tujuan : - Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal - Bebas dari gejala distress pernafasan Independen - Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas - Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant - Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing - Kaji adanya cyanosis - Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat - Berikan istirahat yang cukup dan nyaman Kolaboratif - Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi - Berikan pencegahan IPPB - Review X-ray dada - Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas - Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. - Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas - Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi. - Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium - Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen - Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai - Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi - Memperlihatkan kongesti paru yang progresif 3 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah jantung, Menunjukan peningkatan perfusi dalam waktu 3 x 24 jam Dengan criteria; Irama jantung / frekuensi dan nadi perifer dalam batas normal , tidaka ada sianosis, kulit hangat / kering, haluran urine dan berat jenis dalam batas normal 1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung. Catat terjadinya bunyi jantung ekstra 2. Observasi perubahan status mental 3. Observasi warna dan suhu kulit / membrane mukosa 4. Ukur haluran urine dan cata berat jenisnya 5. Evaluasi Ekstremitas untuk adanya / tak ada / kualitas nadi 6. Tinggikan kaki di tempat tidur Kolaborasi 7. Berikan cairan IV sesuai indikasi 8. Pantau pemeriksaan diagnostic misalnya : EKG, elektrolit, BUN, 1. Takikardi akibat hipoksemia dan kompehiipoksi , nsasai upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan\ 2. Gelisah, bingung, disorientasi, atau perubahan sensoris dapat menunjukan gangguan aliran darah, CSV, akibat emboli sistematik 3. Kulit pucat / sianosismenunjukan vasookonstriksi verive (Syok) gangguan aliran darah sistemik 4. Syok menimbulkan penurunana perfusi ginjal 5. Adanya thrombus yang naik dari vena prounda (pelvis atau kaki) 6. Menurunkan statis vena di kaki dan pengumpulan darah sirkulasi/ perfusi jaringan 7. Peningkatan cairan diperlukan untuk meningkatkan hiper viskositas. 8. Mengevaluasi perubahan fungfsi organ dan mengawasi efek heparin dan koumadin , mungkin perlu perubahan dosis III. Pengkajian Sekunder a. Keluhan Utama : klien mengalami gagal nafas b. Riwayat Penyakit Sekarang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan sesak nafas, sesak hilang timbul. Sesak hilang dengan berotec spray dan quibron. Sesak meningkat saat aktivitas. 8 jam sebelum masuk rumah sakit sesak memberat dan terus menerus, tidak berkurang walaupun sudah diberi berotec spraydan quibron, batuk (+), lendir sukar dikeluarkan, kemudian klien dibawa ke UGD RSDK semarang c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat asma sejak kecil, klien pernah laparatomi atas indikasi trauma abdomen dan usus diambil 10 cm d. Riwayat Penyakit Keluarga Keluraga tidak ada yng mnderita asma, hipertensi ataupun DM e. Riwayat Sosial Ekonomi Klien seorang karyawan, telah menikah dan mempunyai anak 3 orang, biaya RS oleh asuransi kesehatan. f. Pemeriksaan fisik • Keadaan umum : Klien tampak sakit berat • Kesadaran : Kompos mentis, GCS : E4M6VET • Tanda – tanda Vital TD : 200/90 mmHg, Nadi : 114, HR: 146 X/menit, SPO2 : 84% • Kepala Bentuk msochepal,tak ada lesi, rambut bersih, hitam, tak mudah dicabut. • Kulit Bersih,turgor kurang baik kembali 3 detik, pucat (+), ikterik (-), • Mata Konjugtiva tidak anemis,besar pupil 2 mm/2mm, reaksi terhadap cahaya +/+ • Telinga Simetris, besih, pendengaran baik • Hidung Terpasang NGT, sekret (+) • Mulut Terpasang ET dihubungkan dengan ventilator IPPV, sekret (+), kental, sianosis • Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat distensi vena jugularis, deviasi trakhea (-) • Dada Paru : I : bentuk simetris kanan dan kiri, menggunakan otot bantu pernafasan sternokloidomastoideus Pa : Taktil fremitus kanan : kiri Pe : sonor seluruh lapang paru Au : suara dasar vesikuler, wheezing (+), ronchi seluruh lapang Paru Jantung: I : Ictus cordis tak tampak Pa : Ictus cordis teraba 2 cm LMCS Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal Au : BJ I –II murni, gallop (-), murmur (-) Abdomen: I : bentuk datar Au : peristaltik usus 2 – 3 X/mnt Pe : Timpani Pa : tak teraba pembesaran hepar, lien • Genetalia Terpasang kateter, urine lancar, kuning jernih • Ekstremitas Superior : tidak oedema, terpasang infus ditangan kiri Inferior : tidak oedema IV. Kebutuhan Dasar Klien a. Oksigenasi : Terpasang ventilator IPPV, SaO2 85%, RR : 20 X/menit, oksigenasi terpenuhi, akral hangat b. Nutrisi dan cairan Klien mendapatkan diet DM cair 1200 kalori, asupan nutrisi yang masuk melalui NGT sebanyak 300 kalori c. Kenyamanan : Terpasang ET dan NGT, klien merasa tidak nyaman saat dilakukan suction dan pengambilan spesimen darah d. Eliminasi : Bab (-), bak terpasang kateter, urine lancar kuning jernih, urine keluar 250 cc/6 jam V. Hasil pemeriksaan Diagnostik : a. Laboratorium tanggal 1 desember2004 jam 07:15 WIB GDS : 274 mg/dl Ureum : 22 mg/dl Creatinin : 1,11 MG/DL Leukosit : 13.900/MMK Eritrosit : 5,40 juta/mmk Hb : 16,9 gr% Ht : 51,3 % MCV : 95,1 pq MCH : 31,4 FL MCHC : 33 ribu/mmk Trombosit: 281 ribu/mmk Natrium : 145 mmol/l Kalium : 4,2 mmol/l Clorida : 112 mmol/l Albumin : 3,8 gr/dl b. Gambaran ECG Sinus takhikardi c. BB : 70 kg, Tb: 165 cm VI. Program : a. Diet : susu 250 cc/ 4 jam b. Infus : Kaen Mg 3 Fl/24jam, asering Fl/24 jam c. Syrine pump : Dormicum 2 mg/jam Aminophilin 0,7 mg/kg BB/jam Norcuron 2 mg/jam Actrapid 4 ui/jam Antidiuretik d. Injeksi : cefotaxim 1 gr/8 jam Nebulizer : ventolin 1cc + berotec 1cc + bisolvon 1cc) dan nacl 0,9 % 6 cc ANALISA DATA N O DATA MASALAH ETIOLOGI 1 DO : - Td : 200/90 mmhg - Nadi : 114, bb - Memakai obat antidiueretik - turgor kurang baik kembali 3 detik DS: - Keluarga mengatakan kalau pasien BB berkurabg / tamppak kurus dan keriputt Resiko Tinggi Defisit Volume Cairan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental 2 DO : - Pasien Terpasang Ventilator DS: - klien merasa tidak nyaman saat dilakukan suction dan - klien merasa tidak nyaman pengambilan spesimen darah Cemas/Takut krisis situasi, pengobatan DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental 2. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah. Intervensi dan Rasional NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental Menunjukan volume cairan normal dalam waktu 3 x 24 jam dengan criteria : TD, Nadi, BB dan haluan urine dalam batas normal 1. Awasi Tanda Vital seperti TD, RR, Nadi 2. Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, mukosa dan karakteristik sputum 3. Ukur / hitung masukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan 4. Timbang BB tiap hari Kolaborasi 5. Berikan cairan IV sesuai indikasi dan control secara teratur 6. Awasi / ganti elektrolit sesuai indikasi 1. Kekurangan / perpindahan cairan meningkatkan RR, TD, dan mengurangi frekuensi Nadi 2. Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi / fungsi serebral 3. Memberikan informasi tentang status cairan umum 4. Perubahan BB cepat menunjukan gangguan dalam air tubuh total 5. Memperbaiki / mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic 6. Elektrolit khususnya kalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat terapi diuretik 3 Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah. Tujuan : - Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal - Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang - Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya. Independen: - Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi. - Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat. - Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi. - Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan - Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya. - Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya. - Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya. - Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas. Kolaboratif - Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan. - Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan. - Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan. - Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya. - Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami - Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi. - Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik. - Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu. - Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya - Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.

Kamis, 17 Maret 2011

PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERAN ORANG TUA DALAM TERAPI BIOMEDIS UNTUK ANAK AUTHISME A. LATAR BELAKANG Autis merupakan gangguan perkembangan yang komplek, disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan social dan belajar. Autisme adalah gangguan mental yang masih misterius dan diderita oleh 400.000 anak di Amerika Serikat. Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per 10.000 anak atau 0,15-0,20%, jika angka kelahiran di Indonesia enam juta per tahun, maka jumlah penyandang autis di Indonesia, bertambah 0,15% atau 6.900 anak pertahun, dimana jumlah penderita laki – laki empat kali lebih besar dibandingkan penderita perempuan. Anak perempuan yang mengalami autis cenderung lebih parah dibandingkan anak laki – laki. Gejala – gejala autism mulai tampak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka dan melakukan kebiasaan – kebiasaan lainnya yang terjadi dilakukan oleh bayi – bayi normal lainnya (Maulana, 2008). Gangguan autism baru disadari pada usia 18 bulan – 2 tahun dimana gangguan bicara dan kelemahan interaksi social yang seharusnya sudah dikuasai tidak tampak pada anak dan lebih nyata pada saat masa kanak –kanak awal (2 – 6 tahun). Ciri utama dari autism adalah ketidakmampuan untuk melakukan interaksi social, masalah pada komunikasi dan adanya perbuatan repetitive dan stereotip. Sedangkan gangguan tingkah laku merupakan bagian dari cirri utama yang tampak pada anak autis meliputi hiperaktifvitas, tidak adanya perhatian, kegagalan melakukan kontak mata, impulsive, mudah tersinggung, 3tantrum (mengamuk) gelisah serta perbuatan yang cenderung melukai diri sendiri dan sebagainya. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet"). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik datar. Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila mereka berada dalam suatu ruangan dengan orang lain maka penderita autis cenderung menyibukkan diri (Maulana, 2008). Berbagai usaha telah dijalankan para orangtua dalam menanggulangi gejala autisme. Namun, seringkali hasil yang dicapai masih sulit diukur, lagi pula penanganan pada tiap individu berbeda. Banyak temuan yang menunjukkan bahwa fisik anak autis jauh dari sempurna. Banyak diantara mereka yang mengalami gangguan pencernaan, mempunyai kecenderungan alergi, daya tahan tubuh yang rentan, dan mengalami keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak. Banyak pengalaman dan penelitian mengungkapkan bahwa untuk menanggulangi gejala-gejala autisme maka yang terlebih dahulu harus dibenahi adalah metabolisme tubuh anakanak penyandang autis. Caranya, dengan menerapkan terapi biomedis (Budhiman dkk,2002). Peran orangtua pada terapi biomedis untuk anak autis sangat penting, terutama pada pemberian food supplement(pemakaian obat, vitamin dan mineral) dan program diet yang akan dilakukan. Pemakaian obat atau food supplementharus dipahami benar apa, bagaimana, dan sesuaikah dengan kebutuhan anak. Orangtua harus mengetahui bahwa obat dan food supplement terbuat dari zat kimia (Widyawati dkk, 2003). Salah satu bentuk keberhasilan terapi biomedis seperti yang terjadi pada pasien Dr. Melly Budhiman setelah mengikuti terapi biomedis, anak autis mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan bersosialisasi, anak menjadi mandiri, konsentrasi anak membaik, hiperaktif berkurang, postur tubuh anak berkembang semakin proporsional, adanya kontak mata dengan lawan bicara, dapat meniru kata-kata yang diajarkan, jam tidur menjadi teratur dan dapat mengejar ketinggalan dari anak-anak lain (Budhiman dkk, 2002). Orangtua memiliki peran dominan dalam upaya penyembuhan karena orangtua merupakan orang yang paling dapat mengerti dan dimengerti anak penyandang autis. Untuk itu orangtua tetap dituntut untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kesembuhan anaknya. Dalam persoalan ini orangtua dituntut mengerti hal-hal seputar autisme dan mampu mengorganisir kegiatan penyembuhan terapi biomedis untuk anak autis. Para ahli tidak akan dapat bekerja tanpa peran serta orangtua dan terapi tidak akan efektif bila orangtua tidak dapat bekerja sama, karena umumnya para ahli tersebut bekerja berdasarkan data yang diperoleh dari orangtua yang paling memahami dan berada paling dekat serta hidup bersama anak penyandang autis (McCandless, 2003). Namun pada kenyataannya sebagian orang tua bahkan cenderung lepas tangan, karena tidak menyadari bahwa peran mereka sangat menentukan perkembangan anaknya (Puspita, 2004). Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak adanya pengarahan yang sistematis dan terarah, padahal banyak informasi baru dan perubahan yang harus 4dicerna oleh orang tua. Kesembuhan anak autis dipengaruhi pula oleh diagnose dini dan terapi yang intensif. Pada gangguan autis jika tidak ditangani dengan baik, akan semakin memperparah kondisi anak hingga dewasa nanti (Delpie, 2009). B. TUJUAN a. Tujuan Umum Setelah dilakukan Penyuluhan selama 1 x 50 menit diharapkan Orang Tua anak yang menderita Authi mengenal peranya dengan baik dalam keberhasilan terapi biomedis untuk anak authis b. Tujuan khusus Setelah dilakukan penyuluhan 1 x 50 menit diharapkan orang tua anak authis diharapkan 1) Mengetahui dan mampu menyebutkan Apa itu Terapi Biomedis untuk anak authis 2) Menjelaskan dengn baik Peran orang tua dalam terapi Biomedis untuk anak 3) Memahami dan menjelaskan bentuk peran orang tua dalam terapi biomedis untuk anak authis 4) Memahami dan mengenal factor-faktoryang Menentukan Keberhasilan Orangtua dalam terpi biomedis Anak dengan Gangguan Autisme C. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Topik Topik pada penyuluhan ini adalah : “ Peran Orang Tua Dalam Pemberian Terapi Biomedis Untuk Anak Authisme” 2. Sasaran Dan Target Sasaran dalam penyuluhan ini adalah Orang Tua yang memilik anak authisme 3. Metode Metoda pada penyuluhan ini adalah dengan metoda a) Ceramah Saat penyampaian materi penyuluhan pada orang tua metoda ceramah ini yang digunakan b) Diskusi Metoda diskusi digunakan saat jika ada orang tua yang tidak mengerti dalam penyampaian materi maka akan dilakukan diskusi dalam menyelesaikan masalah yang tidak dimengerti c) Tanya Jawab Metoda Tanya jawab digunakan saat evaluasi, dimana mahasiswa akan memberikan pertanyaan dan orang tua akan menjawab secara lisan, sehingga mahasiswa mampu mengetahui apakah tujuan dari penyuluhan tercapai , tercapai sebhagaia atau tidak tercapai 4. Media Alat-alat / media yang digunakan selama penyuluhan ini adalah a) LCD b) Laptop c) Leaflet d) Alat Tulis e) Mikrofon f) White board dan Spidol 5. Waktu Dan Tempat Penyuluhan akan dilakukan : Tempat : Aula di sekolah authis UNP Waktu : 09.00 WIB – 09.50 WIB 6. Pengorganisasian Dan Uraian Tugas a) Penanggung jawab : ……………………. Mengkoordinasi persiapan dan pelaksanaan dialog interaktif b) Moderator : ............................................ a. Membuka acara b. Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan c. Membuat kontrak waktu d. Menjelaskan tujuan pertemuan e. Memimpin dan mengarahkan alur dialog interaktif f. Menutup acara c) Narasumber : …………………………… a. Memberikan materi pada audien b. Menjawab pertanyaan audien d) Notulen: ……………………………………. a. Mencatat semua pertanyaan b. Mengkomunikasikan kepada leader e) Observer: …………………………………. a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir b. Membuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan f) Fasilitator:................................................. a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan b. Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama kegiatan c. Membuat absensi kegiatan   7. Setiing Tempat = Notulen = Peserta = Narasumber = Fasilitator = Moderator = Observer 8. Kegiatan Penyuluhan KEGIATAN WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN PESERTA Pre Intstruksional 5 menit - Salam Terapeutik - Memperkenalkan Diri - Mengambil Absen - Menyampaikan kontrak (waktu, dan Topik penyuluhan) - Menyampaikan Aturan dalam penyuluhan - Menjawab Salam - Memperhatikan - Menjawab Absen - Mendengarkan dan menyetujui kontrak - Menyetujui dan berkomitmen untuk tidak melanggar aturan Instruksional 35 menit - Bertanyya pada orang tua tentang apa itu Terapi Biomedis dan peran keluarga dalam terapi itu - Memberikan Reinforcement pada orang tua yang aktif - Meluruskan dan Menjelaskan Materi penyuluhan (Pengertian Terapi Biomedis untuk anak authis, Peran orang tua dalam terapi Biomedis untuk anak, bentuk peran orang tua dalam terapi biomedis untuk anak authis, factor-faktoryang Menentukan Keberhasilan Orangtua dalam terpi biomedis Anak dengan Gangguan Autisme) - Berdiskusi dengan orang tua apabila ada hal yang tidak di mengerti - Menyimpulkan bersama dengan Orang tua tentang materi yang disampaikan - Menjawab Pertanyaan mahasiswa sesuai dengan apa yang diketahui oleh orang tua - Memperhatikan dan mencatat topic yang perlu - Menanyakan hal yang tidak dimengerti atau tidak di pahami - Mengulang materi dan menyebutkanya bersama perawat sesuai dengan bahasa sendiri Post Instruksional 10 menit - Melakukan Tanya jawab yang pertanyaanya Apa ItuTerapi Biomedis untuk anak authis, Coba Ibu / bapak sebutkan apaPeran orang tua dalam terapi Biomedis untuk anak, Coba bapak / Ibu jelaskan bentuk peran orang tua dalam terapi biomedis untuk anak authi, Coba Ibu / bappak Jelaskan factor-faktoryang Menentukan Keberhasilan Orangtua dalam terpi biomedis Anak dengan Gangguan Autisme - Mengakhiri Kontrak - Menayakan perasaan orang Tua dan jalanya penyuluhan yang diberikan - Menanyakan untuk yang terakhir jika ada yang mau didiskusikan dan menyerahkan leaflet - Salam Terapeutik - Menjawab Pertanyaan yang diberikan Mahasiswa - Menjawabb apa yang dirasakan oleh orang tua - Menyampaikan sesuatu jika ingin disampaiakn (Sharing) - Menjawab Salam 9. Materi Penyuluhan (Terlampir) 10. Krteria Evaluasi a. Evaluasi Struktur 1) Lebih dari 75% Orang tua menghadiri acara Penyuluhann 2) Media Penyuluhan sudah disiapkan sebelum penyuluhan seperti (LCD, Laptop dan Leaflet) 3) Mahasiiswa mampu mnejalanakna peranya sesuai yang diharapkan b. Evaluasi Proses 1) Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan 2) Lama penyuluhan sesuai dengan waktu yang diharapkan yaitu selama 50 menit 3) Orang tua mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir sesuia dengan aturan seperti tidak ada yang keluuar masuk, dan tidak ada yang meribut) 4) Orang Tua aktif selama diskusi dan tanya jawab c. Evaluasi Hasil Setelah dilakukan Tanya jawab diharapkan orangtu a 75 % mampu 1) Menyebutkan Apa itu Terapi Biomedis untuk anak authis dengan benar 2) Menjelaskan dengn baik Peran orang tua dalam terapi Biomedis untuk anak 3) Menjelaskan bentuk peran orang tua dalam terapi biomedis untuk anak authis 4) Menjelaskan factor-faktor yang Menentukan Keberhasilan Orangtua dalam terpi biomedis Anak dengan Gangguan Autisme D. PENUTUP
Anak Authis merupakan kelainan pada nak, namun bisa diatasi dengan berbagai cara, salah satu cara untuk mengatasi dengan terapi biomedis . Kriteria dari kebrhasilan terapi ini adalah anak authis akan mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan bersosialisasi, anak menjadi mandiri, konsentrasi anak membaik, hiperaktif berkurang, postur tubuh anak berkembang semakin proporsional, adanya kontak mata dengan lawan bicara, dapat meniru kata-kata yang diajarkan, jam tidur menjadi teratur dan dapat mengejar ketinggalan dari anak-anak lain. Namun terapi ini sangat tergantung pada peran orang tua dalam keberhasilan Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan ini orang tua sadar dan berperan dalam pemberian terapi ini dengan benar